nusabali

Kenalkan Budaya Pertanian, Kawinkan Bisnis Kopi dengan Pariwisata

I Komang Sukarsana, Petani Milenial dari Songan, Kintamani, Bangli

  • www.nusabali.com-kenalkan-budaya-pertanian-kawinkan-bisnis-kopi-dengan-pariwisata

GIANYAR, NusaBali
Sewaktu menjadi guru honorer di SMP kawasan Kecamatan Kintamani, Bangli, I Komang Sukarsana, 38, sering jualan bawang, tomat, kubis, buncis, dan jenis sayuran lainnya untuk ditawarkan kepada para pedagang.

Sasarannya para pedagang lalapan, warung makan, hingga pedagang eceran. Sukarsana juga mencoba peruntungannya, buka warung makan dengan menu khas mujair. Pemuda asal Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Bangli ini menyewa sebuah ruko di kawasan Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar. Dari warung makan inilah inspirasinya muncul untuk bisnis kopi.

Suatu hari di tahun 2010, di sela-sela melayani pembeli, Sukarsana mendengar percakapan wisatawan asing. Dari pembicaraan turis itu, Sukarsana menangkap informasi wisatawan asal Australia itu mencari kopi Kintamani. “Saya mencoba menyapa dan berdialog semampunya tentang kopi,” ungkap Sukarsana ditemui di tempat usahanya, Bali Arabica Roatery, Ubud, Gianyar, Jumat (23/9). Ternyata wisatawan asal Australia itu tertarik. Dari dialog tentang kopi di warung makan itu, Sukarsana ditawarkan bekerja membantu mengontrol kopi. Tawaran itu pun diterima. Karena tak memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus, Sukarsana akhirnya kursus dengan biaya dari upah yang dia terima.

Sebagai tenaga quality controll, Sukarsana bertugas mengajar membuat bibit, membudidayakan, dan mengolah kopi kepada petani yang menjadi mitra perusahaan Five Senses Cofffe milik turis Australia tersebut. Petani kopi binaannya tersebar di Subak Ulian Murni Desa Ulian, Subak Kertawangi di Desa Belantih, dan lainnya. Pada tahun 2012, Sukarsana bertemu pihak Bank Indonesia (BI) dalam Festival Kopi Indonesia di Ubud, Gianyar. Dari pemaparan yang disampaikan, pihak BI menawarkan Sukarsana bergabung dalam program klaster pengembangan kopi, termasuk pembentukan pasar satu pintu.

Pendampingan dari Bank Indonesia, Sukarsana mendapat kesempatan ikut sekolah pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) di Jember, Jawa Timur dan memasarkan kopi keliling Indonesia. Di antaranya Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Batam, dan Medan. Pada tahun 2013, Sukarsana terpilih sebagai salah satu pemenang wirausaha muda pemula berbasis teknologi atau teknopreneur di Kabupaten Bangli. “Dari situ saya dapat bantuan permodalan Rp 10 juta,” ungkap suami Ni Made Srianing ini. Pemilihan wirausaha muda berbasis teknologi yang diselenggarakan Pemkab Bangli bekerja sama dengan BPPT, Kemenpora, dan Bank Indonesia.

Dari bantuan permodalan Rp 10 juta itulah, Sukarsana merintis bisnis Bali Arabica. Dengan usahanya itu, dia menjadi reseller produk petani. Hasilnya dikumpulkan hingga berhasil membeli sebuah mesin sangrai atau roasting. Usahaa roasting tersebut merupakan rintisan yang dimanfaatkan untuk pengembangan dan pelestarian kopi lokal di Bali. Berbekal pengalaman belajar dan ikut pameran internasional, Sukarsana berkeinginan memperkenalkan tradisi dan budaya lokal tentang kehidupan para petani kopi di pegunungan Kintamani. Sukarsana menggagas paket jasa wisata terkait kopi bekerja sama dengan petani kopi. “Kami kemas dalam Jouney of Bali Coffee,” ungkap ayah Ni Putu Nitya Pradnya Swari dan Ni Kadek Cantika Pradnya Swari.

Journey of Bali Coffee sinergikan antara pertanian dan pariwisata. Secara singkat, inilah sebuah paket wisata pengenalan kopi dari proses pembibitan, budidaya, pemeliharaan dan seterusnya panen, pengolahan sampai siap diseruput. “Dari bibit ke cangkir,” ujar pria kelahiran 18 Juni 1984 ini. Sebagai petani milenial, Sukarsana menawarkan produknya secara online, bekerja sama dengan beberapa flatform digital. Secara offline bekerja sama dengan hotel, villa, dan homestay, terutama di kawasan Ubud, Gianyar.

Pernah memimpikan pekerjaan sebagai PNS, Sukarsana akhirnya mantap menekuni sebagai petani dan bisnis kopi sebagai pilihan pekerjaan. Melalui bisnis produk kopi, Sukarsana berusaha mengangkat posisi tawar petani kopi. Dengan pilihan menjadi petani dan pebisnis kopi, Sukarsana berharap bisa menginspirasi anak muda menjadi petani. Berawal dari guru honorer di SMP kawasan Kintamani, anak ketiga dari pasutri I Ketut Rantia dan Ni Nengah Nadi ini menemukan jalan untuk memantapkan pilihan sebagai pebisnis kopi. *k17

Komentar