nusabali

Rawat Kerukunan Penduduk Heterogen

Rumah Moderasi Beragama Dibentuk di Desa Tembok

  • www.nusabali.com-rawat-kerukunan-penduduk-heterogen

SINGARAJA,  NusaBali
Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng, dipilih STAHN Mpu Kuturan Singaraja untuk membentuk rumah moderasi beragama.

Deklarasi rumah moderasi ini dilakukan untuk merawat kerukunan antar penduduk desa yang heterogen di Kantor Perbekel Desa Tembok, Senin (5/9). Ketua STAHN Mpu Kuturan, Dr I Gede Suwindia, SAg, MA, mengatakan rumah moderasi yang dikemas dalam program pengabdian masyarakat, merupakan program nasional yakni di Kementerian Agama. Harapannya dengan rumah moderasi ini dapat merawat toleransi dan bijak dalam menanggapi informasi hoax yang bersinggungan dengan agama.

Program rumah moderasi beragama ini pun menjadi program prioritas pemerintah. Terlebih saat ini perkembangan teknologi cukup kencang yang dapat menjadi bumerang berkembangnya isu sensitif dan hoax.

“Isu agama menjadi isu yang sensitif dan kerap menimbulkan konflik horizontal antar penganut agama apabila hoax tidak diantisipasi. Padahal, Indonesia adalah negara yang berdiri dengan berbagai bentuk keyakinan agama.Maka dari itu saat ini harus hati-hati menerima isu agar tidak sampai menimbulkan persoalan,” kata Suwindia.

Dia pun menekankan agar masyarakat tetap memilah-milah informasi yang ada di medsos. “Masyarakat harus cerdas menerima informasi, karena banyak yang berusaha melakukan adu domba dengan berbagai cara. Terlebih, dalam dunia politik, isu Agama adalah isu yang paling seksi di tahun politik 2024 mendatang,” tegas pejabat asal Karangasem ini.

Perbekel Tembok Dewa Komang Yudi Astara usai deklarasi menjelaskan toleransi antar agama penduduk Desa Tembok sudah terjalin sejak dulu, bahkan jauh sebelum program rumah moderasi diluncurkan pemerintah.

Penduduk di Desa Tembok yang terdiri dari pemeluk Hindu dan Islam selama ini sudah berkolaborasi dan hidup berdampingan dengan rukun. Sebanyak 150 KK warga Muslim di Desa Tembok bermukim di Dusun Yeh Bau sejak ratusan tahun lalu.

“Kerukunan sudah dirawat sejak dahulu oleh para leluhur kami. Ini sudah menyatu sekali. Sehingga saat Galungan, semeton muslim banyak membantu, begitu sebaliknya saat Idul Ftri semeton Hindu membantu. Masyarakat sudah terbiasa berbaur bahkan saat perayaan hari raya ada kegiatan megibung juga, itu sudah menjadi tradisi turun temurun,” kata Yudi Astara

Sementara itu tokoh agam Islam Desa Tembok Lahmudin membenarkan perbekelnya. Toleransi antar penduduk desa terjadi karena adanya perbedaan. Dia menegaskan meski berbeda dari konsep ketuhanan, tidak menjadi alasan menjadi penduduk yang intoleran. *k23

Komentar