nusabali

Limbah Simcard Disulap Jadi Holder HP dan Pavement Blocks, Produk Kolaborasi Telkomsel dan Plustik

  • www.nusabali.com-limbah-simcard-disulap-jadi-holder-hp-dan-pavement-blocks-produk-kolaborasi-telkomsel-dan-plustik

MANGUPURA, NusaBali.com – Meskipun sampah plastik yang dihasilkan operator seluler ‘kecil’, namun limbah simcard kartu perdana yang tak terpakai atau terbuang cukup lumayan, mengingat pengguna seluler di Indonesia mencapai ratusan juta pengguna.

Tak ingin berpangku tangan, Telkomsel menjalankan proses bisnis yang berkelanjutan dengan memanfaatkan seluruh aset teknologi terdepan dan ekosistem digital yang dimiliki untuk keberlangsungan lingkungan melalui program CSR Telkomsel Jaga Bumi.

Sebagai langkah awal inisiatif tersebut, Telkomsel berkolaborasi dengan PlusTik yang berfokus pada waste management. “Kami mendaur ulang hasil limbah kartu perdana yang berbahan material plastik seperti kemasan kartu perdana dan cangkang simcard menjadi new non single use product, di antaranya smartphone holder dan conblock (pavement block),” kata Vice President Corporate Communications Telkomsel Saki Hamsat Bramono, Kamis (20/10/2022).

Inisiatif ini merupakan wujud komitmen Telkomsel dalam menerapkan prinsip berkelanjutan 
yang mencakup environment, social and governance (ESG) pada setiap proses bisnis perusahaan, sekaligus mendukung program pembangunan berkelanjutan pemerintah Indonesia yang menjadi salah satu pembahasan utama pada forum G20.

 “Di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat, Indonesia masih terus dihadapi oleh permasalahan lingkungan yang mengancam kehidupan di masa depan. Diperlukannya collective actions, melalui upaya dan kolaborasi antara seluruh stakeholder dalam mengimplementasikan strategi dan solusi untuk mencapai tujuan bersama tersebut,” kata Saki. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa pada tahun 2021 total sampah plastik Indonesia mencapai 11,6 juta ton, atau sampah plastik menyumbang sebesar 17 persen dari total sampah nasional yang mencapai 68,5 juta ton . 

“Kami sangat senang sekali ketika Telkomsel mengajak PlusTik berkolaborasi untuk mengurus sampah plastik, terutama sampah bermateri plastik dari produk Telkomsel sendiri yaitu limbah hasil kemasan dan cangkang kartu perdananya. Sementara yang lain sibuk menyelesaikan masalah botol plastik, kolaborasi ini menunjukkan bahwa Telkomsel benar-benar peduli dan bertanggung jawab terhadap sampah plastik yang mereka hasilkan,”kata Founder dan CEO PlusTik Reza Hasfinanda.

Melalui kolaborasi bersama PlusTik dalam permasalahan waste management, Telkomsel terlebih dahulu akan mengumpulkan dan mendata jumlah sampah plastik dari limbah kartu perdana bekas pakai maupun yang berhasil dikumpulkan pada setiap periode tertentu. Bahkan bukan hanya simcard perdana Telkomsel, melainkan juga limbah simcard operator lainnya.

Sampah plastik tersebut kemudian akan diambil oleh PlusTik untuk didaur ulang menjadi sejumlah produk seperti smartphone holder dan pavement blocks.

“Smartphone holder hasil daur ulang akan didistribusikan kembali ke outlet-outlet reseller dan dapat digunakan untuk smartphone yang mereka display. Kemudian untuk produk pavement blocks yang dihasilkan akan digunakan oleh Telkomsel sebagai bahan material untuk kebutuhan renovasi maupun pembangunan fasilitas gedung baru di masa mendatang,” kata Saki. 

Dengan langkah tersebut, lanjut Saki,  Telkomsel mengaplikasikan konsep circular economy dalam program waste management tersebut, dengan menggunakan sumber daya, bahan baku maupun produk yang bisa dipakai ulang selama mungkin, dan menghasilkan sampah atau limbah seminimal mungkin. 

PlusTik sendiri merupakan sebuah startup yang mempunyai tujuan untuk mengurangi sampah plastik rendah nilai tanpa dipilah dari tempat pembuangan akhir (TPA) dan menggunakan sampah plastik rendah nilai tersebut untuk dijadikan barang baru yang tidak sekali pakai. PlusTik kini beroperasi di TPA Galuga Bogor dan mengambil sampah plastik rendah nilai hingga 5 ton per harinya.

Komentar