nusabali

17 Pasang Penari Tampil di Lomba Tari Oleg Tamulilingan

  • www.nusabali.com-17-pasang-penari-tampil-di-lomba-tari-oleg-tamulilingan

Tantangan saat menari Oleg Tamulilingan adalah saat melakukan agem dengan memiringkan badan cukup rendah.

DENPASAR, NusaBali

Sebanyak 17 pasang penari mengikuti Lomba Tari Oleg Tamulilingan serangkaian Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya II di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Rabu (17/5).

Dari samping kiri kanan panggung, dua sekaa gong secara bergantian memainkan irama tari. Sementara sang penari berusaha seoptimal mungkin menunjukkan kelihaiannya di atas panggung pada tiga juri, NLN Swasthi Widjaya Bandem, Tjokorda Istri Putra Padmini, dan I Wayan Purwanto.

Salah satu juri, Swasthi Bandem mengatakan, secara teknik masih ada beberapa poin yang kurang diperhatikan para penari. Namun secara keseluruhan penampilan peserta dinilai cukup bagus. "Secara keseluruhan mereka (penari) sudah bagus penguasaan materinya. Namun ada sedikit teknik yang kurang tepat. Tapi itu tidak mengganggu perform mereka," ungkap Swasthi Bandem, usai lomba.

Tantangan saat menari Oleg Tamulilingan, lanjut dia, adalah saat melakukan agem dengan memiringkan badan cukup rendah. Nah, ini menjadi salah satu daya tarik juga dalam juri memberikan penilaian. "Ngelog yang bagus, kemudian menari dengan memiringkan badan lebih rendah ini cukup menantang. Karena itu menjadi salah satu penilaian bagi juri. Selain juga teknik-teknik lainnya sesuai pakem tari itu," katanya.

Dikatakan, beberapa penilaian untuk Lomba Tari Oleg Tamulilingan, diantaranya seperti penguasaan teknik gerak, penggunaan tata busana, dan penguasaan panggung (koreografi) dan ketepatan iringan musik, dan keserasian antar pasangan. Namun, pada ajang BMN II ini juga dilaksanakan Workshop Tari Oleg Tamulilingan sebelum lomba. "Sebelumnya kami telah adakan workshop untuk tari ini. Jadi kami ingin lihat bagaimana hasilnya sekarang. Tapi, beberapa peserta memang ada yang tidak hadir saat workshop," katanya.

Kata Oleg dapat berarti gerakan yang lemah gemulai, sedangkan Tambulilingan berarti kumbang pengisap madu bunga. Tari Oleg Tambulilingan sendiri melukiskan gerak-gerik seekor kumbang, yang sedang bermain-main dan bermesra-mesraan dengan sekuntum bunga di sebuah taman. Tarian diciptakan I Ketut Mario sekitar tahun 1952.

Menurut Swasthi Bandem, tarian ini kerapkali ditampilkan di Jaya Sabha. Maka, dari lomba tari ini diharapkan bibit-bibit generasi muda muncul untuk selanjutnya menarikan ini di Jaya Sabha. "Nantinya dari lomba ini bisa dipilih penari-penari untuk menari di Jaya Sabha. Apalagi, di Jaya Sabha banyak digunakan untuk menyambut tamu-tamu penting," imbuhnya.

Perlombaan Tari Oleg Tamulilingan kemarin dimenangkan oleh Sanggar Pelangi Budaya Nusantara Denpasar sebagai juara I. Komunitas Seni Pancer Langit dan Sanggar Tari Dewi Kunti menyusul sebagai juara II dan III. Sementara juara harapan I, II, III diraih oleh Sanggar Berata Muni Sading, Badung, Sanggar Reswara Semesta, dan Sanggar Seni Kuta Kumara Agung. * in

Komentar