nusabali

Sehari, 2 Orang Tewas Gantung Diri di Petang

  • www.nusabali.com-sehari-2-orang-tewas-gantung-diri-di-petang

MANGUPURA, NusaBali
Dua orang pria renta di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, I Nyoman Degdeg, 74, warga Banjar Jempanang, Desa Belok Sidan, dan I Nyoman Arep, 76, warga Banjar Nungnung, Desa Pelaga, ditemukan tewas gantung diri, Sabtu (24/9) pagi.

Mayat kedua pria renta dari dua desa berbeda itu ditemukan selang dua jam. Mayat Nyoman Degdeg ditemukan menggantung pada pos kamling banjar setempat sekitar pukul 06.00 Wita. Sementara mayat Nyoman Arep ditemukan menggantung di kamar tidur cucunya sekitar pukul 08.00 Wita.

Peristiwa tewasnya Nyoman Degdeg pertama kali diketahui oleh I Wayan Sugiarta, 39, yang merupakan perangkat desa setempat. Korban ditemukan oleh saksi saat pulang belanja di Pasar Petang. Pada saat ditemukan, leher korban dijerat tali plastik sepanjang 67 centimeter.

Tidak diketahui secara persis penyebab korban memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Kuat dugaan, pria renta itu nekat mengakhiri hidupnya karena tak tahan dengan penyakit yang dideritanya. Sebelum ditemukan tewas gantung diri, malam harinya korban sempat diperiksakan kesehatannya di mantri kesehatan di Banjar Tinggan.

“Keterangan dari anak korban, yakni I Wayan Dadi dan I Made Simpen, bahwa korban sudah dua kali dioperasi. Pertama, karena di perut tumbuh daging. Kedua, karena prostat. Belakangan korban menderita sakit sesak napas,” ungkap Kasi Humas Polres Badung Iptu Ketut Sudana dalam keterangan persnya, Sabtu kemarin sore.

Peristiwa tersebut dilaporkan oleh saksi kepada Bhabinkamtibmas desa setempat hingga akhirnya dilaporkan ke Polsek Petang. Menerima informasi tersebut, aparat Polsek Petang langsung mendatangi lokasi TKP untuk melakukan langkah-langkah kepolisian.

Kepada polisi, pihak keluarga menerima dengan ikhlas dan tidak mencurigai siapapun atas kematian korban dan tidak melakukan laporan polisi. “Jenazah korban langsung upacarai di setra, baik pembersihan jenazah maupun hal-hal lain. Karena menurut dresta desa adat setempat tidak boleh membawa jenazah korban ulah pati ke rumah,” kata Iptu Ketut Sudana.

Sementara jenazah Nyoman Arep pertama kali ditemukan oleh anaknya, Ni Nyoman Asih, 56. Korban ditemukan oleh saksi di kamar anaknya sepulang dari kebun sekitar pukul 08.00 Wita. Awalnya saksi curiga karena lampu di kamar korban masih menyala. Lalu saksi mencari korban ke kamar anaknya (cucu dari korban). Baru saja membuka pintu, saksi melihat korban menggantung. Sontak saksi berteriak minta tolong.

“Korban yang kedua ini ditemukan tergantung di rumahnya sendiri dengan menggunakan seutas tali plastik warna biru sepanjang 2 meter. Pada saat ditemukan, korban menggunakan topi warna cokelat, baju warna cokelat, dan celana panjang warna hitam,” beber Iptu Ketut Sudana.

Sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia, aparat Polsek Petang memanggil tim medis dari Puskesmas Petang 2. Korban dinyatakan meninggal dunia dua jam sebelum ditemukan. “Pada saat ditemukan, ada luka bekas jeratan melingkar di leher, dan dari kemaluan keluar sperma, dari dubur keluar kotoran,” tandasnya.

Kelian Adat Banjar Nungnung Sang Nyoman Sutena membenarkan jika salah seorang warganya ulah pati, gantung diri. Berdasarkan informasi, korban tidak menunjukkan gelagat yang aneh. Pun di kesehariannya, korban tak memiliki masalah dengan siapapun.

“Beliau sudah lingsir. Sewaktu muda sangat aktif dan rajin di masyarakat. Orangnya santai, tidak pernah ada masalah. Mungkin saja belakangan ada masalah, saya juga tidak tahu,” ujar Nyoman Sutena, dikonfirmasi kemarin malam.

Hingga saat ini jenazah korban belum dimakamkan karena menunggu petunjuk sulinggih. Selain itu juga menunggu selesai piodalan. “Menurut dresta, tidak boleh mengubur saat sedang ada piodalan di desa. Jadi harus ditunggu dulu sampai piodalannya selesai. Di samping itu, penguburan juga menunggu petunjuk dari sulinggih,” kata Nyoman Sutena.

Sedangkan Bendesa Adat Jempanang Nyoman Artawan juga membenarkan salah seorang warganya meninggal gantung diri. Untuk jenazah korban, kata Artawan, langsung dikuburkan hari itu juga, karena dresta di desa adat setempat. “Sesuai dresta di desa adat kami, jika ada yang meninggal ulah pati, tidak boleh dibawa ke rumah duka. Semua diselesaikan di setra, pembersihan dan lain-lainnya hingga dikuburkan hari itu juga,” kata Artawan.

Menurut Artawan, korban yang sudah lansia merupakan sosok yang gampang bergaul. Terkait motif korban bunuh diri, dia mengaku kurang tahu. Namun diduga karena tak tahan dengan sakit yang dideritanya. *pol, ind

Komentar