nusabali

Terpeleset, Siswi SMA Hilang Tersapu Banjir Bandang

Sosok Anak Rajin, Keluarga Berharap Segera Ditemukan

  • www.nusabali.com-terpeleset-siswi-sma-hilang-tersapu-banjir-bandang

NEGARA, NusaBali
Seorang siswi SMAN 2 Mendoyo, Ni Putu Widya Margareta,17, asal Banjar Yeh Buah, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, dilaporkan hilang tersapu banjir bandang di Sungai Biluk Poh, Senin (17/10) dinihari.

Peristiwa naas ini terjadi setelah korban terpeleset saat mengecek jalan yang ambrol di ujung jembatan penghubung Banjar Penyaringan dengan Banjar Anyar Kaja, Desa Penyaringan.

Dari informasi yang dihimpun NusaBali, kejadian siswa hilang tersapu banjir bandang itu, terjadi pada sekitar pukul 02.30 Wita. Awalnya, korban ikut bersama ayahnya, I Made Eko Astama, 40, untuk berjualan sayur ke Pasar Adat Lelateng, di Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara. Korban bersama ayahnya dalam satu mobil membawa mobil pick up.

Saat akan menuju Pasar Adat Lelateng, ayah korban yang hendak lewat Jembatan Biluk Poh tidak bisa lewat karena jembatan tertutup material banjir bandang yang terjadi pada, Minggu (16/10) malam. Mengetahui Jembatan Biluk Poh ditutup, korban bersama ayahnya berinisiatif mengecek jalur alternatif di utara, yakni jembatan penghubung Banjar Penyaringan dengan Banjar Anyar Kaja.

Di jalan menuju jembatan tersebut, sebenarnya petugas sudah memasang plang karena kondisi jalan di ujung sisi barat jembatan (dari arah Banjar Penyaringan) yang ambruk tersapu banjir. Namun korban bersama ayahnya yang datang dari arah timur (dari arah Banjar Anyar Kaja) tetap berusaha menerobos plang dan ingin mengecek secara langsung jalur alternatif di jembatan tersebut.

Setiba di tengah jembatan, korban pun turun dari mobil dan mengecek ke ujung jembatan. Naas, saat mengecek ke ujung jembatan yang ambrol dan sempat terjadi hujan waktu dinihari itu, korban terpeleset dan seketika hilang tersapu banjir di sungai setempat. Sementara dari hasil pencarian kemarin, korban pun belum berhasil ditemukan.

Ayah korban, I Made Eko Astama serta ibu korban, Ni Made Astini, 40, tampak sangat terpukul dengan musibah naas itu. Terlebih saat kejadian itu, korban bersama ayahnya. "Mau berangkat jualan sayur gonda. Biasanya saya hanya sendiri yang ke pasar. Kecuali hari Sabtu dan Minggu, biasa ngajak anak (korban Ni Putu Widya Margareta). Tetapi karena hujan biar ada ajak di jalan, si Putu mau ikut," ucap Astama.

Menurut Asrama, saat mengajak korban terbesut, korban sendiri sangat bersemangat. Sebab, selama ini korban terkenal memang rajin membantu orangtuanya. Selain biasa ikut berjualan ke pasar, korban biasa membantu orangtuanya ke sawah.  "Anak saya yang semangat ikut. Waktu tahu Jembatan Biluk Poh tidak bisa dilewati, anak saya yang ngajak untuk coba mengecek jembatan di utara," ucap Asrama.

Saat anaknya turun mengecek ke ujung jembatan yang ternyata ambrol itu, Asrama mengaku sama sekali tidak memiliki firasat akan terjadi musibah terhadap anaknya. Waktu kejadian itu, dirinya pun tidak bisa berbuat banyak saat menyaksikan secara langsung anaknya jatuh ke sungai yang tengah banjir itu. "Kalau saya tahu akan terjadi begitu, lebih baik saya tidak ajak anak saya," ujar Asrama yang sehari-hari sebagai petani ini.

Setelah melihat anaknya jatuh ke sungai, Asrama mengaku sempat berusaha langsung turun mengecek ke ujung jembatan. Namun saat itu, anaknya sudah hilang tersapu banjir. "Setelah kejadian, saya langsung berusaha melapor. Cuman karena kondisi air besar dan gelap, tidak ada yang berani turun. Saya sendiri sampai takut pulang ketemu istri," ucap Asrama.

Sementara ibu korban, Ni Made Astini, 40, mengaku, sebenarnya sempat mendapat firasat mimpikan korban yang hendak dinikahi sejumlah pria. Mimpi itu terjadi saat hari Jumat (14/10) malam lalu. Di samping itu, dirinya sempat mendengar buruk gagak yang mengitari rumahnya pada hari Sabtu (15/10) lalu.

"Tetapi saya juga tidak berpikiran akan terjadi musibah begitu. Apalagi saya lihat setelah sempat mimpi dan ada burung gagak mengitari rumah, anak saya masih biasa-biasa," ucap Astini yang juga tampak terus menangis saat NusaBali berkunjung ke rumahnya.

Pasca kejadian itu, pihak keluarga mengaku sudah berusaha menanyakan ke orang pintar terkait keberadaan anaknya. Dari petunjuk secara niskala, ada dua versi yang didapat. Pertama, anaknya diduga masih ada di sekitar aliran Sungai Biluk Poh dengan tertimbun bersama material banjir. Sedangan versi kedua, korban diduga hanyut sampai terbawa ke laut.

"Tadi juga ada diminta membuatkan banten ngulapin di pantai. Itu juga sudah kami lakukan. Termasuk tadi kita juga buatkan banten di lokasi," ucap Astini. Astini berharap, korban yang merupakan anak tergulung dari empat bersaudara itu, bisa segera ditemukan. Terlebih, keluarga pun berharap korban bisa ditemukan dalam kondisi selamat.

Sementara Koordinator Pos SAR Jembrana Dewa Putu Hendri Gunawan saat dikonfirmasi Senin kemarin, mengatakan, juga sudah berusaha melakukan pencairan korban. Dalam pencarian kemarin, pihaknya bersama Tim SAR Gabungan dengan jumlah sebanyak 50 personel, berusaha melakukan penyisiran ke pinggir aliran Sungai Biluk Poh.

"Kita belum bisa turunkan perahu karena kondisi air sungai masih besar. Di samping itu kalau kita turunkan rubber boat masih ada banyak kayu-kayu. Tetapi kita lakukan penyisiran ke sisi sungai ke selatan dari lokasi korban jatuh," ujar Hendri.

Dari upaya penyisiran yang dilakukan mulai pagi sekitar pukul 08.00 Wita hingga pukul 15.00 Wita kemarin, korban belum ditemukan. Rencananya, pencarian terhadap korban akan terus berlanjut. Ketika situasi memungkinan, akan dikerahkan rubber boat (perahu karet). "Besok kita lanjutkan upaya pencarian. Mudah-mudahan kalau memang situasi mendukung, kita juga akan turunkan rubber boat," pungkas Hendri. *ode

Komentar