nusabali

Petanda Ida Bhatara Manca Desa Berkahi Umat

Usaba Kadulu Gede di Pura Gumang, Karangasem

  • www.nusabali.com-petanda-ida-bhatara-manca-desa-berkahi-umat

AMLAPURA, NusaBali
Puncak Usaba Kadulu Gede atau Usaba Gumang di Pura Gumang, Banjar Celuk Kauh, Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem, Redite Pon Dukut, Minggu (9/10).

Usaba ini diyakini sebagai petanda turunnya berkah dari Ida Bhatara Manca Desa kepada segenap umat sedharma.  Selain merupakan puncak bertemunya pasemetonan Ida Bhatara Manca Desa dari lima desa, usaba juga dijadikan kesempatan untuk menggelar ritual pananjung batu, nawur sosod dan mapinton. Usaba Kadulu Gede yang digelar setiap dua tahun sekali, dengan menghadirkan pasemetonan Ida Bhatara Manca Desa, yakni Ida Bhatara dari Desa Adat Bebandem, Kecamatan Bebandem, Ida Bhatara dari Desa Adat Ngis, Kecamatan Manggis, Ida Bhatara dari Desa Adat Jasri, Kecamatan Karangasem, Ida Bhatara dari Desa Datah,  Kecamatan Abang, dan Ida Bhatara dari Desa Adat Bugbug.

Sebelum puncak upacara, utusan dari lima desa adat telah dipertemukan di wantilan, Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem, Wraspati Wage Bala, Kamis (15/9), dikoordinasikan Kelian Desa Adat Bugbug I Nyoman Purwa Ngurah Arsana. Pertemuan itu untuk menyamakan persepsi, untuk kelancaran upacara. Pertemuan difasilitasi Penyarikan Desa Adat Bugbug I Wayan Merta, hadir, Bendesa Adat Datah I Wayan Gede Surya Kusuma, Plt Bendesa Adat Bebandem I  Gede Warsa, Petajuh I Desa Adat Jasri I Made Putra Ayusta, dan Jro Pasek Desa Adat Ngis, I Gede Sudibya.

Dalam pertemuan disepakati puncak Usaba Kadulu Gede, di sore hari. Sehingga Ida Bhatara Manca Desa telah napak di Pura Gumang, untuk katuran upacara mabiasa, semasih matahari bersinar. Hanya saja, Ida Bhatara dari Desa Adat Datah menurut Bendesa I Wayan Gede Surya Kusuma, yang kairing hanyalah Ida Bhatara Tirtha, begitu juga Ida Bhatara dari Desa Adat Ngis, yang kairing berupa Ida Bhatara Tirtha sehubungan di dua desa adat tersebut tengah menggelar aci.

Sebelum puncak Usaba Kadulu Gede, terlebih dahulu menggelar aci di Pura Penyarikan, Wraspati Kliwon Klawu, Kamis (6/10), disusul upacara penyanjangan Usaba Beten disertai membangun panggungan di Pura Bale Agung dan Pura Gumang, Sukra Umanis Klawu, Jumat (7/10), upacara pecanigayan Saniscara Pahing Klawu, Sabtu (8/10), puncaknya Minggu (9/10), dan Ida Bhatara tedun dari Pura Gumang menuju Pura Bale Agung, Soma Wage Dukut, Senin (10/9).

Terkait rangkaian prosesi Ida Bhatara Mabiasa (mapurwa daksina), menurut pengenter Desa Adat Bugbug I Ketut Resi, setelah Ida Bhatara Manca Desa napak di Pura Gumang. Maka Ida Bhatara Gede Bebandem bersama Ida Bhatara Bagus Besakih yang katuran upacara mabiasa, selanjutnya Ida Bhatara Gede Bebandem bertemu Ida Bhatara Bagus Wayan dan Ida Bhatara Muter, terakhir Ida Bhatara Gede Bebandem bertemu Ida Bhatara Gede Gumang, selanjutnya distanakan di bale panggungan disusul Ida Bhatara Jasri, Ida Bhatara Ngis, Ida Bhatara Datah, juga distanakan. "Saat itulah, Ida Bhatara Manca Desa membentuk ongkara windu tiga, memberkati anugerah kerahayuan kepada umat sedharma yang berasal dari manca desa," jelas Pangenter Desa Adat Bugbug, berusia 72 tahun, yang telah dikaruniai 5 anak dan 8 cucu tersebut.

Rangkaian upacara mabiasa, menurut tokoh dari Banjar Puseh, Desa Adat Bugbug, yang dipercaya jadi Pangenter Desa Adat Bugbug sejak tahun 1990, sangat disakralkan.

Rangkaian selanjutnya Ida Bhatara Manca Desa katuran aci, ditandai persembahan banten, pangayah khusyuk ngaturang bhakti, dengan puja dan doa sang Jro Mangku Pura Gumang, disertai kidung-kidung suci, sebagai lambang penyatuan spiritual.

Selama rangkaian itu juga dipentaskan tari wali, sehingga menambah khusyuknya ritual. Kehadiran tari wali dilandasi konsep, satyam, siwam dan sundaram, yakni kebenaran, kesucian dan keindahan. Semua itu memiliki pesan sakral yang mendalam, dalam tataran satyam, upacara mesti digagas berdasarkan konsep filsafatnya, tataran siwam upacara itu mesti mencerminkan spirit kasucian, baik dalam pemilihan hari baik, tempat, sarana dan pemimpin upacara dan tataran sundaram upacara mesti tampil dalam bentuk yang paling indah.

Tari wali menjadi sakral, karena dijiwai Siwa Nata Raja, yang merupakan gerak tari kosmis penciptaan, di mana dalam mitologinya, Siwa menciptakan dunia sambil menari, dari gerak tarinya yang maha dahsyat memunculkan dunia beserta isinya. Selanjutnya, pada Purnama Kapat, Soma Wage Dukut, Senin (10/10), Ida Bhatara Manca Desa, tedun dari Pura Gumang kemudian mabiasa di Catus Pata Desa Adat Bugbug, di sana Ida Bhatara matemu kangen, menyatukan kerinduan religius, sebelum kairing ke masing-masing desa.*k16

Komentar