nusabali

Ketemu Project Pamerkan Lukisan Penyintas Skizofrenia di Jakarta

  • www.nusabali.com-ketemu-project-pamerkan-lukisan-penyintas-skizofrenia-di-jakarta

DENPASAR, NusaBali
Komunitas seni Ketemu Project mengikuti pameran seni Art Jakarta 2022 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), 26 - 28 Agustus 2022. Komunitas yang juga concern dengan isu kesehatan mental tersebut, mengajak penyintas skizofrenia yang merehabilitasi diri di Rumah Berdaya Denpasar. Pamaren ini menunjukkan ekspresi para penyintas yang tergambar dalam karya lukis.

Sembilan lukisan dari lima ODS (Orang Dengan Skizofrenia) Rumah Berdaya Denpasar mengikuti pameran berskala internasional Art Jakarta 2022 itu. "Art Jakarta 2022 selain untuk galeri-galeri yang sudah mapan,  mereka juga punya bidang yang menangani ruang alternatif, organisasi seni,  dan kolektivitas. Ketemu Project, salah satunya yang terlibat dalam art scene," terang pendiri Ketemu Project, Budi Agung Kuswara.

Ketemu Project memiliki sebuah program yakni 'Schizophrenia Art Movement' bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan penyandang skizofrenia. Sejak 2017 mereka menggandeng Rumah Berdaya Denpasar yang diperuntukkan sebagai tempat rehabilitasi bagi penyandang skizofrenia atau Orang Dengan Skizofrenia (ODS). Sebelumnya, ODS disebut Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Para ODS Rumah Berdaya mendapat terapi salah satunya dengan berkesenian. Terapi seni yang banyak dilakukan yakni melukis. Dengan melukis, emosi negatif dapat diekspresikan oleh para ODS dengan lebih positif dan kreatif. Sebagian kemudian malah konsisten dalam berkarya. Menjadi seorang pelukis.

Ketemu Project bersama Rumah Berdaya Denpasar  memfasilitasi aktivitas kognitif para ODS dengan melakukan aksi yang dituangkan ke dalam bidang-bidang kanvas. Sebelum mengenal ekspresi seni, gangguan mental yang dialami ODS seperti halusinasi dan delusi, mereka ekspresikan dalam tindakan yang lain. Mereka bisanya memiliki kecenderungan pada hal yang bersifat destruktif, seperti berteriak-teriak sampai melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu orang di sekitarnya.

Dengan menggambar atau melukis, memberikan ruang kepada ODS untuk mengekspresikan proses kognitifnya kepada bidang-bidang kanvas. "Sesungguhnya ketika mereka sudah menjadi lukisan mereka akan melihat apa yang mereka pikirkan karena menuangkan pikirannya menjadi realitas gambar," ujar pelukis alumnus ISI Yogyakarta akrab disapa Kabul ini.

Untuk saat ini, lanjut Kabul, media rupa masih menjadi medium terbaik bagi para ODS untuk bisa diakui oleh masyarakat. Dibanding misalnya ekspresi ODS dalam bentuk tulisan.

Tidak ada proses kurasi khusus yang dilakukan Ketemu Project terhadap karya-karya yang dimiliki seniman ODS Rumah Berdaya supaya bisa ditampilkan pada Art Jakarta 2022. Secara konsep lukisan mereka sudah tidak perlu diragukan lagi sebagai sebuah karya seni yang menuangkan ide-ide terdalam yang dimiliki para pelukisnya. Sebagaimana para ODS ini melukis  untuk mengejawantahkan pikiran-pikiran mereka yang terkadang sulit mereka ekspresikan secara positif.

Budi menuturkan, proses kurasi yang dilakukan hanya melihat konsistensi mereka dalam berkarya. "Konsistensi tersebut harus kita berikan apresiasi dalam bentuk pameran untuk diekspos salah satu di Art Jakarta," ujar pria yang sempat lama tinggal di Singapura ini.

Budhi melanjutkan, setelah 'Schizophrenia Art Movement', sedikit demi sedikit berhasil merubah stigma negatif yang selama ini dialamatkan kepada para ODS. Fokus selanjutnya dari Ketemu Project yakni menyetarakan para seniman ODS dengan para seniman-seniman lain pada umumnya.

Pada pameran nanti, jelas dia, tidak ada lagi pembedaan latar belakang dari seniman-seniman yang hadir di sana dalam menunjukkan karya-karya terbaiknya. "Tujuannya mereka menjadi setara melalui karyanya," pungkas Budi.

Ketemu Project adalah sebuah kolektif seni berbasis di Gianyar, yang menggabungkan seni dan wirausaha sosial. Sesuai dengan namanya 'ketemu', jadi mereka saling mempertemukan seniman, kurator, pekerja kreatif, desainer, edukator, organisasi sosial, korporasi, dan komunitas, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini berawal dari ketemu, mereka ngobrol tentang banyak hal, termasuk isu-isu yang saat ini sedang terjadi di sekitar.

Sementara itu, salah seorang seniman ODS ikut karyanya dipamerkan di Art Jakarta 2022, I Nyoman Sudiasa, mengatakan bangga karya-karya ODS Rumah Berdaya bisa dipamerkan pada ajang sekelas Art Jakarta 2022. Pengelola Rumah Berdaya Denpasar ini mengungkapkan, sebelumnya Rumah Berdaya sudah pernah beberapa kali melakukan pameran lukisan. Selain di Rumah Berdaya sendiri di Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, pameran juga pernah di Ubud, Gianyar. "Pastinya bangga, Art Jakarta levelnya kan sudah nasional bahkan internasional. Jadi ajang referensi seni se-Indonesia. Saya dan teman-teman sangat senang," ujar Pak Man, panggilan akrabnya.

Dia menjelaskan kegiatan melukis atau menggambar di Rumah Berdaya Denpasar disebut Me GAE (Group Art Expression), merupakan kegiatan utama. Menurutnya, seni dan kreativitas sebagai pelengkap perawatan kesehatan mental, mengelola perilaku, memproses perasaan, mengurangi stres, kecemasan, dan meningkatkan harga diri. Me GAE setidaknya dilakukan sebanyak dua kali dalam seminggu. Setiap kali kegiatan biasanya diberikan tema tertentu tetapi tidak ada batasan dalam membuat gambar yang ingin diekspresikan. Selain itu kegiatan tersebut diharapkan dapat mengarah kepada sebuah proses penemuan diri. Menciptakan seni dapat membantu mengenali perasaan yang telah bersembunyi di alam bawah sadar.  “Kami dilatih dengan seni agar ekspresi kami tidak mengganggu orang, dengan kekerasan, dengan teriak-teriak,” ucap Sudiasa bapak dua anak asal Busungbiu, Buleleng.

Sudiasa mengakui dalam karya lukisnya banyak terdapat kata-kata atau gambar-gambar yang cenderung ‘kasar’ sebagai ekspresi emosi negatif yang ada dalam pikiran. *cr78

Komentar