nusabali

'Penjor' Karya Seniman Ketut Putrayasa Jadi Trofi Ajang BaliMakarya

  • www.nusabali.com-penjor-karya-seniman-ketut-putrayasa-jadi-trofi-ajang-balimakarya

DENPASAR, NusaBali
Seniman patung Bali I Ketut Putrayasa dipercaya merancang piala atau tropi pada ajang BaliMakarya Film Festival 2022.

Trofi mengambil bentuk sepanjang penjor akan jadi penghargaan bagi pemenang pada gelaran festival film yang akan akan berlangsung di Bali pada 16-21 Oktober 2022 mendatang.
 
Trofi akan diserahkan pada Malam Penganugerahan BaliMakãrya Film Festival 2022 bertempat di Court Yard TS Suites Seminyak. Dua buah penjor berpasangan pada trofi, sekilas membentuk lambang jantung.

"Kita menggunakan kawat kuningan, kita buat berlapis-lapis, karena di dalam visual (trofi) patung penjor ada dimensi ruang imajiner," ungkap Putrayasa dalam acara launching karyanya di Kubu Kopi, Denpasar, Selasa (11/10).

Terdapat sembilan trofi yang dibuat Putrayasa untuk berbagai kategori penghargaan BaliMakarya. Untuk kategori Southeast Asian Documentary Competition yaitu Best Film. Untuk kategori Indonesian Film Showcase Competition masing-masing yaitu Best Film, Best Director, Best Actor, dan Best Actrees. Sedangkan kategori Award for Southeast Asian Competition di antaranya Best Film, Best Director, Best Actor, dan Best Actrees.

Putrayasa, sosok seniman multitalenta yang karyanya kerap mewarnai pameran baik tingkat regional maupun internasionanal, dalam kesempatan ini mendesain konsep penjor sebagai lambang kesejahteraan. Buah karyanya memiliki makna kesuburan, kejayaan, dan penghormatan.

Menurut seniman asal Desa Tibubeneng, Kuta Utara, Badung ini pemakaian bahan atau semua elemen yang ada dalam hiasan penjor merupakan simbolisasi dari alam. Garis pada trofi dalam bentuk penjor melengkung, menyerupai batang padi yang menguning, merupakan simbol dari kerendahan hati, bijak, serta ruang kontemplasi. Sedangkan dua penjor yang saling berhadapan satu sama lainya menyerupai bentuk jantung, simbol dari harapan dan cinta kasih semesta.
 
Sementara itu, logam yang digunakan adalah kuningan. Sedangkan pada alas trofi menggunakan batu vulkanik sisa letusan Gunung Agung di Bali tahun 1963, sebagai simbol keberhasilan atau sang juara harus ditempuh lewat perjuangan.

"Dasarnya kita gunakan batu lahar Karangasem yang mana sebagai spirit bahwa batu Karangasem simbol dari sebuah ledakan di mana dalam kreativitas itu kita mulainya dari dalam diri, ada spirit di sana. Spirit kreativitas harus dimulai dari dalam diri. Sementara batu merupakan simbol keabadian karena setia," tambah Putrayasa.

Sementara itu Founder and Board BaliMakãrya Film Festival Tommy F Awuy memberikan apresiasi atas karya trofi penjor yang dibuat Ketut Putrayasa. Sesuai dengan spirit BaliMakarya bahwa manusia harus melakukan sesuatu dalam hidupnya, karya yang dihasilkan Ketut Putrayasa menunjukkan perjalanan berkesenian Putrayasa.  "Nilai manusia bisa dilihat (dari) karyanya," ucap dosen filsafat Universitas Indonesia ini.

Tommy juga memberikan apresiasi digunakannya simbol penjor sebagai trofi penghargaan buat pemenang festival BaliMakarya. Baginya penjor adalah ikon atau simbol dari kesuburan tanah Bali dan juga simbol bagi proses kehidupan manusia dari awal sampai meninggal. Penjor menurutnya menjadi lambang kehidupan. "Dari kesuburan, kejayaan, dan respek atau kehormatan kembali pada asal yaitu bumi," tambahnya. *cr78

Komentar