nusabali

Interior dan Eksterior Bus Ternyata Digarap Dua Dosen ISI Denpasar

Sisi Lain Bus Listrik Merah Putih yang Jadi Kendaraan Operasional Saat KTT G20

  • www.nusabali.com-interior-dan-eksterior-bus-ternyata-digarap-dua-dosen-isi-denpasar

Dari 31 unit kendaraan yang diproduksi, dua dosen dari ISI Denpasar dan dari tiga PTN lain bertanggung jawab atas 9 unit bus yang memiliki standardisasi lebih tinggi.

DENPASAR, NusaBali
Dua dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) terlibat dalam penggarapan Bus Listrik Merah Putih (BliMP) yang digunakan sebagai kendaraan operasional selama KTT G20.

Dua dosen muda bertalenta tersebut adalah I Gusti Ngurah Wirawan SSn MSn dari Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) dan I Nyoman Adi Tiaga SSn MSn dari Program Studi Desain Interior (DI). Keduanya masing-masing bertanggung jawab atas penggarapan wajah luar dan dalam bus listrik hasil program Kedaireka dan Matching Fund dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI tersebut.

Kedaireka dan Matching Fund merupakan wahana pertemuan bagi perguruan tinggi di Indonesia dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Melalui wahana yang digodok Ditjen Pendidikan Tinggi Kemdikbudristek RI ini, perguruan tinggi dan DUDI dapat melakukan pendekatan kolaborasi untuk menghasilkan inovasi konkret.

“Keterlibatan kami di riset BliMP ini sudah dimulai sejak Februari 2022. Di mana saat itu proposal pertama diajukan oleh Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang digawangi Dr M Nur Yuniarto sebagai ketua peneliti. Kemudian, digandenglah tiga perguruan tinggi lain, yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan ISI Denpasar,” terang Adi Tiaga saat dijumpai, Rabu (16/11) sore di Denpasar.

Selain konsorsium di antara empat perguruan tinggi negeri (PTN) ini, terdapat pula perusahaan BUMN, yakni PT Industri Kereta Api (INKA) yang dikenal sebagai perusahaan BUMN produsen kereta api nasional dan regional.

PT INKA sebelumnya juga menjadi destinasi bagi dua mahasiswa DKV dan satu mahasiswa DI ISI Denpasar untuk program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Dari proses magang ini, Ngurah Wirawan dan Adi Tiaga didapuk sebagai pembimbing mahasiswa mereka yang magang di BUMN yang berlokasi di Kota Madiun, Jawa Timur itu lewat penggarapan BliMP. Lambat laun, dari posisi pembimbing mereka dilibatkan secara langsung dalam penggarapan bus listrik tersebut sebagai anggota tim peneliti.

“Keterlibatan dalam mendesain interior dan eksterior bus ini adalah suatu tantangan bagi kami karena sebelumnya belum pernah mendesain wajah kendaraan untuk penumpang,” ujar Ngurah Wirawan dijumpai dalam kesempatan yang sama. Dari 31 unit kendaraan yang diproduksi, dua dosen dari ISI Denpasar dan juga dari tiga PTN lain bertanggung jawab atas 9 unit bus. Di mana, 9 unit tersebut memang diperuntukkan untuk operasional KTT G20 dengan standardisasi yang lebih tinggi dibanding 21 unit lain yang diperuntukkan untuk umum.

Keduanya mengaku sempat bingung dan bahkan putus asa ketika menelaah konsep desain yang akan ditampilkan pada bus dengan panjang 8 meter tersebut. Selain itu, terdapat pula aturan atau standardisasi bus listrik yang harus diikuti seperti berat maksimal kendaraan dengan penumpang adalah 8 ton. Di lain sisi, desain dan material eksterior harus menyesuaikan kemampuan dan teknologi yang dimiliki mitra karoseri.

“Kami sempat bingung mau diapakan bus ini (E-Inobus INKA) agar berbeda dari bus biasa dengan bahan bakar BBM (Inobus INKA). Sudah tidak terhitung berapa gambar yang sudah kami buat dan itu masih mentah semua. Sampai akhirnya di bulan Maret, ketemu bentuk yang sekarang dengan tagline Sembrani,” tutur Ngurah Wirawan mengilas balik perjalanan panjang pendesainan BliMP.

