nusabali

Teruna dari Griya Telaga Carangsari Masuk Nominasi Anugerah Kebudayaan Indonesia

  • www.nusabali.com-teruna-dari-griya-telaga-carangsari-masuk-nominasi-anugerah-kebudayaan-indonesia

MANGUPURA, NusaBali
Ida Bagus Made Kesawa Telaga, remaja berusia 16 tahun dari Griya Telaga Carangsari, Banjar Pemijian, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, berhasil masuk nominasi calon penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2022 kategori Anak dan Remaja.

Nominasi itu berkat ketekunannya menggeluti kesusastraan Bali. AKI merupakan ajang apresiasi tahunan bagi insan kebudayaan tanah air yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek). Penghargaan ini dapat diberikan kepada individu, kelompok, dan atau lembaga yang berkontribusi, berprestasi, dan berdedikasi tinggi terhadap pemajuan kebudayaan.

Terdapat sembilan kategori, satu di antaranya adalah Anak/Remaja untuk usia 10-18 tahun yang dijaring Dinas Kebudayaan setempat.

Serangkaian tahapan seleksi AKI tersebut, remaja yang akrab disapa Gusde ini telah menjalani tahap verifikasi lapangan dan dinilai secara langsung oleh tim penilai AKI pada Rabu (19/10/2022) di kediamannya, Griya Telaga Carangsari.

Salah seorang penilai yang menyaksikan secara langsung keterampilan Gusde dalam bidang sastra dan seni tari adalah aktris senior nasional Niniek L Karim.

“Saya diinformasikan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung pada Agustus 2022. Kemudian saya diminta untuk menyusun profil tentang prestasi dan kontribusi dalam bidang pelestarian budaya. Pada 17 Oktober lalu, saya dikabarkan lolos dan masuk nominasi,” tutur Gusde ketika ditemui di kediamannya, Sabtu (22/10/2022) siang.

Kata Gusde, persiapan verifikasi lapangan dapat dibilang sangat minim karena tidak tahu pasti apa yang akan dinilai.

Dalam kunjungan tim penilai dan beberapa jajaran dari Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek selaku penyelenggara ajang penghargaan tersebut, Gusde dicecar belasan pertanyaan berkaitan dengan kepribadiannya, motivasi berkecimpung dalam pelestarian kebudayaan, dan perjalanannya dari awal menekuni giat nyastra.

“Penilai dan jajaran yang hadir saya sambut secara kekeluargaan. Ada tari penyambutan dengan Baris Tunggal, kemudian ada welcome speech dari saya, juga peragaan pelatihan gerakan Tari Baris Tunggal kepada anak-anak,” ucap Gusde.

Keberhasilan anak kedua dari pasangan Ida Bagus Nama Rupa dan Desak Dwi Ari Gita, ini sebagai satu dari tiga kandidat berusia di bawah 18 tahun yang menerima penghargaan AKI, tidak terlepas dari ketekunannya mengikuti kompetisi di bidang kesusastraan Bali sejak duduk di bangku kelas IV sekolah dasar.

Di usianya yang baru menginjak 9 tahun ketika itu, remaja kelahiran 24 Januari 2006 ini mulai menata jalan yang menghantarkannya kepada titik pada saat ini. Gusde pada 2015 mengikuti kompetisi kesusastraan untuk pertama kali dalam ajang dharma wacana tingkat SD se-Kabupaten Badung.

Meskipun merupakan kompetisi yang cukup berat bagi remaja seusianya lantaran harus melafalkan sloka dan mantra mengikuti materi topik, hal tersebut tidak menjadi halangan bagi Gusde yang berhasil menyabet juara pertama dalam kompetisi yang digelar Kantor Kementerian Agama Kabupaten Badung tersebut.

Sukses besar dalam kompetisi pertama yang dia ikuti, adik dari Ida Ayu Putu Dewa Yani dan kakak dari Ida Ayu Nyoman Chandra Dewi ini mantap mengembangkan diri untuk meniti prestasi khususnya dalam bidang dharma wacana selama Gusde menempuh pendidikan di SDN 1 Carangsari.

Beberapa kompetisi dharma wacana Gusde ikuti di tahun-tahun berikutnya seperti ajang Utsawa Dharma Gita Kabupaten Badung pada 2017. Pada perhelatan pegiat sastra, budaya, dan keagamaan tersebut, dalam kategori Anak Putra, Gusde berhasil meraih juara kedua. Di tahun berikutnya, pada kategori dan perhelatan yang sama, dia berhasil bertengger di posisi puncak sebagai juara pertama.

“Dari mengikuti kompetisi-kompetisi itu saya mulai senang (nyastra), kemudian saya berpikir untuk mengembangkan diri dan meluaskan cakupan potensi saya ke ajang dan bidang yang lain,” kata Gusde merasa tertantang menggali potensi diri.

Oleh karena itu, di 2017 Gusde mengembangkan potensinya ke bidang masatua Bali dan berlanjut hingga ke tahun-tahun berikutnya. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada 2018, pasca ujian nasional, Gusde merasa memiliki banyak waktu luang sebelum tahun pelajaran pendidikan jenjang selanjutnya di SMPN 1 Abiansemal dimulai.

