nusabali

Pertanian CERDAS Subak Temesi Hasilkan 96 Persen Padi Bernas

  • www.nusabali.com-pertanian-cerdas-subak-temesi-hasilkan-96-persen-padi-bernas
  • www.nusabali.com-pertanian-cerdas-subak-temesi-hasilkan-96-persen-padi-bernas

GIANYAR, NusaBali.com – Proyek pertanian yang mengedepankan prinsip Circular Economy Development in Organic Agriculture (CERDAS) di satu hektar lahan Subak Temesi, Kecamatan/Kabupaten Gianyar berhasil menghasilkan 96 persen padi bernas pada panen perdana, Selasa (11/10/2022).

Setelah dilakukan proses pengubinan dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Gianyar, diperkirakan bahwa pertanian organik dan ramah lingkungan ini mampu memroduksi 7,2 ton beras dalam satu hektare lahan. Dari hasil produksi tersebut sekitar 96 persen bulir beras terisi penuh alias bernas.

Koordinator BPP Kecamatan Gianyar di lapangan, I Made Geben menyatakan bahwa meskipun merupakan musim tanam perdana, salah satu dari enam proyek percontohan pertanian cerdas di Kabupaten Gianyar ini sudah memeroleh hasil yang cukup baik.

“Dari tes pengubinan ditemukan rata-rata 98 rumpun dari jumlah ideal 121 rumpun dalam 1/16 are lahan dan masing-masing rumpun tersebut terdapat 20 anakan dari jumlah ideal 23 anakan. Sudah cukup baik, tinggal dioptimalkan jarak tanamnya,” terang Made Geben di sela-sela meninjau panen perdana di Subak Temesi.

Sementara itu, Perbekel Desa Temesi I Ketut Branayoga mengapresiasi proyek yang dimotori oleh Yayasan Bumi Samsaya tersebut. Ia berharap Desa Temesi mampu berkembang menjadi desa yang memiliki subak dengan sistem pertanian organik di masa mendatang.

“Kami mengapresiasi karena telah menjadikan satu hektare lahan di Subak Temesi sebagai proyek percontohan pertanian ramah lingkungan. Semoga ke depan pertanian organik seperti ini dapat berkembang di desa kami,” tutur Branayoga.

Selain di Desa Temesi, proyek pertanian CERDAS ini pula mengambil tempat di beberapa subak yang tersebar di Desa Tulikup, Desa Pejeng, Desa Tampaksiring, Desa Sayan, dan Desa Taro, serta melibatkan 26 petani. Total lahan yang digunakan untuk sistem pertanian yang diinisiasi Marcellinus Mandira Budi Utomo (BRIN), Hermitianta Prasetya Putra (Yayasan Bumi Sasmaya), dan Levina Pieter (BRIN) ini adalah 6,8 hektare.

Pertanian CERDAS sendiri mengedepankan pertanian ramah lingkungan berbasis organic agriculture dengan dukungan program pengelolaan sampah Merah Putih Hijau. Melalui program tersebut, sampah-sampah yang berpotensi menjadi pupuk kompos diselamatkan, kemudian disalurkan kepada para petani yang terlibat dalam proyek percontohan.

Lewat program pengelolaan sampah Merah Putih Hijau yang digerakkan oleh Yayasan Bumi Samsaya ini, sebanyak 4 ton kompos disalurkan ke enam titik wilayah proyek percontohan pertanian CERDAS.

Contoh saja salah satu petani di Subak Temesi I Made Sutaba yang mampu menghasilkan 230 biji gabah per malai dari jumlah ideal 280 biji. Dengan hasil mendekati jumlah biji ideal per malai ini, Sutaba hanya menggunakan 20 persen pupuk urea atau hanya 10 kilogram untuk 25 are lahan yang ia kelola. Sisanya, Sutaba menggunakan kompos organik didukung agen hayati dan pestisida nabati sesuai langkah-langkah pertanian CERDAS.

Pada musim tanam kedua, Sutaba ditargetkan untuk mempu mengurangi lagi 20 persen pupuk urea yang digunakan menjadi 0 persen. Dengan demikian, Sutaba bakal menjalankan proyek pertanian organik secara keseluruhan.

“Kami menerapkan subsidi kompos sebagai produk dari pengolahan sampah organik. Jadi, setiap hektare lahan percontohan mendapatkan asupan kompos sebanyak 4 ton dengan didukung aplikasi agen hayati dan pestisida nabati,” ungkap Agastya Yatra, ketua yayasan yang berlokasi di Jalan Raya Campuhan nomor 88X Sayan, Kecamatan Ubud, Giayar tersebut.

Selain mendapatkan pelatihan untuk panen perdana ini, 26 petani peserta proyek pertanian CERDAS tersebut juga mendapatkan pendampingan intensif dari P4S Kalpataru. Pendampingan dimaksudkan untuk memotivasi sekaligus membagikan solusi perihal permasalahan tani yang dihadapi peserta.

Di lain sisi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Gianyar, I Gusti Ayu Dewi Hariani berharap proyek ini tidak hanya berhenti di hulu saja yakni di petani dan pertaniannya. Dewi Hariani meminta agar hilirnya juga disiapkan, yakni pasar bagi produk pertanian organik.

“Kalau tidak ada pasar untuk produk seperti ini, maka para petani akan kembali ke pertanian konvensional. Jadi, pasarnya betul-betul harus disiapkan terlebih dahulu,” jelas Dewi Hariani yang turut hadir pada acara panen perdana.

Kesuksesan proyek yang didukung program Australia Grant Scheme (AGS), program Merah Putih Hijau, dan program ketahanan pangan di masing-masing desa percontohan ini diharapkan mampu memotivasi petani lain untuk beralih ke pertanian CERDAS serta mendukung Gianyar sebagai kabupaten percontohan pertanian organik. *rat

Komentar