nusabali

Motif Tenun Bali Sarat Jadi Objek Jiplak

  • www.nusabali.com-motif-tenun-bali-sarat-jadi-objek-jiplak

NEGARA, NusaBali
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali Putri Suastini Koster mengungkapkan saat ini motif tenun Bali mulai diproduksi di daerah lain di Indonesia.

Hal ini menurutnya perlu disikapi dengan mendaftarkan karya original penenun Bali sebagai Hak Kekayaan Intelektual Komunal (KIK). Untuk diketahui, KIK merupakan kekayaan intelektual yang kepemilikannya bersifat kelompok atau bukan pribadi. Hal ini umumnya muncul melalui warisan budaya tradisional yang berkembang di masyarakat. Tidak jarang warisan ini menjadi bagian identitas dari masyarakat tersebut, dan karena itu wajib dilindungi agar kekayaan intelektual tersebut dapat dilestarikan.

Putri Koster mengatakan Dekranasda Bali gencar mengedukasi dan pembinaan dan belakangan mulai membuahkan hasil. Sejalan dengan itu, sebut Putri Koster, Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster berjuang sehingga endek Bali saat ini telah mengantongi hak KIK. Dengan hak ini, maka secara teknis dan ilmu pengetahuan tentang endek resmi menjadi milik masyarakat Bali.

Dia menyatakan motif tenun Jalak Bali yang dimiliki masyarakat Bali di Kabupaten Jembrana belakangan ini sudah banyak diproduksi di sentra kerajinan tenun Desa Troso, Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Bukan hanya motif Jalak Bali, Putri Koster menyebut secara umum endek Bali telah dijiplak dan diproduksi massal di Troso. Hal ini disampaikannya saat mendampingi istri Menteri Perhubungan RI Endang Budi Karya Sumadi dalam kunjungan ke Kabupaten Jembrana, Jumat (7/10). "Kami ingin tenun khas Bali diproduksi di sini. Kalau pemasarannya, boleh kemana saja. Sama seperti tenun khas tradisional daerah lain seperti Palembang," ujarnya.

Endang Budi Karya Sumadi yang juga Ketua Bidang Wirausaha Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) mengunjungi tiga pusat pertenunan di Jembrana. Di tiga lokasi tersebut berlangsung Pelatihan Menenun Cagcag (Songket) yang terselenggara atas kerjasama Dekranas, Dekranasda Provinsi Bali, dan Pemkab Jembrana. Kegiatan yang juga merupakan Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tahap XVI Direktorat Kursus dan Pelatihan Kemendikbud Ristek RI tersebut melibatkan generasi muda yang diharapkan dapat menjadi pelestari tenun cagcag.

Putri Koster kepada Endang Budi Karya Sumadi menjelaskan, tiap kabupaten/kota di Bali memiliki ciri khas dalam hasil karya tenun tradisional. Khusus untuk Kabupaten Jembrana, penenun tampil dengan ciri khas motif Jalak Bali. "Motif hewan langka ini diambil karena Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) merupakan satwa endemik yang hanya hidup di hutan Bali barat," tegas Putri Koster.

Kunjungan rombongan diawali di Pusat Pelatihan IKM Putri Mas yang beralamat di Jalan Cendrawasih Nomor 3, Pendem, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Selanjutnya rombongan istri Menhub mendatangi Pelatihan IKM Kembar Sari yang berlokasi di Desa Batu Agung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Mengakhiri kunjungannya di Bumi Makepung Jembrana Endang Budi Karya Semadi meninjau sentra tenun di Kelurahan Sangkar Agung, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana.

Dalam kunjungannya,  Endang Budi Karya Sumadi mengagumi ragam motif tenun yang berkembang di Bumi Makepung. Ia tampak antusias mengamati dan berbincang dengan para penenun dan sempat mencoba menggunakan alat tenun cagcag. Melihat semangat anak-anak muda berlatih menenun, Endang menyampaikan rasa bangga. "Saya lihat mereka sangat antusias, bahkan ada peserta cowok. Baru dua hari latihan, hasilnya luar biasa," ungkapnya.

Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Ketua Dekranasda Bali Putri Koster yang telah memberi dukungan serius pada upaya pelestarian tenun tradisional Bali. Endang berharap, tenun khas Bali khususnya Jembrana tetap lestari dan makin berkembang di masa mendatang. Dirinya mendorong Dekranasda Bali menyampaikan protes keras kepada daerah yang mewilayahi produsen kain jiplakan tenun tradisional. Menurut pengamatannya, yang dijiplak bukan hanya tenun Bali, tapi juga daerah lain seperti NTT dan Palembang. "Sayang sekali, ini harus diprotes keras. Kita mesti pikirkan penenun tradisional. Ini budaya bangsa yang harus dilindungi," tandasnya. *cr78

Komentar