nusabali

Sebulan Pasca Banjir Bandang, Kayu Masih Menumpuk di Rumah Warga

  • www.nusabali.com-sebulan-pasca-banjir-bandang-kayu-masih-menumpuk-di-rumah-warga

NEGARA, NusaBali
Hampir sebulan pasca banjir bandang Sungai Biluk Poh, kondisi pemukiman warga di Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan dan Lingkungan Biluk Poh Kangin, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, masih dalam kondisi porak poranda.

Begitu juga lumpur dan kayu-kayu besar masih menumpuk di sejumlah pekarangan rumah warga Lingkungan Biluk Poh Kangin. Salah seorang warga Biluk Poh Kangin, I Putu Gede Dwi Bawa, 42, Senin (14/11), mengatakan, hingga sebulan pasca banjir, belum ada lanjutan bantuan untuk pembersihan lumpur maupun kayu-kayu besar tersebut. Sebelumnya, pembersihan kayu yang dibantu komunitas off road sempat dilakukan beberapa kali.

“Kami bersyukur sudah ada yang bantu. Namun sekarang kami harus cari tukang. Soalnya tidak mungkin kami bersihkan sendiri. Apalagi kayu-kayu yang besar. Harus cari buruh,” ujar Dwi Bawa yang pekarangan rumahnya masih tertutup lumpur dan kayu.

Sebelumnya, Dwi Bawa mengaku sempat selama 3 pekan tidak bisa mengecek masuk ke dalam rumah karena tertutup kayu yang menumpuk hingga setinggi rumah. Meski saat ini sudah bisa masuk ke dalam rumah, dirinya belum dapat kembali menempati ataupun upaya memperbaiki rumahnya yang rusak karena kayu yang menggunung di pekarangan rumahnya.

“Belum bisa kembali tinggal di rumah. Soalnya di dalam juga masih kotor dan masih banyak kayu di pekarangan. Sementara ini, saya sama keluarga ngungsi di rumah saudara bapak di Baler Bale Agung (Kelurahan Tegal Cangkring),” ucap Dwi Bawa.

Sementara Kepala Lingkungan Biluk Poh Kangin I Komang Swabawa, mengatakan hampir sebulan pasca banjir bandang, sebagian besar warganya tidak dapat kembali ke rumahnya. Selain ada yang memang rumahnya hilang ataupun rusak berat, ada beberapa warga yang bangunan rumahnya masih berdiri, namun belum dapat kembali ditempati ataupun diperbaiki karena pekarangannya masih tertutup tumpukan kayu.

“Sekarang memang sudah tidak ada lagi yang mengungsi di posko (pengungsian). Tetapi mengungsi ke rumah-rumah saudara, dan tiap hari sampai sekarang masih sibuk bersih-bersih di rumah mereka,” kata Swabawa.

Menurut Swabawa, sebagai upaya membantu pembersihan kayu-kayu besar itu, sebelumnya ada rencana untuk mencari pengepul yang bersedia membeli kayu-kayu tersebut. Namun nyatanya belum ada pihak pengepul yang bersedia membeli secara borongan.

“Kita maunya cari satu pengepul yang mau beli untuk sekalian melakukan pembersihan, dan hasilnya nanti dibagi kepada warga. Tetapi sulit. Belum ada yang mau,” imbuh Swabawa.

Karena itu, sambung Swabawa, untuk pengelolaan atau pemanfaatan kayu-kayu yang berada di pekarangan rumah warga itu, diserahkan kepada masing-masing pemilik rumah. Artinya, ketika ada yang berminat membeli kayu-kayu itu, agar berkoordinasi langsung dengan warga bersangkutan. *ode

Komentar