nusabali

Get The Fest, Festival Pertama dengan 100 Persen Energi Sampah Plastik

Kampanyekan Pengolahan Sampah Plastik, Dimeriahkan Jason Ranti hingga Navicula

  • www.nusabali.com-get-the-fest-festival-pertama-dengan-100-persen-energi-sampah-plastik
  • www.nusabali.com-get-the-fest-festival-pertama-dengan-100-persen-energi-sampah-plastik
  • www.nusabali.com-get-the-fest-festival-pertama-dengan-100-persen-energi-sampah-plastik
  • www.nusabali.com-get-the-fest-festival-pertama-dengan-100-persen-energi-sampah-plastik
  • www.nusabali.com-get-the-fest-festival-pertama-dengan-100-persen-energi-sampah-plastik

DENPASAR, NusaBali.com – Get The Fest diklaim sebagai festival pertama di dunia yang memakai 100 persen energi dari hasil pengolahan sampah plastik.

Festival ini merupakan rangkaian akhir dari tur tiga kota kendaraan berbahan bakar solar dari sampah plastik yang memulai perjalanan dari Kota Bogor, Jawa Barat pada Minggu (9/10/2022) lalu.

Rombongan tur yang terdiri dari kurang lebih 7 orang tersebut berhasil membuktikan bahwa bahan bakar yang dihasilkan dari pengolahan sampah plastik tersebut mampu mengantarkan mereka pulang ke Bali dalam kurun waktu 4 hari.

Bahan bakar yang diproses melalui mesin berteknologi pirolisis rakitan pendiri Get Plastic Foundation, Dimas Bagus Wijanarko ini pun berhasil mengampanyekan pentingnya pengelolaan dan pengolahan sampah plastik di Kota Bogor, Madiun, dan puncaknya di Denpasar dan Ubud.

“Get Plastic sendiri adalah organisasi independen yang peduli sekali pada pengolahan sampah plastik. Kami melihat permasalahan ini tidak kunjung selesai. Jadi, kami mencoba mencari solusi berupa inovasi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar,” terang Dimas pada sidang media Get The Fest di The Ambengan Tenten, Jalan Imam Bonjol Gang Rahayu nomor 16A Denpasar, Kamis (13/10/2022) sore.

Berkat inovasi ini, pada ajang Social Innovation Fund di Jerman sekitar tahun 2019 silam, yayasan yang bermarkas di Jalan Raya Gerih, Desa Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal ini berhasil menjadi yang terbaik dengan predikat organisasi paling berinovasi di bidang lingkungan.

“Kami memilih mengembangkan teknologi pirolisis ini karena dinilai paling efektif. Proses pirolisis ini menghasilkan emisi paling rendah karena 90 persen dari material plastik itu akan diubah menjadi cairan, 8 persen menjadi arang, dan cuma 2 persen terbuang jadi gas,” tutur pria asal Surabaya, Jawa Timur ini.

Sayangnya, meskipun sudah menyebarkan beberapa mesin berteknologi pirolisis ke komunitas di Bali khususnya di pesisir dan beberapa wilayah lain di Indonesia, gaung dari organisasi ini belum begitu besar. Padahal, lokasi Get Plastic Foundation tidak jauh dari pintu masuk Green School di Desa Sibangkaja.

Dengan dukungan beberapa pihak seperti musisi senior tanah air, Oppie Andaresta dan pendiri Antida Music Production, Anom Darsana, Get Plastic Foundation berhasil menggalang dukungan dari sejumlah perusahaan BUMN dan swasta yang bergerak di bidang energi dan transportasi serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Berkat dukungan sejumlah pihak ini, Get Plastic mulai menjalankan kampanye mengenai pengolahan sampah plastik melalui tur 4 hari di tiga kota tersebut. Puncaknya, pada Minggu (16/10/2022) mendatang akan dilangsungkan festival musik yang memanfaatkan 100 persen energi dari hasil pengolahan sampah plastik menjadi bensin. Bensin ini akan digunakan untuk bahan bakar genset dan kendaraan yang dipakai selama festival bertajuk Get The Fest ini berlangsung.

Menurut Dimas, total energi dalam bentuk bahan bakar yang akan digunakan untuk festival yang akan bertempat di Njana Tilem Museum, Jalan Raya Mas nomor 162, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar ini adalah sebanyak 420 liter. Solar sebanyak ini akan digunakan selama 24 jam dan khususnya pada periode puncak mulai pukul 10.00-23.00 Wita.

Dimas berharap dengan adanya tur selama 4 hari yang sudah dilakukan dan festival musik dengan 100 energi hasil pengolahan sampah plastik ini mampu memberikan edukasi lebih jauh kepada masyarakat.

