nusabali

Warga Tabanan Produksi Mie dan Kue Ongol-ongol Berbahan Porang

  • www.nusabali.com-warga-tabanan-produksi-mie-dan-kue-ongol-ongol-berbahan-porang

TABANAN, NusaBali
Tak ingin terpaku dengan harga porang yang anjlok, kumpulan petani porang di Tabanan berinovasi dengan mengolah porang jadi mie dan kue Ongol-ongol.

Menu ini cocok untuk orang yang sedang menjalani diet. Produksi makanan inisudah dilakukan sejak Juli 2022. Produksennya mampu menjual mie seminggu 400 - 500 bungkus. Produksi mie ini di Desa Tiying Gading, Kecamatan Selemadeg Barat.

Mie porang ini jenis mie basah. Sebab mie porang cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes karena dibuat tanpa gula. Cocok juga untuk orang yang sedang menjalani program diet karena makanan ini rendah kalori dan karbohidrat. Bahkan mie porang ini cocok untuk mengatasi sembelit. Karena memiliki manfaat kesehatan maka per bungkus mie ini dijual cukup mahal Rp 7.500.

Pimpinan Cahaya Porang Dewata I Made Putra Wibawa mengatakan, olahan porang menjadi mie ini sebetulnya dibuat tidak dari bahan mentah. Melainkan diolah dari bahan baku berupa tepung yang mengandung glukoman. "Kenapa kami buat dari bahan bakunya karena kalau mengolah dari bahan mentah prosesnya panjang. Jika diolah secara konvensional menjadi tepung belum berani menjamin kesehatanya. Sehingga kami olah jadi mie dari bahan baku tepung," ungkapnya, Kamis (13/10).

Kata dia, produksi mie basah ini sudah dilakukan sejak Juli 2022, diluncurkan 7 Agustus 2022. Meskipun baru, namun penjualan mie mirip bihun ini sudah mencapai ribuan. Sebab seminggu rata-rata mie laku terjual sejumlah 400-500 bungkus. "Pemasaran selain di Bali, sudah ke luar daerah seperti ke Riau, Kalimantan, Lombok, Sulawesi,  Malang, hingga Jakarta," katanya.

Wibawa menuturkan olah porang jadi mie ini berawal dari keinginan petani porang untuk bisa mengolah bahan mentah ini bernilai tinggi. Sebab selama ini harga porang anjlok, apalagi adanya indikasi permainan harga ketika porang ini di eksport ke Cina. Pada saat di negara Cina panen sudah jelas harga porang di Indonesia terjun bebas. Kemudian disaat Cina perlu banyak bahan baru meminta ke Indonesia itupun dengan harga yang standar. Padahal hasil porang petani Indonesia kualitas baik. "Karena ini persatuan petani buat olahan yang digemari masyarakat Indonesia yakni mie," jelasnya.

Produk mie diminati masyarakat Indonesia hingga bisa membantu petani porang. Sehingga tak perlu khawatir lagi porang yang dihasilkan petani tidak terserap. "Harapnya mudah-mudahan produk ini terserap banyak, dengan terserap banyak otomatis kita memerlukan bahan baku banyak sehingga hasil porang kita bisa terserap di negara sendiri dan mengurangi eskport. Kalau porang kita tidak dibeli tidak masalah karena kita sudah terserap oleh kami," harap Wibawa.

Dia menambahkan untuk mengkonsumsi mie porang ini sama dengan mengkonsumsi mie instan pada umumnya. Bedanya mie porang ini basah dan tidak dikemas langsung dengan bumbu. Jika ingin mengkonsumsi bisa membuat bumbu sehat sendiri. Mie ini pun juga bisa ditambah sayur. "Sama caranya seperti mengkonsumsi mie instan pada umumnya, bedanya lagi kita harus buat bumbu sendiri. Disini kan bisa buat bumbu sehat supaya sejalan dengan manfaat mie porang yang terkandung," jelas pensiunan kontraktor ini.

Kini, kata Wibawa, mie sudah diproduksi tiap hari. Setiap hari itu bisa memproduksi sampai 100 bungkus. Untuk mengerjakan ini ada tiga petani porang yang mengawasi ditambah satu karyawan yang diajak untuk mengolahnya. "Kami produksi di Desa Tiying Gading. Kami bentuk UMKM yang kami namakan Cahya Porang Dewata. UMKM ini kami bentuk dengan petani porang di Bali," katanya.

Di sisi lain, selain porang bisa diolah menjadi mie, bahan baku berupa tepungnya itu bisa juga dikelola menjadi kue. Seperti di Bali dikenal dengan jaje Ongol-Ongol. Bahan baku porang ini pun juga bisa dibuat kue dicampur dalam es. Bagus juga dicampur dengan kolak pisang. "Untuk olahan menjadi kue dan lain-lain kita juga produksi namun dengan jumlah sedikit. Yang menjadi mie kita olah lebih banyak, dan cukup laku di pasaran meskipun harganya lebih tinggi dari mie instan pada umumnya," tandas Arimbawa.*des

Komentar