nusabali

Rancang Makepung Ramah Kerbau

Jembrana Gaet Turis dengan Atraksi Budaya

  • www.nusabali.com-rancang-makepung-ramah-kerbau

Selama ini ada pandangan dari para wisman yang menilai atraksi makepung sebagai aksi kekerasan pada hewan.

NEGARA, NusaBali

Atraksi budaya Makepung di Jembrana diupayakan bisa menjadi magnet untuk pengembangan wisata. Sebagai upaya menggaet wisatawan, rencananya diadakan atraksi makepung dengan konsep 'ramah kerbau' di Sirkuit All in One, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara.

Atraksi makepung berkonsep 'ramah kerbau' tesebut secara umum masih sama dengan atraksi makepung kini. Namun untuk menarik wisatawan, terutama wisatawan mancanegara (wisman), dilarang mengunakan kayu penyalin berpaku sebagai pecut atau cemeti kerbau.

Sebagai pengganti pemacu kerbau itu akan digantikan dengan  pecut biasa agar kerbau tidak sampai berdarah. Hal itu pun bertujuan agar wisman bisa lebih tertarik menyaksikan atraksi makepung. Mengingat selama ini ada pandangan dari para wisman yang menilai atraksi makepung sebagai aksi kekerasan pada hewan. Terlebih saat kerbau dipukul menggunakan kayu penyalin berpaku, pastilah akan berdarah-darah. Sedangkan ketika dipacu menggunakan pecut, diharapkan membuat wisman bisa lebih tertarik dengan budaya khas Gumi Makepung ini. "Nanti itu akan coba ditampilkan saat persemian Sirkuit All in One. Itu keinginan dari Pak Bupati agar makepung bisa 'dijual' untuk wisatawan," ujar Koordinator Makepung Kabupaten Jembrana I Made Mara, Jumat (2/12).

Dari informasi, kata Mara, peresmian Sirkuit All in One akan dilaksanakan pada 27 Desember 2022. Peresmian nanti akan dilakukan langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno. Namun masih menunggu kepastian jadwal sang Menteri.

"Kami juga berharap atraksi budaya makepung bisa menjadi daya tarik wisatawan. Karena dengan semakin banyak wisatawan, kita pun berharap perhatian kepada pelestari makepung bisa terus ditingkatkan. Karena budaya ini kan budaya yang mahal," ucap Mara.

Sejatinya, kata Mara, adanya pandangan aktraksi makepung sebagai aksi kekerasan terhadap hewan, sangatlah tidak tepat. Padahal di balik atraksi makepung, kerbau makepung diperlakukan sangat spesial. "Memang susah kalau hanya yang melihat pas kerbau dipukuli. Tetapi tidak tahu bagaimana perlakuan sehari-hari. Baru bangun pagi, kita lebih dulu mandikan kerbau. Bahkan mandinya pun pakai air hangat," ujar Mara, mencotohkan salah satu perlakuan spesial terhadap kerbau makepung.

Setiap setelah atraksi, kata Mara, kerbau yang terluka pasti diobati. Hewan kesayangan para pecinta budaya makepung ini, biasa diperlakukan sepesial dengan rutin diberikan jamu untuk menjaga kebugaran dan kesehatan kerbau.

"Kebersihan kerbau makepung sangat spesial. Kita biasa baluri minyak agar kulit dan bulunya sehat. Kalau kerbau kita sudah ganteng, kita pun senang. Kalau tidak ada makepung, mungkin populasi kerbau akan sedikit. Mungkin kerbau hanya terus dibunuh hanya untuk keperluan konsumsi," ucap Mara.

Menurut Mara, jumlah pelestari budaya makepung terus menunjukan trend peningkatan. Sesuai data terkahir, saat ini ada sebanyak 196 anggota sekaa makepung se-Jembrana. Di antaranya 103 anggota sekaa di Ijo Gading Barat (wilayah Kecamatan Negara dan Melaya), dan 93 anggota sekaa di Ijo Gading Timur (wilayah  Kecamatan Jembrana, Mendoyo dan Pekutatan).

"Sekarang juga banyak anak-anak muda yang meneruskan. Ini pun menjadi harapan kita agar makepung tetap lestari," ucap mantan Perbekel Melaya yang juga Koordinator Sekaa Makepung Ijo Gading Barat ini.*ode

Komentar