nusabali

Berawal dari Lorong Rumah, Kini Punya Ratusan Koleksi Tanaman Hias

  • www.nusabali.com-berawal-dari-lorong-rumah-kini-punya-ratusan-koleksi-tanaman-hias
  • www.nusabali.com-berawal-dari-lorong-rumah-kini-punya-ratusan-koleksi-tanaman-hias

MANGUPURA, NusaBali.com – Bisnis tanaman hias nampaknya semakin menjanjikan. Berkat pandemi, pelaku bisnis tanaman hias kecipratan rezeki karena banyak orang yang berdiam diri di rumah memilih merawat tanaman hias sebagai hobi dan kesibukan.

Seperti salah satu pengusaha muda, I Putu Robin Hermawan, 22, yang terjun ke dalam bisnis tanaman hias sejak Agustus 2019 setelah sempat menjadi tukang ojek online. Dalam waktu tiga tahun, dagangan yang awalnya lengang tersebut seketika diburu konsumen pada saat pandemi Covid-19 melanda.

Padahal, awal mula bisnis tanaman hias Spot Garden yang dirintis oleh Robin itu karena iseng. Pada bulan Agustus tiga tahun silam tersebut, dia baru saja menyelesaikan renovasi kamar dan berniat membeli tanaman rumahan untuk menghias kamar. Pilihannya saat itu jatuh pada tanaman hias mungil yakni kaktus mini dan sukulen.

“Waktu mau beli kaktus mini dan sukulen itu sambil lihat-lihat di media sosial cari informasi soal kedua tanaman hias ini. Akhirnya muncul keinginan untuk coba merawat. Jadilah saya beli sekitar 30 buah yang tujuan utamanya adalah belajar merawat,” tutur Robin ketika ditemui, Kamis (3/11/2022) sore.

Modal dari 30 buah tanaman hias itu sekitar Rp 300.000 dan murni berasal dari kocek hasil menarik ojek online. Setelah proses gagal dan berhasil dalam merawat tanaman hias mini tersebut, Robin mulai memantapkan diri untuk berjualan dan menambah koleksi bisnis yang ia beri nama Cactorium. Nama ini dipilih sebab saat itu hanya kaktus mini dan sukulen saja yang ia jual.

Robin mengaku andalannya untuk berjualan di masa 2019 tersebut adalah media sosial Instagram lantaran situs ini saat itu tenar untuk berjualan online. Meskipun demikian, awal mula bisnis itu dibuka belum ada yang membeli produk Cactorium walaupun beberapa orang sudah mulai melirik dagangannya lewat pertanyaan dan pesan.

Setelah mendapat tanggapan dari warganet dan teman-temannya, mantan tiga besar olimpiade biologi se-Bali ketika masih di bangku SMA ini pun menggedor promosi lewat akun-akun media sosial Instagram berpengikut banyak.

“Dari promosi itu, trafik mulai naik (berkunjung ke akun Cactorium) dan hasil penjualan pun naik. Saat itu saya masih jualan dari lorong rumah dengan modal tambahan untuk tanaman, pot, dan media tanam sekitar Rp 1-2 juta,” ujar pemuda asli Petang ini.

Walaupun trafik pengunjung akun media sosial naik dan grafik penjualan secara umum menunjukkan peningkatan, penjualan setiap harinya masih tidak menentu. Apalagi saat itu Robin masih menyambi jadi ojek online dan sedang awal kuliah.

Akan tetapi, Robin tetap memberanikan diri untuk menambah koleksi dan pada bulan November di tahun yang sama, ia memindahkan dagangannya dari rumah ke toko bekas salon milik ibunya di daerah Mambal, Kecamatan Abiansemal. Perpindahan ini tidak terlepas dari koleksi yang awalnya puluhan kemudian menjadi 200-an koleksi.

“Dari segi omzet saat itu sebenarnya belum pasti juga. Tetapi kalau sebelumnya Rp 50.000 sehari itu belum pasti, setelah pindah ke bekas salon ibu saya ini Rp 50.000 ke atas itu hampir pasti dapat setiap harinya,” jelas Robin.

Penghasilan harian yang masih di bawah Rp 100.000 ini kemudian naik drastis ketika pandemi melanda pada Maret 2020. Kata Robin, pada masa pandemi tersebut masyarakat mencari kesibukan salah satunya dengan merawat tanaman hias. Karena kebanyakan tanaman hias yang dirawat jenis berdaun sedangkan tokonya masih berkutat di kaktus dan sukulen, hal ini justru menjadi ciri khas dan akhirnya dikenal oleh banyak orang.

Pada masa pandemi itu, omzet hariannya bisa mencapai minimal Rp 150.000 atau naik lebih dari tiga kali lipat. Ketenaran ini membuat Robin berani mengambil risiko untuk jor-joran menambah koleksi sekaligus melebarkan cakupan koleksi ke tanaman hias berdaun dan gantung.

“Bisa dibilang tahun 2020 itu meskipun pandemi adalah tahun yang paling menguntungkan bagi usaha saya,” ucap Robin.

Pergeseran koleksi ini mendorong Robin mengubah nama usahanya dari Cactorium menjadi Spot Garden karena koleksinya sudah bukan tanaman kaktus saja. Seiring bertambahnya koleksi ini, toko bekas salon yang sempit itu sudah tidak mampu menampung dan bahkan menyulitkan konsumen berkunjung.

Robin kemudian memutuskan mengontrak tanah seluas dua are di pusat Kota Mangupura, Kabupaten Badung. Pembangunan toko yang hampir menghabiskan dana Rp 70 juta itu kemudian mulai ditempati sejak Juli 2022 dan menjadi toko offline Spot Garden saat ini.

Toko tanaman hias yang terletak beberapa meter di sebelah selatan pintu masuk Puspem Badung ini sudah mengoleksi sedikitnya 500 tanaman hias berbagai jenis mulai dari kaktus, sukulen, tanaman hias berdaun, tanaman hias gantung, tanaman hias berbunga, simbar menjangan, simbar Kalimantan, dan lainnya. Selain tanaman hias, ada juga pot, pupuk khusus, media tanam, dan kebutuhan perawatan tanaman hias lain sudah tersedia.

“Toko ini ramai pada hari Jumat dan akhir pekan. Karena ketiga hari ini sudah masuk hari santai. Terutama pegawai pemerintahan dari Puspem ini, biasanya hari Jumat berkunjung. Ya, kalau cukup ramai omzet satu hari bisa Rp 200.000, sebulan bisa Rp 5-6 juta,” kata Robin.

Usaha yang dirintis dalam kurun waktu tiga tahun ini masih dikelola sendiri oleh Robin. Ke depan, mahasiswa semester akhir jurusan farmasi ini berharap dapat membangun toko tanaman hias modern dengan koleksi lengkap dan tempat yang nyaman untuk dikunjungi konsumen.

Selain koleksi yang lengkap, toko tanaman hias modern ini, kata Robin, mengutamakan kepuasan konsumen saat berbelanja sehingga mereka datang lagi. Cita-cita ini diangkatnya lantaran ia sempat berkunjung ke beberapa toko tanaman hias yang kebanyakan kotor dan becek. *rat

Komentar