nusabali

Megawati Beber Pernak Pernik KAA dan GNB

Dari Aljazair Merdeka sampai Pemimpin Soviet Copot Sepatu

  • www.nusabali.com-megawati-beber-pernak-pernik-kaa-dan-gnb

JAKARTA, NusaBali
Presiden Kelima RI Prof.Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pernak-pernik penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 dan Gerakan Non Blok (GNB) yang diikutinya atas ajakan Proklamator RI, Dr.Ir. Soekarno.

Termasuk bagaimana Indonesia kala itu meyakinkan Tiongkok untuk hadir di KAA, soal Aljazair yang belum merdeka, hingga ke tingkah Pemimpin Soviet, Nikita Kruschev.

Hal itu diungkapkan Megawati saat memberikan sambutan secara virtual dalam opening ceremony acara 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective', Gedung ANRI, Jakarta, Senin (7/11). Megawati menjelaskan, KAA adalah awal gerak solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika menyatu.

"Para pemimpin bangsa dari 29 negara bertemu untuk memenuhi panggilan sejarahnya, berjuang untuk mewujudkan tata dunia baru yang seharusnya bebas dari kolonialisme dan imperialisme," ujar Megawati dalam keterangan tertulisnya.

Megawati lalu mengatakan, dirinya teringat bagaimana sang ayah, Presiden Soekarno, menceritakan sebelum terjadinya konferensi sampai berada di dalam konferensi. “Yang paling saya kagumi adalah dengan caranya Bung Karno itu bisa mengajak yang namanya sekarang menjadi Republik Rakyat Tiongkok untuk ikut di dalam Konferensi Asia-Afrika tersebut. Ketika itu, beliau berhubungan dengan Ketua Mao Zedong,” jelas Megawati. Saat itu, Bung Karno mengatakan kepada mereka agar jangan mengurung diri dalam tirai bambu.

Melainkan, sudah saatnya harus ikut sebagai salah satu bangsa yang mempunyai penduduk terbesar di dunia. “Pendek ceritanya, yang dapat meyakinkan atas bantuan dari Perdana Menteri Zhou Enlai. Zhou Enlai sangat sepakat dengan Bung Karno. Akhirnya, China itu ikut di dalam Konferensi Asia-Afrika dan dapat membuka dirinya menjadi seperti Tiongkok yang sekarang,” tambah Megawati.

Kisah yang berikutnya terjadi di dalam tempat konferensi. Panitia KAA sudah diberitahu bahwa kalau ada negara yang belum merdeka, tetapi ikut dan hadir di Bandung, kota penyelenggaraan konferensi, oleh panitia, negara itu ditaruh ke tempat peninjau.

“Tetapi ketika itu datanglah delegasi Aljazair, mereka protes. Karena memang waktu itu Aljazair belum merdeka. (Tetapi mereka protes,red) Karena tidak mau jauh-jauh datang, kok (ditempatkan) sebagai peninjau. Jadi Bung Karno diberitahu,” kata Megawati. Lalu di sebuah meja kosong, Bung Karno memanggil delegasi tersebut. Di tempat kosong itu, kata Megawati, biasanya ada nama negara dan benderanya.

"Bung Karno bertanya, kalian kalau nanti merdeka, bendera kalian seperti apa? Jadi orang itu yang ditanya ngomong. Bung Karno kan arsitek, jadi pintar gambar. Jadi dia cepat, ngikuti. Nah, langsung ditanya, "Apakah ini benderamu?" "Yes" kata orang yang mungkin itu ketua delegasi. Oke, ditaruh di tempat bendera. Panitia dipanggil, “dia sah sebagai pengikut, bukan peninjau”. Wah (Aljazair) kan senang banget,” beber Megawati.

Kisah pemimpin dunia lainnya yang diketahui Megawati adalah Nikita Kruschev dari Uni Soviet. Saat itu Megawati menjadi salah satu peserta Konferensi Gerakan Non-Blok (GNB) di Yugoslavia. Ketika Presiden Khrushchev pidato, saking semangatnya sampai copot sepatu. Sepatu itu dia pukulkan seperti palu. "Seingat saya tidak ada palu, jadi mungkin dia pikir mesti mencari palu, ya sudah sepatu saja,” cerita Megawati.

Bagi Megawati, para pemimpin itu adalah pejuang-pejuang besar, sangat mumpuni, tetapi low profile. Hal ini patut menjadi pelajaran bagi pemimpin saat ini. Misalnya, bagaimana hubungan antarpemimpin itu seharusnya sampai pada sebuah lobi yang bisa dikatakan sangat pribadi.

“Apa maksud saya menceritakan hal tersebut yang mungkin tidak tertuliskan dan  tidak ada dokumentasinya. Bahwa kalau kita memiliki tujuan, kita harus mengikuti tujuan itu dan jangan menyerah begitu saja. Menurut saya, itulah watak seorang pemimpin,” kata Megawati. *k22

Komentar