nusabali

Tekan Inflasi, Pemkab Buleleng Gandeng Petani

  • www.nusabali.com-tekan-inflasi-pemkab-buleleng-gandeng-petani

SINGARAJA, NusaBali
Pemkab Buleleng melalui Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Arga Nayottama Buleleng, kini berjuang untuk menekan inflasi.

Program ini melibatkan petani dengan memberikan bantuan bibit dan pembelian hasil panen. Seperti yang diketahui, komoditi cabai merupakan salah satu penyumbang inflasi terbesar di Buleleng. Salah seorang petani dari Kelompok Tani Lembu Nadi, Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Wayan Renasa, menyambut baik upaya pemerintah. Karena dirinya mendapatkan penawaran harga komoditas hasil pertanian yang menguntungkan melalui Perumda Arga Nayottama Buleleng. Dia mengakui, kini berani untuk menanam cabai. Karena pemerintah dan petani sudah melakukan perjanjian kerja sama di bidang pascapanen. Pada saat harga fluktuaktif, pemerintah siap menampung komoditas sesuai harga yang telah disepakati.

"Sebelumnya harga cabai besar Rp 25.000/kg, dan cabai rawit Rp 50.000/kg. Mungkin sekarang sudah turun. Perkembangan harga cabai saat ini sudah bagus," ujarnya, Rabu (21/9).

Selain dengan kesepakatan harga, Renasa mengaku terbantu dengan bantuan bibit yang diberikan Dinas Pertanian Buleleng. Dengan itu, dia relatif mampu menekan biaya produksi cabai. ‘’Untuk pengembangan cabai di kelompok tani, kami tahun ini diberi bantuan bibit cabai besar dengan luasan lahan 5 hektare. Saya sendiri untuk ditanam di lahan seluas 40 are," ungkapnya.

Sekretaris Desa Tambakan I Putu Ariawan menyebutkan, pihaknya membantu dalam pengendalian inflasi, salah satunya dengan program ketahanan pangan bagi kelompok-kelompok tani. "20 persen dana desa kami gunakan untuk ketahanan pangan, yakni Rp 150 juta untuk hewan ternak dan Rp 53 juta bantuan bibit cabai. Target kami, sekitar 45 hektare luasan lahan akan dibantu bibit pohon cabai," imbuhnya.

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Dinas Pertanian di Desa Tambakan Nyoman Sukardana menambahkan, pihaknya mendampingi petani dari proses pembibitan sampai panen. Hal ini penting untuk meminimalisir kerugian akibat gagal panen. Karena pelbagai kendala seperti cuaca yang tidak menentu maupun dari serangan virus. "Kendala cuaca ekstrem, seperti angin dan hujan yang menyebabkan kurangnya produksi cabai serta serangan penyakit yang tentunya persediaan cabai di pasaran langka," ujarnya.

Ditambahkan Sukardana, upaya Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dari Ditjen Holtikultura Kementerian Pertanian juga membantu menangani kendala yang dialami para petani. Pihaknya akan terus mendampingi pembudidayaan cabai ramah lingkungan dengan bahan yang lebih murah dan aman bagi tanaman dan tanah. Budidaya ini bisa menekan biaya produksi.*mzk

Komentar