Kata Ngurah Wirawan, Sembrani secara harfiah merujuk pada mitologi rakyat Jawa mengenai kuda bersayap yang digunakan oleh raja, ratu, dan senopati untuk bepergian. Dengan kuda ini niscaya ketika bepergian akan cepat sampai ke tujuan. Khusus eksterior, dari hasil diskusi dengan dua mahasiswa yang terlibat, Ngurah Wirawan akhirnya mengangkat konsep retro-futuristik. Konsep ini menonjolkan bentuk bus yang sederhana seperti bus klasik, namun memiliki kesan kecanggihan.

Konsep ini berhasil memberikan kesan yang berbeda antara bus listrik ini dengan saudaranya yang berbahan bakar minyak fosil. Kemudian, dari segi kesan retro terlihat dari penggunaan lampu depan yang klasik berbentuk bulat namun diimbangi dengan penggunaan kaca yang terkesan dominan dan elegan pada bagian cowl depan dan eksterior samping.

Selain tagline Sembrani, yang menarik pada desain eksterior ini adalah logogram BliMP yang sederhana namun mudah diingat dan terbilang ikonik. Desain logogram yang menyerupai siluet burung Garuda terbang dengan gagah perkasa ini didesain sendiri oleh Ngurah Wirawan. Selama pengerjaan eksterior tersebut, Ngurah Wirawan dan kawan-kawan sempat harus mengganti bahan eksterior bagian samping bus yang awalnya berbahan pelat besi menjadi stainless steel.

Langkah ini diambil lantaran penggunaan pelat besi dinilai terlalu berat, yakni 1 ton untuk eksterior saja sehingga dapat mengancam total berat setelah jadi melebihi batas yang diperbolehkan. Akan tetapi, setelah digunakan stainless steel yang lebih ringan, ternyata permukaan bahan ini bergelombang dan susah diratakan. Walhasil, alih-alih mendempul dan mengecat permukaan bergelombang tersebut, digunakanlah wrapping sticker untuk menutupi seluruh eksterior samping BliMP. Teknik ini pun cukup berhasil memanipulasi permukaan bergelombang bahan stainless steel tersebut.

Sementara itu, Adi Tiaga selaku anggota tim peneliti yang bertanggung jawab mendesain bagian interior pun tertantang dengan konsep yang diusung Ngurah Wirawan. Adi Tiaga pun akhirnya menonjolkan konsep luxury alias mewah dan elegan namun tetap memberikan kesan kehangatan. “Saya memunculkan konsep itu karena ini sebagai alat transportasi KTT G20, harapan saya ketika bus ini dipakai, para delegasi yang terdiri dari orang-orang penting itu bisa merasakan pelayanan terbaik dan kenyamanan. Kemudian aspek retronya saya tarik untuk mengakomodasi kesan kehangatan karena zaman dulu itu bus tempat duduknya saling berhadapan,” kata Adi Tiaga.

Lewat penarikan konsep retro tersebut, tempat duduk penumpang BliMP khusus delegasi ini dibuat melingkar dan saling berhadapan. Posisi ini, kata Adi Tiaga, dapat mendorong interaksi antarpenumpang yang terdiri dari orang penting dari berbagai negara. Kemudian, dari segi luxury sendiri ditonjolkan dengan penggunaan tempat duduk penumpang yang berbahan busa yang ditutupi kain khusus berwarna merah. Kesan mewah dan elegan pun ditunjukkan pada penggunaan warna emas pada sebagian komponen interior bus.

Terlihat pula keberadaan aksen lampu yang menarik garis ujung atas dan bawa tempat duduk, plafon, dan bagian belakang interior bus.

Selain itu, dikarenakan mitra utama dari konsorsium empat PTN ini adalah PT INKA maka ada semacam permintaan khusus agar ciri khas perkeretaapian itu dimunculkan dalam interior BliMP. Permintaan ini kemudian diterjemahkan oleh Adi Tiaga dan kawan-kawan lewat pemilihan material interior yang sering digunakan dalam dunia kereta api. Dua di antara material tersebut adalah penggunaan besi-besi holo dan fiber cetak. “Kabar baiknya, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) BliMP ini mencapai 75 persen, termasuk ada mesin dan baterai di beberapa unit yang dibuat sendiri di Indonesia,” ungkap Ngurah Wirawan.

Sementara Menteri Dikbudiristek RI Nadiem Makarim pada saat peluncuran BliMP pada, Minggu (13/11) lalu di Nusa Dua menyatakan bahwa keberhasilan konsorsium empat PTN dan INKA ini merupakan salah satu ajang pembuktian keunggulan Bangsa Indonesia kepada dunia dalam momentum KTT G20 ini. *ol1

Komentar