nusabali

Antisipasi Kerauhan, Siswa SMPN 2 Tabanan Diperciki Tirta

  • www.nusabali.com-antisipasi-kerauhan-siswa-smpn-2-tabanan-diperciki-tirta

TABANAN, NusaBali
Pasca dilaksanakan pembelajaran daring karena siswinya kerauhan, SMPN 2 Tabanan sudah melaksanakan pembelajaran tatap muka, Selasa (1/11).

Bahkan siswa yang baru datang hendak menuju kelas diperciki tirta dengan harapan tidak terkena gangguan niskala kembali.  Kepala SMPN 2 Tabanan I Gusti Nyoman Kamayani mengatakan pembelajaran tatap muka sudah dilakukan. Karena sekolah sudah melakukan usaha sekala niskala pasca kerauhan. "Kita sudah lakukan semaksimalnya untuk mengatasi hal ini," ujarnya.

Kata dia, agar tak terjadi peristiwa yang sama, siswa yang baru datang langsung diperciki tirta. Sementara siswi yang sebelumnya kerauhan sangat antusias kembali mengikuti pelajaran. “Pada saat mereka seperti itu (kerauhan) mereka juga tidak mau pulang, masih semangat mengikuti pelajaran,” kata Kamayani.

Sehingga, menurut Kamayani, untuk memberikan semangat para siswa, di setiap kelas pun sering diputarkan musik untuk membuat siswa rileks. "Kami buat mereka bahagia. Memberikan musik, melalui radio kelas, untuk membuat senang,” ucap Kamayani.

Seperti diketahui SMPN 2 Tabanan melaksanakan pembelajaran secara daring. Ini menyusul sejak tiga pekan lalu siswanya mengalami kerauhan. Dari penelusuran yang dilakukan sekolah mereka yang kerauhan berjumlah 8 orang. Pihak sekolah pun sudah melaksanakan pecaruan alit pada Soma Kliwon Landep, Senin (31/10).

Menurut Kamayani, siswa yang mengalami kerauhan tidak setiap hari. Melainkan mencari hari-hari tertentu atau menjelang rahina. Bahkan mereka yang kerauhan bisa saja saat belajar atau saat selesai upacara. “Anak-anak yang kerauhan ini menangis dan teriak-teriak,” tutur Kamayani.

Karena kondisi itu diputuskan untuk melaksanakan pembelajaran daring sejak Jumat (28/10) sampai Senin (31/10). Pembelajaran daring dilakukan untuk membuat suasana sekolah kembali kondusif. Selain itu, untuk persiapan, sekolah melaksanakan upacara pecaruan.

Upacara pecaruan, kata Kamayani, dilakukan pada Soma Kliwon Landep, Senin (31/10), dengan tingkatan pecaruan alit. Dan rencananya akan menggelar pecaruan manca sata rahine Tilem mendatang sesuai dengan hasil nunasang (bertanya) ke orang pintar.

“Istilahnya nyomia (netralisir). Karena kasihan anak-anak kalau terus-terusan menangis, takut psikologi dan imun mereka drop sehingga kita tentukan langkah-langkah sesuai koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan desa adat,” beber Kamayani. *des

Komentar