nusabali

Antisipasi Kekroditan, AP I Berencana Bikin Sistem Buka Tutup

30 Menit SOP Pendaratan Pesawat Delegasi G20

  • www.nusabali.com-antisipasi-kekroditan-ap-i-berencana-bikin-sistem-buka-tutup

Waktu sterilisasi 15 menit sebelum pesawat mendarat dan 15 menit setelah melakukan pendaratan.

MANGUPURA, NusaBali

Angkasa Pura (AP) I selaku pengelola Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Badung terus melakukan berbagai persiapan menjelang perhelatan KTT G20 yang dijadwalkan pada November mendatang. Selain melakukan beutifikasi, persiapan lainnya terkait dengan lalulintas pesawat yang ditumpangi pada delegasi saat tiba di bandara tersibuk kedua di Indonesia. Sesuai standar operasional prosedur (SOP), maskapai para delegasi membutuhkan waktu clearance sekitar 30 menit. Sebagai upaya antisipasi kekroditan pergerakan pesawat, AP I berencana melakukan sistem buka tutup.

Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi, mengatakan mempersiapkan kedatangan para delegasi KTT G20 terus dilakukan. Mengenai SOP lalulintas pendaratan pesawat yang ditumpangi para delegasi, katanya, memerlukan waktu sekitar 30 menit. Jadi untuk mengantisipasi kekroditan pihaknya memiliki skenario sistem buka tutup. Hal ini disebabkan Bandara Ngurah Rai merupakan akses atau pintu masuk para delegasi. Di sisi lain operasional bandara tetap akan dibuka bagi penerbangan komersial.

Saat ini, kata Faik Fahmi, sedang membuat simulasi dengan seluruh stakeholder terkait, termasuk dengan Airnav. “Simulasi itu berkaitan dengan sejumlah persiapan terkait dengan skenario apa yang nanti akan dilakukan, sebab penanganan terhadap tamu VVIP memiliki suatu prosedur tersendiri yang diberlakukan,” jelasnya beberapa waktu lalu.

Diungkapkan Faik Fahmi, salah SOP dari para delegasi adalah terkait sterilisasi lalulintas udara. Untuk waktu sterilisasi itu tercatat 15 menit sebelum pesawat mendarat dan 15 menit setelah melakukan pendaratan, kondisi bandara harus benar-benar kosong. Saat ini, AP I masih terus melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan seluruh stakeholder untuk nantinya melakukan pengaturan tersebut.

“Kami masih menunggu jadwal dan juga jumlah pesawat dari delegasi KTT G20. Jumlah pesawat masih terus berkembang. Data awal sekitar 30 pesawat masing-masing 20 dari delegasi dan ditambah 10 undangan VVIP. Namun jumlah pesawat masing-masing negara yang akan dibawa berbeda-beda. Ada yang 6 pesawat, bahkan ada yang 10 pesawat,” rinci Faik Fahmi.

Dia berharap secepatnya mendapatkan kepastian terkait jadwal pesawat VVIP. Minimal hal itu dapat diperoleh dua minggu sebelum hari pelaksanaan, sehingga pihaknya bisa menyesuaikan schedule jadwal penerbangan reguler. Misalnya, jika nantinya ada maskapai reguler yang melaksanakan penerbangan jam 6 sore, namun ketika itu ada pergerakan penerbangan VVIP yang akan mundur. Maka penumpang reguler tidak mesti datang ke bandara jam 4 sore, melainkan bisa jam 9 atau jam 10 malam. Dengan demikian maka penumpang reguler tidak akan menunggu terlalu lama di bandara. “Pengaturan semacam ini yang akan kita lakukan. Walaupun terjadi keterlambatan jadwal pesawat reguler, namun penumpangnya bisa kita kelola dengan baik, sehingga mereka tidak harus menunggu lama di bandara,” katanya.

Faik Gahmi juga tidak menampik, skenario yang nantinya diterapkan hampir sama saat penyelenggaraan event annual meeting IMF. Pengalaman itulah yang akan diterapkan saat KTT G20. Namun hal itu masih dalam tahap pembahasan terkait dengan skenario operasi yang mana yang akan diterapkan. Secara umum pihaknya mengaku sangat siap dalam melakukan pengaturan itu. Dalam artian secara teknis skenarionya sudah disiapkan, peningkatan kapasitas gedung VVIP juga sudah diselesaikan, beutifikasi bandara juga telah dilaksanakan, layanan yang akan diberikan di bandara juga sudah diperbaiki semua.

“Secara infrastruktur sudah siap, secara teknis kami juga terus berbenah. Ini adalah bagian dari upaya kita menyiapkan diri. Tinggal nanti kita menunggu kepastian jadwal kedatangan delegasi, baru nanti kita bisa finalisasi,” kata Faik Fahmi. *dar

Komentar