nusabali

Hujan 3 Jam, Buleleng Tergenang

  • www.nusabali.com-hujan-3-jam-buleleng-tergenang

Debit air hujan besar di peralihan musim kemarau ke musim hujan membuat saluran drainase tidak mampu menampung.

SINGARAJA,NusaBali
Hujan deras perdana mengguyur wilayah Buleleng, Senin (3/10) siang. Hujan dengan intensitas tinggi selama tiga jam tersebut mengakibatkan luapan dan genangan air di beberapa titik.

Kondisi terparah terjadi di ruas Jalan Srikandi perbatasan Desa Sambangan-Desa Baktiseraga, serta simpang tiga Desa Pemaron-Jalan Ahmad Yani.

Debit air hujan besar di peralihan musim kemarau ke musim hujan membuat saluran drainase tidak mampu menampung. Terlebih beberapa masih tersumbat oleh sampah. Air saluran drainase di Jalan Srikandi meluap ke jalan raya hingga selutut orang dewasa. Kondisi diperparah karena sedang ada perbaikan jalan di sepanjang jalur.

Kondisi yang hampir sama juga terjadi di Jalan Ahmad Yani Barat, jalur Singaraja-Seririt. Arus lalu lintas pun menjadi padat merayap karena luapan air hujan di simpang tiga Desa Pemaron tepat di depan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) sangat besar. Sejumlah pengendara dan pengguna jalan pun memilih untuk lebih berhati-hati dan melaju pelan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Putu Ariadi Pribadi dikonfirmasi Senin sore mengatakan belum menerima laporan kerusakan dampak hujan deras. Petugasnya sempat melakukan pemantauan di sejumlah lokasi, namun masih dapat terkendali.

“Tadi kami sempat melakukan pemantauan, tetapi tidak ada laporan dampak hujan deras. Air juga sudah mulai surut setelah dua jam hujan deras. Yang paling parah yang di Ahmad Yani Barat ini karena memang sudah langganan,” ucap Ariadi.

Air dari drainase tidak dapat mengalir maksimal. Meskipun penanganan banjir di wilayah Baktiseraga sudah sempat ditangani dengan pembuatan drainase baru. Hanya saja tepat di tikungan traffic light simpang Pantai Penimbangan (PP) itu, saluran drainase sebagian terhalang oleh pondasi traffic light.

“Termasuk yang di Pemaron ini mengalirnya ke timur satu saluran air di Baktiseraga. Masalah itu sudah sempat dirapatkan Perbekel, Dinas PUTR juga. Memang perlu perbaikan fisik. Hanya saja karena jalur jalan nasional, ada beberapa balai yang punya kewenangan. Sudah disampaikan ke pusat, mungkin masih berproses,” imbuh mantan Kadis Lingkungan Hidup (LH) Buleleng ini.

Sementara itu hujan deras yang mengguyur Buleleng kemarin disebutnya merupakan awal datangnya musim penghujan. Menurut ramalan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bali, secara umum Bali dan Buleleng sudah memasuki musim hujan pada bulan Oktober. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Desember 2022 hingga Januari 2023 mendatang.

“Kami sudah buat kajian risiko bencana tahun 2022-2026. Ada 12 potensi bencana yang dapat terjadi di Buleleng. Setelah nanti diformalkan dalam bentuk Perbup, kami akan sosialisasi ke masing-masing desa, sebagai upaya antisipasi,” jelas pejabat asal Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng ini. *k23

Komentar