nusabali

Dari Plesiran hingga Nuntun Dewa Hyang

Kawasan Pura Besakih Selalu Terjaga

  • www.nusabali.com-dari-plesiran-hingga-nuntun-dewa-hyang

Selama dua tahun terakhir (2000 dan 2021) tidak ada Pangabenan karena pandemi Covid-19. Bahkan sempat berlaku larangan muspa ke Pura Besakih. Wisatawan pun sempat dilarang berkunjung.

AMLAPURA, NusaBali

Pura Besakih di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, adalah kawasan pura terbesar di dunia. Saking megahnya bangunan pura dan bernilai sejarah, pura ini juga menjadi daya tarik wisata ternama. Maka kawasan pura ini selalu ramai dikunjungi para wisatawan yang plesiran.

Tak hanya karena kunjungan wisatawan, kawasan pura di kampung sejuk itu juga selalu diramaikan umat Hindu yang menggelar upacara. Keramaian juga tak hanya saat piodalan atau karya agung,  kawasan pura juga diramaikan oleh umat Hindu Bali untuk upacara Maajar-ajar atau Nuntun Dewa Hyang Pitara. Umat ramai menggelar upacara ini, seperti tampak sejak awal Agustus - September 2022. Setiap hari ribuan umat sedharma silih berganti menggelar upacara tersebut, dari pagi hingga tengah malam.

Keramaian itu juga karena upacara Nuntun di komplek Pura Besakih, ada rangkaiannya. Sehingga umat Hindu sehari penuh melakukan Pamuspaan di seputar Pura Besakih. Upacara Nuntun mulai dari Pura Dalem Puri, berlanjut ke Pura Titi Gonggang atau Margasanga, kemudian ke Pura Manik Mas, Pura Bangun Sakti, Pura Ulun Kulkul, Pura Goa Raja, Pura Basukihan, selanjutnya sesuai dresta masing-masing, ada yang berlanjut ke Pura Kiduling Kreteg, Pura Gelap, Pura Batumadeg, kemudian ke Pura Padharman. Terakhir, di Pura Penataran Agung Besakih.

Menurut I Gusti Mangku Jana, pamangku di Pura Penataran Agung Besakih, upacara Nuntun Ida Bhatara Hyang Kompyang memang ada rangkaiannya dimulai dari Pura Dalem Puri, kawasan bawah selatan Pura Besakih. "Tujuannya untuk nunas Panglukatan dan muspayang Ida Bhatara Hyang Kompyang. Karena sang pitra telah disucikan, lanjut dilinggihang (distanakan) di Pura Dadia atau Paibon," katanya.

Kenapa umat sedharma lebih ramai nuntun sejak sebulan terakhir, menurut I Gusti Mangku Jana, karena selama dua tahun terakhir (2000 dan 2021) tidak ada Pangabenan karena pandemi Covid-19. Bahkan sempat berlaku larangan muspa ke Pura Besakih. Wisatawan pun sempat dilarang berkunjung.

Disebutkan, Maajar-ajar itu merupakan upacara mengantarkan roh yang telah disucikan melalui upacara Ngaroras, ke beberapa pura. Hal itu dilakukan merupakan rangkaian upacara Pitra Yadnya setelah tuntas menggelar upacara Nyegara Gunung. "Nangkilang Ida Bhatara Hyang ke stana Ida Hyang Widhi Wasa, agar dapat anugerah karena telah disucikan," jelasnya.

Upacara Maajar-ajar itu salah satunya ke Pura Besakih, sebelumnya ke Pura Sad Kahyangan Goa Lawah di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan,   Klungkung, dan Pura Sad Kahyangan Lempuyang di Kecamatan Abang, Karangasem. Roh yang telah suci  diiring oleh para keluarga ata pretisentananya dengan melaksanakan upacara Tirta Yatra, setelah melalui tahapan cukup panjang. Prosesi tersebut diawali dengan menggelar Ngaben, yang merupakan pembersihan roh fase pertama, disusul Ngaroras pembersihan roh fase kedua.

Saat puncak upacara Ngaroras, jelas Jero Mangku Jana, ada upacara Mapurwadaksina dengan mengelilingi mandala (lokasi) upacara sebanyak tiga kali. Prosesi ini juga menghadirkan Lembu. Sesuai mitologi Hindu, Lembu itu adalah Nandini, kendaraan Dewa Siwa. Dengan harapan, agar sang Pitra lebih cepat menuju Bhwah Loka atau mempercepat menyatu ke Sang Pencipta.

Setelah seluruh rangkaian Nyagara Gunung dan Nuntun tuntas, tinggal kalinggihang (distanakan) jadi Ida Bhatara Hyang Kompyang. Dengan harapan, roh suci yang distanakan itu bisa kembali bereinkarnasi sesuai karmanya. *k16

Komentar