nusabali

Nyoman Sudharmaja Duniaji, Kader Militan PDIP dan Eks Ketua DPRD Buleleng Tutup Usia

Alami Stroke Batang Otak Setelah Bertahun-tahun Mengidap Diabetes

  • www.nusabali.com-nyoman-sudharmaja-duniaji-kader-militan-pdip-dan-eks-ketua-dprd-buleleng-tutup-usia

Sudharmaja dikenang sebagai tokoh politik dan kader militan PDIP. Bahkan perjuangannya membela partai moncong putih ini hampir merenggut nyawanya.

SINGARAJA, NusaBali
Kader militan PDIP, Nyoman Sudharmaja Duniaji tutup usia pada umur 67 tahun. Mantan Ketua DPRD Buleleng periode 1999-2004 ini dinyatakan meninggal dunia pada, Minggu (4/12) pukul 16.00 di RSUD Buleleng. Diagnosa terakhir mengalami stroke batang otak dan diabetes melitus sejak belasan tahun silam.

Jenazah Sudharmaja disemayamkan di rumah duka Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, Buleleng, hingga upacara pangabenan digelar pada Sukra Wage Wariga, Jumat (9/12) mendatang di Setra Desa Adat Bubunan. Menurut keluarga korban saat ditemui di rumah duka, Selasa (6/12) sejak tiga tahun terakhir Sudharmaja cukup sering keluar masuk rumah sakit. Penyakit diabetes melitus yang dideritanya sejak tahun 2010 lalu sering kambuh.

Bahkan sejak 2019 lalu, dia rutin suntik insulin untuk mengontrol kadar gula dalam darahnya. Terakhir pada, Jumat (2/12) lalu kondisinya kembali drop. Anak dan istrinya lalu membawanya ke RSU BaliMed Singaraja untuk mendapatkan penanganan.  “Memang kakak saya ini semangat untuk sembuhnya sangat tinggi. Kalau merasa drop atau ada keluhan langsung minta diantarkan ke dokter. Memang sering keluar masuk rumah sakit, karena saya rasa ada stres juga yang memperparah penyakit gulanya,” ucap Made Pasek Satria Oka adik keenam dari 8 bersaudara Sudharmaja.

Namun setelah dua hari dirawat di RSU BaliMed Singaraja, mantan Ketua KONI Buleleng periode 2000-2004 ini akhirnya dirujuk ke RSUD Buleleng karena didiagnosa mengalami stroke batang otak. Namun karena kondisinya terus melemah Sudharmaja tidak dapat tertolong dan dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis, Minggu (4/12) lalu.

Kepergian Sudharmaja pun membawa banyak kenangan bagi keluarganya, terutama istrinya Luh Partini dan kelima orang putra-putrinya. Sudharmaja dikenang sebagai tokoh politik dan kader militan PDIP. Bahkan perjuangannya membela partai moncong putih ini hampir merenggut nyawanya. Kejadian tragis yang dialami Sudharmaja pun masih dikenang jelas oleh anak-anaknya.

Memori kelam perjuangannya di politik itu diceritakan anak sulung Sudharmaja, Prima Aristya Dewi terjadi pada tahun 1991. Saat itu Sudharmaja satu-satunya kader PDI Perjuangan di Seririt. Saking cintanya pada partai berbendera merah ini, keluarga Sudharmaja sempat diserang dan dirampok.

“Saya waktu itu masih kecil. Rumah kami dirampok. Itu hanya masalah politik saja karena papa (Sudharmaja) saya saja yang dulu PDI sendiri. Rumah dirusak, papa juga kena sabet senjata tajam,” kenang Aristya bersama adik-adiknya. Namun kejadian itu tidak membuat Sudharmaja gentar membela dan membesarkan PDI Perjuangan di Buleleng. Dia pun terus berjuang hingga era reformasi. “Waktu kecil kami jarang ketemu papa, karena selalu ikut demo sana sini. Pulang-pulang kadang kakinya luka, celana robek. Tetapi memang begitu semangatnya berpolitik,” imbuh Aristya.

Kenangan pahit di politik yang dialami Sudharmaja itu pun membuat anak-anaknya belum ada yang mau terjun sebagai kader partai atau jadi politisi. Semangat perjuangan dan keyakinan yang ditorehkan Sudharmaja pun akhirnya membuahkan hasil. Pada Pemilu 1999 dia terpilih menjadi anggota DPRD Buleleng dan terpilih sebagai Ketua DPRD Buleleng periode 1999-2004. Alumni SMAN 1 Singaraja ini pun sempat dicalonkan sebagai Bupati Buleleng periode 2002-2007 berhadapan dengan Putu Bagiada. Peluang kemenangan Sudharmaja saat itu pun sangat besar. Sebab dari 45 kursi DPRD Buleleng 31 kursi diantaranya diduduki anggota Fraksi PDI Perjuangan.

Namun sayang saat itu peluang kemenangannya berubah menjadi kekalahan yang dramatis, karena pembelotan sebagian anggota fraksi yang malah memilih lawannya. Hingga pensiun di dunia politik, semangat Sudharmaja tetap berkobar. Dia masih saja semangat jika berbicara politik. Bahkan dia juga sering diminta hadir dalam pertemuan-pertemuan politik setelah tidak lagi aktif langsung sebagai kader.

Sementara itu di lingkungan keluarga, pria kelahiran 13 Agustus 1955 ini dikenal sangat penyayang. Mengetahui kondisinya yang terus memburuk Sudharmaja sempat mewanti-wanti anak keempatnya Mega Pramitha Dewi untuk segera menikah. “Saya baru sadar setelah papa meninggal, ternyata ditunggu sekali acara pernikahan saya Oktober kemarin, walaupun papa tidak bisa hadir langsung,” ucap perempuan 30 tahun ini.

Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna dihubungi terpisah, Selasa kemarin menyebut Sudharmaja merupakan simbol pergerakan PDI Perjuangan di Buleleng saat masa reformasi. Dia sangat berjasa mengorganisir masyarakat untuk bergerak dan membentuk struktur partai ke desa-desa.

“Sampai saat ini Bli Komang (Sudharmaja) masih dihormati dan perjuangannya selalu diingat oleh kader PDI Perjuangan. Selama ini juga tetap aktif berkomunikasi dengan kader. Bisa dilihat di rumah duka seperti ajang reuni dan temu kangen bagi kader karena jasa beliau,” kata Supriatna.  Dia pun mendoakan mendiang Sudharmaja mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan. *k23

Komentar