nusabali

Rara Sekar Bawa Semangat Aktivisme Lingkungan di UWRF 2022

  • www.nusabali.com-rara-sekar-bawa-semangat-aktivisme-lingkungan-di-uwrf-2022
  • www.nusabali.com-rara-sekar-bawa-semangat-aktivisme-lingkungan-di-uwrf-2022

GIANYAR, NusaBali.com – Rara Sekar, seorang musisi independen, peneliti, dan aktivis pendidikan bakal memeriahkan gelaran Ubud Writers and Readers Festival 2022 lewat semangat lingkungan.

Bagi Rara, UWRF sudah tidak asing lagi lantaran ia sempat menjadi salah satu peserta festival sastra terbesar di Asia Tenggara ini sejak sepuluh tahun silam ketika masih tinggal di Ubud. Rara saat itu hidup mandiri dan bekerja di Yayasan Kopernik berlokasi di tepi barat Kecamatan Ubud yakni Desa Sayan.

Berselang sepuluh tahun sejak tahun 2012 itu, kakak dari musisi Isyana Sarasvati ini mengaku sangat antusias bisa menjadi salah satu pembicara panel dalam topik praktik-praktik kreatif untuk membentuk kondisi lingkungan yang berkelanjutan.

“Akhirnya setelah sepuluh tahun saya bisa duduk di antara para pembicara panel,” kata jebolan Masters in Cultural Anthropology dari Victoria University of Wellington ini di acara Press Call UWRF 2022, Rabu (26/10/2022) sore di Indus Restaurant Kedewatan.

Selain menjadi pembicara panel pada Kamis (27/10/2022) pukul 16.30-17.30 Wita di Taman Baca Ubud, mantan vokalis Banda Neira ini pun bakal menjadi performer dalam dua kesempatan pada Jumat (28/10/2022) pukul 09.00-12.00 Wita di acara menyusuri permakultur dan santap siang berlokasi di Mana Earthly Paradise.

Dalam acara permakultur ini Rara bakal menemani peserta festival untuk menyusuri permakultur di daerah Banjar Mas, Desa Sayan itu dengan lantunan musik bernuansa aktivisme lingkungan dari proyek musik solonya yakni Hara.

Kemudian, pada malam harinya sekitar pukul 21.30-22.20 Wita, Rara bakal mengisi panggung musik Friday Night UWRF 2022 dengan tujuh lagu yang dilantunkan selama kurang lebih satu jam.

Atas keterlibatannya sebagai pengisi acara, Rara mengaku terkejut ketika menerima undangan dari penyelenggara UWRF 2022. Kata musisi yang pernah mengisi trio Daramuda ini, keterkejutannya ini lantaran selama mengikuti UWRF dari tahun ke tahun, ia hanya datang sebagai peserta diskusi maupun sebagai penonton dari performer.

Meskipun sempat terkejut, Rara pun akhirnya menyadari bahwa karya-karya yang tengah ia kerjakan saat ini sejalan dengan semangat yang ingin diangkat oleh festival sastra yang didirikan Janet DeNeefe pada tahun 2004 silam ini.

Semangat tersebut adalah ‘Memayu Hayuning Bawana’ atau memuliakan semesta. Pesan dari semangat ini salah satunya dapat diejawantahkan ke dalam semangat aktivisme lingkungan yang ada dalam karya-karya musik Hara.

“Ketika melihat topiknya dan dengan apa yang sedang aku kerjakan di fase hidupku saat ini ternyata lumayan kawin. Misalnya temanya tadi ada semangat merawat alam, merawat diri, merawat sesama. Ini pun menjadi nilai-nilai yang sedang aku upayakan melalui musikku sekarang,” terang Rara kepada NusaBali.com, Rabu sore.

Lebih lanjut Rara menjelaskan bahwa proyek musik solonya yang bernama Hara itu diramu dari pendekatan antropologis dan ekologis. Dua disiplin ini menjadi aspek yang sejalan dengan semangat UWRF 2022 dalam memuliakan semesta dan membangkitkan persatuan lintas budaya dan pemikiran.

Lewat UWRF ini, Rara Sekar berharap dapat menciptakan ruang diskusi yang inklusif dari lintas pemikiran. Lebih-lebih mengenai peningkatan kesadaran terhadap permasalahan lingkungan khususnya krisis iklim yang sudah terjadi dengan nyata bahkan di wilayah Ubud sendiri.

“Ubud baru saja mengalami cuaca ekstrem beberapa waktu lalu bahkan ada korban. Itu kayanya sudah pertanda bahwa kita jangan berhenti di ruang diskusi saja tapi harus sudah mulai memformulasikan apa yang bisa dilakukan,” tandas Rara. *rat

Komentar