Masyarakat diharapkan bisa mengetahui bahwa sampah plastik dapat diolah menjadi energi dengan emisi yang jauh lebih kecil daripada BBM standar. Namun, bukan berarti menjadi pembenaran dapat memakai plastik yang berpotensi menjadi sampah seenaknya.

“Plastik itu tidak untuk dimusuhi namun harus digunakan dengan bijak,” tegas Dimas.

Sementara itu, pendiri Antida Music Production, Anom Darsana mengaku tertantang dengan ajakan rekannya Oppie Andaresta untuk menggelar festival musik dengan 100 persen energi dari pengolahan sampah plastik.

“Sebelumnya, saya sebenarnya tidak tahu Get Plastic di Bali itu apa. Tapi event ini bagi saya sangat menarik, jujur dari tahun ke tahun membuat event musik belum pernah ada yang seperti ini yang pernah saya garap,” ungkap pria yang akrab disapa Ajik Anom ini.

Sebagai organizer dari Get The Fest, kata Ajik Anom, Antida Music Production sempat mengalami kendala dalam meyakinkan para penyedia kelistrikan dan alat-alat perlengkapan festival untuk memakai bahan bakar hasil pengolahan sampah plastik ini. Namun, dengan jaminan khusus mereka akhirnya berhasil diyakinkan dan mau menggunakan bahan bakar produksi mesin berteknologi pirolisis ini.

“Selain itu, festival ini pula akan diramaikan musisi dari Bali dan luar Bali. Kami juga memilih beberapa musisi yang memang memiliki ideologi tentang lingkungan, seperti Navicula contohnya,” jelas Ajik Anom.

Selain Navicula, Get The Fest juga akan dimeriahkan oleh Jason Ranti, Iksan Skuter, Oppie Andaresta, Nugie, Cozy Republik, Ipank Hore-Hore, Made Mawut, Mad Madmen, Rhythm Rebels, Koesbilindo, dan Taman Sawangan Ukulele.

Tidak hanya deretan musisi yang disiapkan dengan matang, tempat dan dua panggung dalam festival ini pun dirancang oleh arsitek kenamaan Bali yakni Swantara ‘Klick’ Putra dengan kekhasan desain Archimetriz-nya dan Joint Taring (Joring) dari mahasiswa Arsitektur Universitas Warmadewa.

Khusus untuk panggung hasil karya Joring Warmadewa ini mengedepankan struktur khas Bali yakni struktur bambu dengan atap dari jalinan daun kelapa atau biasa disebut taring. Sebagai bayangan karya Joring Warmadewa sempat menjadi panggung utama di Ubud Village Jazz Festival tahun 2022, yakni Subak Stage.

“Joring ini memakai bahan-bahan alami, seperti bahan upakara yang digunakan di Bali. Itu yang kami gunakan kemudian mengembangkan beberapa motif. Untuk festival ini kami buat baru, spesial desainnya,” ujar dosen Aristektur Universitas Warmadewa Gungde Raka Gunawarman yang juga personel band Emoni ini.

Di lain sisi, untuk mendorong gerakan lingkungan semacam ini ke dalam tur dan festival musik tidaklah mudah. Hal ini disampaikan Oppie Andaresta yang menjadi mitra Dimas selama 10 bulan ke belakang menyiapkan acara ini. Oppie mengaku banyak pihak sempat menutup pintu dan enggan memberikan dukungan. Namun, sikap keras kepala paling dibutuhkan dalam kondisi seperti itu.

“Kami sempat mentok di pendanaan. Ketika kami mengetuk pintu sana-sini ke instansi pemerintahan, semuanya bilang sudah tutup buku karena G20, rata-rata seperti itu. Namun, karena kami terlahir sebagai orang yang keras kepala dan ngeyel, jadi kami tidak putus asa,” ucap pelantun tembang ‘Cuma Khayalan’ ini.

Meskipun demikian, penyanyi era tahun 1990-an ini mengaku sangat menyukai etos kerja para tim yang terlibat dalam Get The Fest. Etos kerja yang ‘ayo jalan aja dulu’ ini membuat Oppie tetap konsisten sampai bulan kesepuluh untuk berjalan bersama dengan Dimas yang baru ia kenal lewat media sosial karena seorang sahabat itu.

Tiket Get The Fest
Tiket festival dapat diperoleh melalui situs Loket.com. Tersedia empat jenis tiket yakni:
Presale 1 senilai Rp 75.000 (hingga 13 Oktober 2022 pukul 18.00 Wita)
Presale 2 senilai Rp 100.000 (hingga 16 Oktober 2022 pukul 18.00 Wita)
On the Spot senilai Rp 100.000
Sustainable (termasuk totebag dan kaos) senilai Rp 300.000 (hingga 16 Oktober 2022 pukul 18.00 Wita)

Komentar