nusabali

MUTIARA WEDA: Permohonan vs Kesadaran

samohe vā ya āśata narastokasya sanitau, viprāso vā dhiyāyavaḥ. (Rg. Veda. 1.8.6)

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-permohonan-vs-kesadaran

Orang-orang mana pun yang meminta bantuan Indra dalam pertempuran, atau untuk mendapatkan keturunan, dan orang bijak yang menginginkan pemahaman, mendapatkan keinginan mereka.

MANTRA di atas menyatakan bahwa paling tidak ada tiga permohonan yang bisa dikabulkan oleh Indra. Tentu banyak lainnya lagi. Ketiganya itu adalah bantuan agar menang perang, mendapatkan anak, dan memiliki kebijaksanaan. Mengapa teks Rg Veda berisikan permohonan seperti itu? Mengapa kepada Indra? Apakah dengan memohon kepada Indra akan secara otomatis menang dalam perang? Jaggi Vasudev sempat menyatakan bahwa di zaman kuno, segala bentuk catatan atau buku diary hanyalah dalam bentuk itu, sehingga segala sesuatu ketika dicatatkan akan masuk ke dalam satu buku. Oleh karena hanya ada satu buku catatan sementara berbagai hal perlu dicatat, maka isinya menjadi sangat beragam. Di masa itu, kejadian yang paling kuat mempenetrasi kehidupan manusia adalah masalah keamanan, rawan terhadap serangan dari kelompok luar, sehingga upaya untuk mempertahankan diri menjadi prioritas utama. Sehingga, dari doanya tampak bahwa kemenangan atas perang menjadi keinginan mereka.

Kedua, oleh karena peperangan memerlukan banyak pemuda yang kuat dan berani, maka masalah keturunan juga menjadi prioritas. Siapa pun kelompok yang memiliki keturunan yang kuat dan berani akan menjadi tolak ukur dari rasa nyaman mereka. Ketiga, masalah pemahaman juga menjadi persoalan. Mengapa? Karena masing-masing kelompok dari mereka memiliki kekuatan dan pola pikir yang berbeda, sehingga ketika mereka harus berhadap-hadapan, memahami kekuatan, strategi atau apapun yang berhubungan dengan musuh harus menjadi prioritas juga. Karena pemahaman yang benar atas itu, kemenangan memungkinkan. Orang yang tidak memahami strategi dan kekuatan lawan akan mudah dilumpuhkan.

Jadi, catatan yang ada merupakan cerminan dari kehidupan di masa itu. Atas dasar itu pula, kita dapat melihat bahwa mantra di atas berbicara masalah survival. Orang-orang dihantui oleh berbagai ketakutan oleh karena ancaman dari berbagai sisi. Bukankah mantra di atas adalah wahyu, sabda langsung dari kekuatan tertinggi? Iya benar. Orang ketika sudah tidak lagi dibelenggu oleh ikatan triguna, entah dengan cara apapun, maka suara yang terdengar adalah suara langsung dari-Nya. Dan, wahyu itu selalu berkaitan erat dengan situasi yang dihadapinya. Suara itu bisa tersampaikan melalui jejak pikiran saat itu. Jika masalah utama yang membuat orang mampu melampaui kesadaran tubuhnya adalah tentang survival, maka suara yang hadir mengandung solusi untuk itu. Teks di atas mengindikasikan itu.

Tetapi, apakah itu hanya menjadi solusi atas kondisi fisik saja? Jika kita amati kehidupan di sekeliling kita dengan seksama, maka kita akan menemukan bahwa masalah-masalah yang ada itu memiliki pola tertentu, dan pola-pola berada dalam alur, yakni dari yang terkasar sampai terhalus. Artinya, mantra di atas tidak hanya berbicara masalah survival saja. Ketika masyarakat berubah, interpretasi atas mantra di atas berubah. Teks di atas mengandung nilai abadi, hanya terjemahannya yang berbeda-beda sesuai konteksnya. Jika masyarakat yang membaca teks di atas dalam konteks peperangan, maka teks di atas dibaca dalam konteks peperangan itu. Tetapi, jika masyarakat tidak lagi dalam perang, melainkan berada dalam kenyamanan, maka makna lain otomatis terbaca di dalamnya. Istilah-istilah di dalamnya menjadi simbolik.

Seperti Indra, teks di atas tampak sebagai beliau yang memberikan anugerah atas keinginan untuk survival. Tetapi, ketika masyarakat meskipun berada dalam kemakmuran tetapi merasa hampa dan melakukan pencaharian ke dalam, maka Indra bisa dibaca lain. Indra dipahami sebagai pikiran yang mampu mengarahkan semua fungsi tubuh, seperti halnya Indra menjadi pemimpin para dewa. Kemenangan diartikan bukan atas musuh dari negeri lain, melainkan kemenangan atas kekotoran diri. Kemudian, pemahaman yang dimaksudkan bukan terhadap kekuatan musuh, melainkan pemahaman atas kekotoran batin beserta dengan cara membersihkannya. Jadi, isi mantranya sama, sementara terjemahannya tampak sangat berbeda. Inilah wahyu, memberikan glimpse atas pola masalah manusia. Tampak berlawanan tetapi harmonis. Tampak seperti permohonan, tetapi karena situasi memungkinkan, ia berubah menjadi kesadaran. *

I Gede Suwantana

Komentar