nusabali

Bisnis Palinggih

  • www.nusabali.com-bisnis-palinggih

MEMBUAT palinggih untuk bangunan suci, sanggah, pamerajan, dan pura merupakan mata pencaharian I Nyoman Sandiarta, 41, warga asal Dusun Kaja Kauh, Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng. Pria dengan 3 orang anak ini sudah bergelut membuat palinggih sejak 2007.

“Awalnya ikut kerabat. Dua tahun kemudian saya kerja sendiri (mandiri),” ucap dia di tempat usahanya di Jalan Bypass Ida Bagus Mantra, di kawasan Banjar Siyut, Desa Tulikup, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, Sabtu (27/8).  Palinggih buatan Sandiarta berbahan pasir dan semen atau lumrah disebut bias malela. Harga per unit palinggih bervariasi tergantung ukurannya, besar dan kecil, panjang pendek maupun detail garapannya.  “Rata-rata antara Rp 1.500.000 sampai Rp 2.000.000,” ucapnya.  Pemesan palinggih buatan Sandiarta dari berbagai tempat di Bali, antara lain, Karangasem, Klungkung, Bangli, dan Gianyar. Sebelum pandemi Covid-19, Sandiarta setiap bulan sekali dapat 1 pesanan, jumlahnya 8 palinggih. Setelah pandemi Covid-19, orderan menurun. “Hanya sekali dalam tiga bulan,” ungkapnya. “Mudah-mudahan pasca pandemi ini pesanan kembali ramai,” kata Sandiarta. *k17

Komentar