nusabali

Bendahara Demokrat Bangli Minggir dari Pencalegan

Tiga Kali Tarung, Tiga Kali 'Terjungkal'

  • www.nusabali.com-bendahara-demokrat-bangli-minggir-dari-pencalegan

BANGLI, NusaBali
Politisi Partai Demokrat Bangli, I Wayan Suarembawa memutuskan untuk tidak akan maju di Pileg (Pemilu Legislatif) 2024 mendatang.

Suarembawa yang juga Bendahara DPC Demokrat Bangli ini, memilih tidak berlaga dengan alasan kapok. Sebab, tiga kali tarung, tiga kali ‘terjungkal’.

Suarembawa adalah politisi asal Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Dia pertama kali nyaleg pada Pileg 2009 merebut kursi DPRD Bangli. Namun, gagal lolos ke kursi dewan. Tidak patah arang, pengusaha material bangunan ini kemudian maju lagi pada Pileg 2014. Namun, nasib baik belum berpihak kepada Suarembawa alias gagal lolos. Pada 2019 lalu, Suarembawa berlaga lagi. Memperoleh 2.000 suara, tidak mampu mengatrol Suarembawa ke kursi DPRD Bangli. Pada Pileg 2019,  Suarembawa yang bertarung di dapil Kintamani Timur, terpaksa menyerah karena suaranya kalah dengan Caleg DPRD Bangli I Komang Carles, Ketua DPC Demokrat Bangli yang saat ini menjabat Wakil Ketua DPRD Bangli.

“Walaupun tidak nyalon, bukan berarti saya pensiun dari dunia politik, kalau diibaratkan, dunia politik sudah mendarah daging dalam jiwa raga saya,” ujar Suarembawa kepada NusaBali, Selasa (27/9).

Suarembawa mengatakan, keputusan ‘parkir’ dari pencalegan sudah berdasarkan pertimbangan matang. Selain itu, dirinya dapat masukan dari pendukung maupun pihak keluarga. "Mungkin kader merasa kasihan karena telah tiga kali gagal melenggang ke kursi dewan,” sebutnya.

Dengan minggir dari musim pencalegan, Suarembawa mengaku akan mengembangkan usaha yang telah dirintis sejak belasan tahun. Memang untuk bisnis yang digeluti yakni buka usaha toko bangunan lumayan menjanjikan. Namun, Suarembawa juga tengah mempersiapkan untuk membuka usaha di bidang pariwisata.

Dipilihannya usaha akomodasi pariwisata, karena melihat jumlah kunjungan pariwisata ke Bali, terutama di Kintamani mulai membaik pasca Pandemi Covid-19. “Pada masa Pandemi Covid-19, geliat pariwisata di daerah lain mati suri, sementara di Kintamani tetap berjalan,” ujar Suarembawa. *esa

Komentar