nusabali

Gali Data Busana Pengantin Bali hingga Negeri Belanda

Program Doktor ISI Denpasar, Agung Mayun Bangkitkan Busana Pengantin Utama 8 Kabupaten

  • www.nusabali.com-gali-data-busana-pengantin-bali-hingga-negeri-belanda

Tantangan tersulit selama penelitian yang dilakukan Drs AA Ngr Anom Mayun K Tenaya MSi adalah minimnya referensi busana pengantin utama kabupaten di luar Badung.

DENPASAR, NusaBali

Delapan pasang model pengantin Bali tampil anggun dan mempesona memperagakan busana pengantin payas agung dari delapan wilayah kabupaten, bertempat di Puri Anom, Jalan Veteran Nomor 9, Denpasar, Jumat (21/10) malam. Peragaan busana tersebut merupakan bagian dari ujian tertutup Program Doktor Seni Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar desainer sekaligus akademisi ISI Denpasar Drs AA Ngr Anom Mayun K Tenaya MSi.

Agung Mayun dalam kesempatan tersebut menyampaikan penelitian penciptaan yang dilakukannya dilatarbelakangi mulai ditinggalkannya payas agung kabupaten lain di luar Kabupaten Badung (Denpasar) dalam setiap upacara pernikahan yang menggunakan tingkatan upacara utama.  

“Saya rasa kebanyakan masyarakat di Bali ini di dalam mengadakan sebuah upacara itu terutama payas agung dari Kabupaten Badung (Denpasar). Jadi kabupaten lain busananya semakin lama semakin hilang,” ujar Agung Mayun.

Agung Mayun mengungkapkan minatnya terhadap perkembangan busana pengantin Bali sudah berlangsung sejak 30 tahun yang lalu. Pada saat itu dirinya sudah merasakan kurangnya pengetahuan mengenai bentuk-bentuk busana pengantin yang beragam di Bali.

Kekhawatiran Agung Mayun terbukti ketika dirinya kesulitan mencari referensi busana pengantin utama kabupaten di luar Badung, terutama di Kabupaten Bangli dan Jembrana. Untuk itu dirinya sampai harus mencari data-data melalui museum-museum di Belanda. Penggalian data dan referensi itu dilakukan dengan cara korespondensi online, dengan mereka yang memiliki dokumentasi (foto) busana pengantin Bali di masa lalu. Hal ini, sebut Agung Mayun, menjadi tantangan tersulit dalam penelitiannya yang berlangsung selama 5 tahun.

“Jadi semua perias maupun data-data di puri itu sudah tidak ada sama sekali. Bahkan saya mencari data-data sampai ke luar negeri, seperti museum-museum di Belanda,” kata Kurator Kain Tenun Tradisional Bali Koleksi Museum Bali, ini.

Setelah mendapatkan data-data yang cukup, penelitian penciptaan Agung Mayun berhasil ‘menciptakan ulang’ busana pengantin payas agung delapan wilayah di Bali yang memiliki ciri khas masing-masing. Identitas setiap busana pengantin tersebut, kata Agung Mayun, dapat dilihat pada bentuk, style, gaya, bahan yang digunakan, jenis motif, warna, dan unsur lainnya.

“Judul dari disertasi saya adalah ‘Ardha Nareswari Mahottama Adibusana Pengantin Asta Negara Bali’, adalah ciptaan saya khusus untuk pengantin delapan kabupaten di Bali dengan kajian 1930-1970,” terangnya.

Dikatakannya, penelitian penciptaan ini membawa busana yang tadinya bersifat traditional eksklusif pada konteks baru, yakni pada zaman Bali yang modern, dinamis, dan terbuka. Nilai-nilai tradisional yang kaku pada busana Arda Nareswari Mahottama bersanding harmonis dengan elemen-elemen fashion modern.

Agung Mayun dalam proses penciptaannya menambahkan beberapa detail yang diperlukan untuk menutup kekurangan-kekurangan yang dilihatnya, sehingga dapat menyempurnakan penampilan busana pengantin pada masing-masing kabupaten di Bali.

“Dari kajian ini saya berusaha untuk menciptakan sesuatu, apa yang menjadi kekurangan-kekurangan busana tersebut, saya berusaha untuk memperbaiki,” tuturnya.

Di sisi lain, Agung Mayun saat ini juga melihat adanya misinterpretasi pakem busana tradisional, terutama saat membuat busana modifikasi. Karena itu, dari hasil karya penelitian penciptaannya ini Agung Mayun berharap dapat menjadi pemantik buat para perias, puri-puri di Bali, maupun masyarakat luas, untuk bisa melestarikan busana pengantin Bali sekaligus membuka wawasan mengenai bagaimana beranekaragam dan indahnya busana pengantin Bali. *cr78

Komentar