nusabali

Lagi, 1 Korban Kompor Meledak Meninggal

Pascaperistiwa Saat Ngaben Massal di Desa Belega

  • www.nusabali.com-lagi-1-korban-kompor-meledak-meninggal

Semasa hidupnya, Ketut Adi dikenal sebagai drummer group Band Rock a Bali.

GIANYAR, NusaBali

Kabar duka kembali dirasakan tepat sebulan pascamusibah kompor meledak dalam prosesi Ngaben Massal di Banjar Selat Belega, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Korban meninggal dunia bertambah seorang, adalah Ketut Adi Wiranata,32.

Dia saat kejadian, Jumat (19/8) lalu itu, bertugas sebagai tukang kompor asal Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar. Ketut Adi Wiranata yang menderita luka bakar 60 persen, menghembuskan nafas terakhirnya pada Selasa (20/9) sekitar pukul 20.00 Wita dalam perawatan di Burn Unit RSUP Prof Ngoerah (Sanglah) Denpasar. Sepeninggal Ketut Wiranata, korban meninggal berjumlah empat orang.

Suasana duka pun menyelimuti kediaman I Ketut Adi Wiranata di Banjar Intaran, Rabu (21/9). Semasa hidupnya, Ketut Adi dikenal sebagai drummer group Band Rock a Bali. Kakak korban, I Komang Ngurah Ardika mengatakan tak pernah melihat kondisi adiknya dalam perawatan intensif di rumah sakit. Dia hanya mendengar kabar adiknya dari keluarga yang menjenguk. Kabar yang dia dengar, sebelum mengembuskan nafas terakhir, adiknya tersebut sudah bisa bicara meskipun dengan nada lemah.

"Sudah sebulan adik saya dirawat di sana. Saya kira adik saya akan sembuh. Karena sudah bisa bicara dan tidak pernah mengeluhkan sakit. Tapi dua hari sebelum kepergiannya, kondisinya drop lagi. Dia sesak napas, dan kemarin jam delapan malam dikabarkan meninggal," ujar Ardika.

Dijelaskannya, saat kejadian dirinya juga termasuk menjadi korban dalam tragedi kompor mayat tersebut. Namun beruntung, lukanya tak separah adiknya. Ardika mengalami luka bakar di tangan dan pipi. Sementara, adiknya mengalami luka 60 persen. Sebab saat kejadian, korban ini berada dekat dengan ledakan bersama Oscar yang telah duluan meninggal dunia.

Saat ini jenazah mendiang masih di rumah sakit. Terkait prosesi apakah akan dikremasi di krematorium atau tidak, pihak keluarga masih akan menggelar rapat. "Prosesinya belum dibahas, nanti setelah ada kesepakatan keluarga kami akan ke griya," kata Ardika.

Ardika menceritakan riwayat semasa hidup adiknya. Kata dia, menjadi petugas kompor mayat merupakan kegiatan sambilan yang dilakukan ia bersama mendiang adiknya itu hampir sejak 15 tahun lalu.  Di luar kegiatan itu, adiknya memiliki berbagai kesibukan. Mulai dari menjadi drummer Band Rock a Bali hingga kegiatan megambel. Dia juga bekerja di sebuah villa di Ubud. "Adik saya suka musik dari kecil, mulai dari musik tradisional sampai band. Orangnya selalu ceria, dekat dengan keluarga, dan suka menghibur keluarga. Kami sangat kehilangan," jelasnya.

Hal yang paling menyedihkan dalam tragedi kompor mayat ini adalah, ketiga korban asal Banjar Intaran, yakni Oscar, Kadek Dwi dan Ketut Adi ini merupakan keluarga beda ayah dan ibu, namun mereka tinggal di satu pekarangan rumah. Hal itu pun menyebabkan rumah ini suram. Sebab ditinggalkan oleh tiga calon pemimpin keluarga. Dari ketiganya ini, hanya Ketut Adi yang belum menikah.*nvi

Komentar