nusabali

Pertama Kali, Peringatan Maulid Nabi Digelar di Puri Buleleng

Kenang Sejarah Ikatan Keluarga Puri dengan Umat Muslim

  • www.nusabali.com-pertama-kali-peringatan-maulid-nabi-digelar-di-puri-buleleng

SINGARAJA, NusaBali
Ratusan umat muslim jemaat Masjid An Nur Kelurahan Kampung Singaraja, merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2022 dengan cara berbeda.

Peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW ini untuk pertama kali dirayakan di Puri Buleleng, Sabtu (22/10) malam. Peringatan di tempat yang tidak biasa ini membangkitkan kembali ikatan dan sejarah masuknya umat muslim ke Buleleng yang dibawa oleh Raja I Gusti Panji Sakti pada tahun 1732 silam.

Peringatan Maulid Nabi ini berlangsung di jaba sisi Puri Buleleng di Kelurahan Kendran, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Penampilan hadrah ibu-ibu masjid An Nur dan hadrah remaja masjid Nurul Mubin Kampung Singaraja ini pun disaksikan oleh ratusan umat dan juga tamu undangan. Ketua Panitia Maulid Nabi Muhammad SAW Kampung Singaraja, Agus Murjani mengatakan perayaan biasanya dilakukan di masjid. Namun tahun ini untuk pertama kali dilakukan di areal puri. Hal itu pun menurutnya bukan tanpa alasan. Melainkan warga muslim di Kampung Singaraja memang memiliki ikatan sangat erat dengan keluarga puri sejak zaman kerajaan I Gusti Panji Sakti.

“Dengan difasilitasi oleh Puri ini sebuah keberkahan bagi kami. Perayaan Maulid di Puri ini juga untuk mengembalikan dan merajut lagi tata beragama, hubungan sosial dengan puri yang telah memberikan tempat kami tinggal di sini,” ucap Murjani. Hubungan baik yang dibangun sejak zaman kerajaan pun masih berlaku sampai saat ini. Antara keluarga puri dengan warga muslim Kampung Singaraja masih saling ngejot (saling berbagi makanan dan hidangan saat ada upacara atau hajatan). Bahkan keluarga puri juga tidak pernah absen dalam perayaan Maulid Nabi, peringatan Satu Muharam, Idul Adha hingga Idul Fitri.

Begitu pula warga muslim Kampung Singaraja juga beberapa kali dilibatkan dalam upacara besar yang digelar puri. Seperti upacara palebon tahun 2012 silam. “Kami saat itu menghaturkan ayah-ayahan dengan menampilkan kesenian Islam saat upacara dilaksanakan. Buka puasa bersama di puri juga pernah dilakukan. Sekarang mengawali lagi untuk mengingatkan ikatan sejarah dan semangat menjunjung tinggi toleransi di Buleleng ini,” kata Murjani.

Sementara itu Panglingsir Puri Buleleng, Anak Agung Parwata Panji usai acara mengatakan pihak puri memfasilitasi pelaksanaan Maulid Nabi di puri untuk mempersatukan kembali semangat persaudaraan inter dan antar umat beragama. Menurutnya, Islam masuk ke Buleleng pada tahun 1732. Saat itu Raja I Gusti Panji Sakti sedang mengepung Kerajaan Blambangan. Raja Blambangan saat itu pun terkepung dan akan dikejar sampai ke Solo. Hanya saja pasukan Raja Panji Sakti dicegat oleh Raja Solo Amangkurat II di wilayah Jember.

Amangkurat memohon kepada Panji Sakti untuk tidak lagi melanjutkan pengejaran terhadap Raja Blambangan. Atas penghormatannya, Raja Panji Sakti diberi hadiah satu gajah dan 40 orang prajurit terbaik. Mereka adalah penganut Islam dari Probolinggo. Hadiah penghormatan itu pun dibawa Raja Panji Sakti pulang ke Buleleng. Saat tiba di Buleleng, 40 prajurit ini ditempatkan di Pantai Lingga, Kelurahan Banyuasri.

“Namun pada tahun 1760 karena situasi kurang bagus dipindahkan ke pinggir Sungai Buleleng, yakni wilayah Banjar Jawa. Kemudian pada tahun 1815 terjadi banjir bandang hebat hingga wilayah Buleleng luluh lantak, sebagian prajurit dan keluarganya ini lalu dipindahkan kembali ke daerah Pegatepan (Pegayaman), sebagian di Kampung Singaraja,” tutur Parwata Panji.

Seluruh prajurit pun masih diperlakukan dengan baik. Mereka masing-masing diberikan lahan untuk membangun kampung. Seperti di Kampung Singaraja, Puri menghibahkan lahan seluas 5 hektare untuk ditempati umat muslim. Mereka pun bermukim tepat di belakang Puri Buleleng dan berkembang hingga saat ini.

“Apa yang dilangsungkan hari ini, kami menjaga kekerabatan yang baik dengan umat muslim di Buleleng, sebagai warisan nenek moyang kami. Kami tidak bisa melupakan mereka, begitu pula umat muslim tidak boleh merupakan puri,” imbuh dia. Menurutnya, hubungan harmonis dan keterbukaan Buleleng menerima etnis, agama lain dengan baik sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Sehingga hubungan baik dan sikap toleransi ini agar bisa dipertahankan sebagai wajah kemajemukan bangsa Indonesia.

Parwata Panji pun menyebutkan bukti hubungan erat keluarga Puri dengan umat Islam di Kampung Singaraja dan Pegayaman juga tercatat dalam lontar yang tersimpan di Puri yang berjudul ‘Krama Selam (islam)’. Lontar tersebut rencananya akan dibedah lebih dalam untuk mengupas isi yang terkandung di dalamnya. *k23

Komentar