nusabali

Fenomenotawa Berseliweran di Ruang Publik

  • www.nusabali.com-fenomenotawa-berseliweran-di-ruang-publik

HUMOR berseliweran di setiap ruang dan tempo kehidupan manusia. Muawal dkk (2014) mendokumentasikan berbagai humor berjudul  ‘fenomenolaugh’.

Secara kasat mata, humor dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: humor lisan, tulisan, dan kartun. Rod Martin seorang profesor psikologi dari Universitas Ontario, mendefinisikan humor sebagai fenomena terkait dengan menyipta, ide, situasi, atau kejadian yang inkongruen— tidak sebangun dengan kejadian lazimnya. Umumnya, unsur humor terdiri atas stimulus, proses kognitif, emosi gembira, karakteristik kepribadian yang membuat seseorang tertawa. Fenomena ketidak-sebangunan antara ujaran-dengan-perbuatan, janji-dengan-realisasi, perbuatan-dengan-putusan sering terekspose di ruang publik yang membuat seseorang menangis-atau-tertawa, sedih bukan karena lucu tetapi inkongruen.

Di masa pandemi, biaya pengadaan prokes menjadi sebuah humor menyedihkan. Di berbagai wilayah ada perbuatan yang terkait dugaan mark up anggaran dalam penyediaan alat protokol kesehatan, seperti: pengukur suhu tubuh dan alat cuci tangan. Di satu pihak, penderita sedang menangis karena Covid-19, tetapi di pihak lain ada yang berharap tertawa di atas penderitaan—inilah humor getir kehidupan.

Humor lain semasa pandemi, misalnya penelitian yang mengikutsertakan manusia sebagai subjek. Peneliti mengeksplorasi kondisi dan situasi subjek yang sedang mengalami ketidaknyamanan, rasa nyeri, atau sedang terpapar berbagai macam risiko itu, lalu dicecar berbagai pertanyaan, diperiksa, dan hasilnya dipublikasikan. Risiko sosial yang mungkin terjadi, antara lain: stigma, diskriminasi, hilangnya rasa hormat, atau cemoohan publik. Tingkat keparahan risiko, mungkin berbeda dari budaya satu ke budaya lainnya. Ini adalah sebuah contoh yang paradoksal, yang satu berdalih akademis dan lainnya terpapar kritis oleh Covid-19.

Masih ada contoh humor lain, yaitu humor ‘bisosiasi’. Humor bisosiasi adalah sejenis humor yang membuat orang tertawa, bukan karena kelucuannya, tetapi karena adanya dua pandangan yang inkonsisten. Jadi, humor bisosiasi merupakan ketidak-sesuaian antara yang diharapkan dengan kenyataannya. Misalnya, kasus sepele yang dibesar-besarkan berubah menjadi sebuah humor, yaitu tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Atau, humor paradigma yang menang adalah yang mempunyai kekuasaan, yang mempunyai uang banyak, dan yang mempunyai kekuatan. Mereka pasti aman dari gangguan hukum walaupun aturan negara dilanggar, atau dalam istilah hukum ‘timpang sebelah’.

Humor ‘motivasional’ yang bertolak dari pandangan psiko-analisis Sigmund Freud. Menurut Freud, asal mula humor adalah kecenderungan agresif. Hal itu timbul karena tidak dapat diterima oleh kesadaran lalu ditekan ke alam bawah sadar bercampur dengan ‘vested interest’. Dalam politik identitas, kesamaan identitas agama, suku, atau ras dimanfaatkan untuk meraih dukungan, kekuasaan, atau kekuatan. Politik identitas menjadi sebuah humor pelepasan ketidakmungkinan meraih dukungan, kekuasaan atau kekuatan.

Menurut teori superioritas dan degradasi, humor dipandang sebagai refleksi rasa kelebihan yang menertawakan pihak lain. Seseorang akan menertawakan kelemahan atau kekurangan orang lain dan memeroleh kenikmatan dari humor demikian. Seseorang akan tertawa jika dia merasa lebih unggul, sempurna, cantik, atau lebih mampu dibanding pihak lain. Contoh humor demikian dapat disaksikan saat berkampanye atau sedang membangun citra tertentu. Inilah kecap nomor satu dan yang lainnya pasti bukan nomor satu, begitulah kira-kira strategi jitunya. Menurut Claire, inkongruensi dapat dikategorikan sebagai sebuah humor ketika ia mengandung empat unsur, yaitu: kejutan, ketidak-pedulian dengan rasa malu, tidak mengindahkan logika, dan kesengajaan agar tujuan tercapai melalui hasutan, cercaan, pemutarbalikan fakta, dan sebagainya. Menurut Teori Kepribadian Logotheraphy, yang bercorak eksistensialis-humanistik, meyakini bahwa manusia diakui sebagai makhluk yang memiliki kebebasan, sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Banyak orang yang memanfaat-gunakan humor dalam menyelesaikan berbagai masalah dan tujuan! *

Prof Dewa Komang Tantra MSc, PhD

Komentar