Waktu luang ini diisi dengan kegiatan di luar bidang sastra yakni seni tari. Keinginannya untuk merambah dunia tari ini sangat didukung oleh lingkungan sekitar lantaran tepat di depan kediamannya terdapat Sanggar Tugek Carangsari. Di sanggar ini, Tari Baris Tunggal adalah pijakan pertamanya menekuni seni tari dengan asuhan langsung di bawah maestro tari Carangsari yakni almarhum I Gusti Ngurah Windia.

Sembari tetap tekun nyastra dalam bidang dharma wacana, mastua Bali, membaca puisi Bali anyar (modern), ugrawakia (MC Bahasa Bali), pidarta (pidato Bahasa Bali), dan debat Bahasa Bali, Gusde pun mendedikasikan hasil belajar tarinya untuk ngayah di pura-pura di wilayah Kecamatan Petang bersama sang maestro. Nyastra dan tari ini pun masih dia tekuni hingga saat ini ketika sedang duduk di bangku kelas XI IPA SMAN 1 Mengwi.

Dari sekitar 11 kompetisi nyastra yang diikuti dan selalu berada pada peringkat tiga teratas, pada 2021 ketika duduk di bangku kelas X, Gusde berhasil meraih Runner Up I Speech of Peace/Tutur Kedamaian Remaja tingkat internasional yang diikuti secara daring oleh lima negara termasuk Indonesia, yakni Amerika Serikat, Jepang, Prancis, dan Zimbabwe.

Gusde membeberkan bahwa menjadi juara harapan pertama dalam ajang internasional The Global Domain Gita Santih Festival tersebut merupakan prestasi yang paling berkesan baginya. Selain itu, prestasi terbaru yang dapat dia raih baru-baru ini adalah Juara I Lomba Membaca Puisi Bali Modern/Puisi Bali Anyar tingkat SMA/SMK se-Bali yang diadakan oleh Universitas PGRI Mahadewa pada Februari 2022.

Berkat pencapaiannya ini, Gusde sejak masih duduk di bangku SD sudah sering digandeng oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung untuk berkolaborasi sebagai pembicara dalam tur Peningkatan Mental Spiritual ke pura-pura di wilayah Kecamatan Petang seperti Pura Pucak Bon, Pura Pucak Mangu, dan Pura Pucak Tedung.

Selain itu, statusnya yang masih aktif dalam kepengurusan Forum Anak Daerah (FAD) baik tingkat Kabupaten Badung maupun Provinsi Bali pun mampu memberikan ruang lebih luas bagi Gusde untuk mengetuktularkan semangat nyastra kepada rekan-rekan sebayanya.

Melalui FAD, Gusde memperluas giat pelestarian kebudayaan Bali bukan hanya melalui kompetisi melainkan juga kegiatan seperti ‘Mari Belajar Bersama’ atau Mabar bersama anak-anak di area Taman Bermain Puspem Badung dan ‘Aksi Anak Lestarikan Budaya Bali’ atau Akal Budi.

Keberhasilan Gusde menjadi satu-satunya remaja Bali yang masuk nominasi AKI bersaing dengan dua rekan sebayanya dari Madiun dan Jogjakarta, merupakan sebuah validasi bagi giat pelestarian warisan kebudayaan tanah air yang sudah dilakukan oleh remaja yang bercita-cita terjun ke dunia bisnis sembari memegang teguh budaya Bali ini.

“Respons tim penilai pada saat verifikasi lapangan semuanya baik. Hanya saja dapat dan tidaknya (AKI), saya tidak mau memikirkan hal itu. Yang penting apa yang bisa saya lakukan, sudah saya lakukan. Hasilnya terserah keputusan tim penilai,” ungkap Gusde. Pengumuman hasil penilaian pada Desember 2022 mendatang.

Sebelum mendapat panggung nasional pada ajang AKI ini, pada 2021 ketika Desa Carangsari dinobatkan sebagai desa wisata terbaik di Indonesia dalam kategori konten kreatif, Gusde pun sudah mendapatkan kesempatan besar di hadapan Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno. Kala itu, dia didapuk sebagai pembawa tari penyambutan Baris Tunggal.

Selain itu, di beberapa kesempatan, Gusde pun berperan aktif sebagai MC Bahasa Bali usai membawakan Tari Baris Tunggal sebagai tari pembuka. Menjadi MC dengan tetap memakai busana Tari Baris Tunggal ini pun lambat laun menjadi ciri khasnya ketika memimpin sebuah acara menggunakan Bahasa Bali.

“Ke depan saya ingin mendorong dan mengampanyekan pelestarian budaya Bali kepada rekan-rekan sebaya, entah itu melalui FAD atau media lainnya. Dilihat dari umur, apa sih yang bisa saya lakukan? Jadi saya melakukan apa yang sesuai dengan kapasitas saya saja dulu,” tandas Gusde. *ol1

Komentar