nusabali

Tekan Kredit Macet, Koperasi Dilatih Komunikasi

  • www.nusabali.com-tekan-kredit-macet-koperasi-dilatih-komunikasi

SINGARAJA, NusaBali
Ketepatan berkomunikasi dianggap sebagai keterampilan yang diperlukan bagi karyawan koperasi dalam hal mengatasi pinjaman bermasalah atau kredit macet.

Karena itulah sekitar 100 perwakilan pengurus koperasi yang bernaung pada Dewan Koperasi Indonesia Daerah (Dekopinda) Buleleng dilatih keterampilan komunikasi, Jumat (14/10).  Pelatihan yang diberikan dalam seminar sehari di Gedung Dekopinda Buleleng ini, diharapkan dapat menjadi modal pengurus dan staf koperasi di Buleleng, untuk menghadapi nasabah.

“Kendala umum yang dialami oleh lembaga keuangan baik bank, Lembaga Perkreditan Desa (LPD) hingga koperasi dalam penanganan kredit macet adalah komunikasi,” kata Gede Wayan Supanca Ariawan, trainer tingkat nasional yang membawakan materi seminar.

Lembaga keuangan termasuk koperasi, kata Supanca, saat menangani kredit macet sangat jarang menggunakan pendekatan kepada nasabah dengan komunikatif. Yang sering terjadi adalah penagihan piutang dengan cara keras dan mengancam penyitaan. Padahal menurut Supanca hal tersebut malah berdampak, kredit macet permanen.

“Teknik komunikasi yang baik itu yang sangat jarang diterapkan. Bagaimana membuat hubungan dengan nasabah harmonis dan nyaman. Kalau mereka sudah nyaman pasti akan malu tidak membayar. Walaupun sedang kesusahan akan diupayakan untuk membayar meski sedikit demi sedikit,” ucap Supanca.

Ketua Dekopinda Buleleng Nengah Tenaya mengadakan seminar pencegahan dan penanganan kredit macet diselipkan dalam Rakerda mengingat situasi dua tahun pasca pandemi Covid-19. Meski sudah memulai untuk bangkit kembali, ekonomi masyarakat belum sepenuhnya stabil.

Bahkan dalam perputaran modal koperasi, banyak dimohonkan calon kreditur untuk menutupi hutang mereka di lembaga keuangan lainnya, sehingga sangat riskan dan berpotensi terjadi kredit macet.

“Dengan situasi seperti ini, harapannya pengurus dan staf koperasi memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk pencegahan dan penanganan kredit macet ini, sehingga harapannya ke depan koperasi dapat berkembang dan langgeng,” kata Tenaya.

Sebanyak 373 koperasi yang terdaftar sebagai anggota Dekopinda Buleleng saat ini juga dituntut untuk beralih ke sistem tata kelola modern, salah satunya digitalisasi. Selain juga didorong untuk mengembangkan usaha ke sektor riil yang memberikan peluang pelayanan kepada masyarakat umum.

Sementara itu Kepala Bidang Koperasi Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM Buleleng Made Wiyagra, mengatakan pemerintah saat ini terus mendorong pola pengembangan koperasi. Baik melalui program pemerintah pusat maupun daerah.

Koperasi sebagai lembaga keuangan yang dari, oleh, untuk masyarakat saat ini lebih diarahkan beralih ke sektor riil. Menurut Wiyagra sektor riil dengan menyiapkan segala kebutuhan masyarakat lebih berpotensi cepat untuk berkembang, daripada hanya mengandalkan simpan pinjam.

“Pemerintah dalam penekanan pengembangan koperasi saat ini adalah di sektor riil. Dampak pengembangan, kemajuan usaha lebih luas, karena tidak hanya melayani anggota tetapi juga seluruh masyarakat bisa,” papar Wiyagra. *k23

Komentar