nusabali

Rabies Kembali Telan Korban Jiwa di Desa Patas

  • www.nusabali.com-rabies-kembali-telan-korban-jiwa-di-desa-patas

SINGARAJA, NusaBali
Kasus gigitan anjing rabies tak hentinya menelan korban jiwa. Terbaru, seorang pria asal Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, berinisial KS, 36, meninggal dunia usai digigit anjing.

Kasus ini menambah panjang daftar kematian akibat gigitan anjing.  Data yang dihimpun, sepanjang bulan November sudah ada 4 kasus kematian akibat rabies.  Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha mengatakan, KS meninggal dunia, Senin (28/11) saat dalam perawatan medis di RSUD Buleleng, Kota Singaraja. Sebelumnya, KS dibawa oleh keluarganya ke IGS RSUD Buleleng, Sabtu (26/11) sore. Ia saat itu dirujuk dengan keluhan gejala-gejala suspek rabies. Di antaranya gelisah, sesak nafas, hingga takut udara dan cahaya.

"Dia (pasien) digigit anjing, padahal anjingnya dieliminasi. Tapi dia merasa tidak bakal apa-apa. Padahal, begitu kita membunuh anjing, kita menganggap itu rabies, harusnya nyari VAR (vaksin anti rabies). Namun tidak. Pasien sempat periksa ke Puskemas Gerokgak I dan ke RS Parama Sidhi Singaraja hingga dirujuk ke RSUD Buleleng," ujarnya, Senin (28/11) siang.

Dari keterangan keluarga kepada pihak medis, KS mengalami gigitan anjing liar pada jari tangan dua bulan sebelumnya. Namun kejadian itu ditangkal dan tak mencari VAR ke fasilitas kesehatan hingga kondisinya memburuk sampai akhirnya meninggal dunia. Padahal gigitan pada jari merupakan daerah yang paling besar kemungkinan penularannya.

"(Pasien) digigit anjing kurang lebih dua bulan lalu. Sempat dirawat dua hari di RSUD Buleleng namun kondisinya sudah parah," katanya. Pasca terjadi kasus gigitan anjing hingga menimbulkan korban jiwa itu, pihak medis RSUD Buleleng langsung menelusuri keluarga korban. Tiga orang keluarga korban yang kontak erat langsung di-VAR.

Kata dr Arya, berdasarkan catatan RSUD Buleleng, sepanjang bulan November ini sudah 4 orang korban meninggal dunia dengan suspek rabies. Tiga di antaranya, terjadi di Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng, Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar, dan Desa Lemukih, Kecamatan Sawan. Menurutnya, kondisi ini sudah semakin mengkhawatirkan.

"Artinya mari maksimalkan pencegahan di area hulu dan tengah, dengan mengandangkan anjing. Apalagi situasi begini, agar anjing kita tidak digigit anjing lain yang rabies. Atau kalau anjing kita rabies, tidak menggigit orang lain. Karena jika orang sudah bergejala rabies, peluang untuk selamat sangat kecil. Bahkan tidak ada," ucap dr Arya.

Selain itu, dr Arya juga mendorong pemerintah agar membuat peraturan untuk mendisiplinkan masyarakat dalam memelihara hewan peliharaannya. Seperti rutin divaksin, dan tidak diliarkan. Sebab dengan adanya peraturan, masyarakat dinilai akan lebih terikat dan lebih serius memperhatikan masing-masing hewan peliharaannya.

"Outcome-nya, ada penurunan kasus rabies. Karena kematian sangat tinggi. Kalau ini dianggap darurat, kenapa tidak dibuatkan Perbub atau Perda.  Agar masyarakat lebih serius memperhatikan anjing peliharaannya. Sosialisasi juga agar masyarakat  paham, kalau digigit anjing berisiko harus mendapat VAR. Kita setuju kalau ada regulasi yangg mengatur. Masa kita terus menunggu korban lagi. Harus ada langkah kongkret," tegasnya.*mz

Komentar