nusabali

Jokowi Minta Menteri 'Jaga' Beras

  • www.nusabali.com-jokowi-minta-menteri-jaga-beras

Bapanas mewaspadai kenaikan harga beras, cabai, dan telur menjelang libur Nataru

CIANJUR, NusaBali            
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewanti-wanti ancaman krisis pangan bisa memicu gejolak sosial dan politik. Karenanya, ia meminta agar cadangan beras benar-benar dihitung.

"Krisis pangan hati-hati mengenai ini karena nanti bisa larinya masalah sosial dan politik sehingga utamanya yang berkaitan dengan beras betul-betul hitung semuanya itu," ujar Jokowi dalam Sidang Kabinet di Istana Negara yang ditayangkan secara virtual, Selasa (6/12).

Ia mengingatkan jangan sampai jajarannya salah hitung mengenai ketersediaan pasokan beras sehingga menyebabkan harganya naik.

"Jangan sampai perhitungan kita keliru sehingga kita tidak menyiapkan reserve (atau) cadangan. Pada suatu titik cadangan kita habis dilihat oleh pedagang dan akhirnya harga beras pasti akan naik," ujarnya seperti dikutip dari CNNIndonesia.com.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini untuk kesekian kalinya juga mengingatkan bahwa dunia masih tidak baik-baik saja. Untuk itu, ia meminta jajarannya untuk memperhitungkan dengan benar kebijakan yang terkait dengan hajat hidup orang banyak.

"Kuncinya sekali lagi kolaborasi antara kementerian dan lembaga dan jangan terjebak pada egosektoral. Lakukan konsolidasi data, konsolidasi policy dan juga konsolidasi dari pelaksanaan implementasi," ujarnya.

Kepala Badan Pangan Nasional (National Food Agency, NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan pihaknya mewaspadai kenaikan harga beras, cabai, dan telur ayam ras menjelang Natal dan tahun baru agar tidak terjadi lonjakan harga.

"Jelang Nataru, beberapa komoditas yang kita harus waspadai kenaikannya adalah beras, telur, cabai. Kita sekarang sedang kerja keras bersama pelaku-pelaku usaha, dengan BUMN di bidang pangan ada Bulog, ID Food dan seluruh dinas terkait," kata Arief di Cianjur Jawa Barat, seperti dilansir Antara, Selasa (6/12).

Arief menyampaikan kepada pemerintah daerah, khususnya dinas yang berkaitan dengan pangan, untuk memerhatikan neraca pangan di daerahnya masing-masing agar jangan sampai kekurangan stok pada suatu komoditas tertentu.

"Misal kurang gula, kita bisa lakukan mobilisasi stok dari daerah surplus ke daerah defisit. Lalu minyak goreng, cabai, ini kita minta teman-teman komunikasi, kerja sama antar daerah, jadi saling isi dari wilayah surplus ke defisit," katanya.

Arief mengatakan bahwa pemerintah akan melakukan intervensi apabila terjadi lonjakan harga pada sejumlah komoditas tersebut.

Dia menjelaskan bahwa untuk komoditas pangan pokok beras, Bulog akan terus melakukan intervensi dengan operasi pasar. Bulog disebutkan telah menggelontorkan 1 juta ton beras selama 2022 untuk mengintervensi harga di pasar agar tidak naik terlalu tinggi.

"Jadi hari ini sudah ada intervensinya Bulog. Kita masih ada 514 ribu ton yang kita akan terus intervensi sampai Desember dan Januari," katanya.

Sebelumnya, Arif Prasetyo Adi mengungkapkan cadangan pangan di Bulog dan BUMN Pangan sedang kritis. Pernyataan ini diungkapkan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah bersama Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Senin (5/12) lalu. Ia menjabarkan cadangan bahan pangan yang dimiliki pemerintah saat ini hanya beras, gula pasir, daging kerbau, dan sedikit minyak goreng.

Secara rinci, beras yang dimiliki pemerintah adalah 515.119 ton. Padahal, kebutuhan bulanan nasional beras mencapai 2,5 juta ton. Sedangkan gula pasir, pemerintah lewat Bulog, ID Food, dan PTPN memiliki total stok 393.141 ton dari kebutuhan bulanan nasional sebesar 268.241 ton. Jumlah ini surplus atau mencapai 147 persen dari kebutuhan.

PerumBulog juga mengkonfirmasi mengenai cadangan beras yang mulai menipis. Karena itu, pihaknya fokus memperbanyak stok beras. *

Komentar