nusabali

Ada Barong Ket Jumbo dengan Tinggi 6,5 Meter dan Panjang 9 Meter

  • www.nusabali.com-ada-barong-ket-jumbo-dengan-tinggi-65-meter-dan-panjang-9-meter

Versi Bupati Agung Bharata, pawai budaya HUT Ke-246 Kota Gianyar sekaligus dirangkaikan dengan Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Ke depan, Gianyar diharapkan bisa menjadi barometer seni dan budaya dunia

Pawai Budaya HUT ke-246 Kota Gianyar Tampilkan Kreativitas Seni dari Semua Kecamatan


GIANYAR, NusaBali
Pawai HUT ke-246 Kota Gianyar bertema ‘Pusaka Budaya, Alam, dan Saujana untuk Peradaban’, Selasa (18/4) sore, menarik perhatian ribuan penonton. Salah satu yang sedot perhatian adalah pengarakan Barong Ket ukuran jumbo dengan panjang 9 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 6,5 meter.

Barong Ket jumbo ini merupakan kreativitas seni dari Desa Buruan, yang menjadi andalan kontingen Kecamatan Blahbatuh. Dalam pawai budaya yang dimulai Selasa sore sekitar pukul 15.00 Wita dengan start di pangung kehormatan di sebelah utara Balai Budaya Gianyar tersebut, masing-masing kecamatan menampilkan kreasi andalannya. Kecamatan Tegallalang, misalnya, menampilkan atraksi ritual Ngerebeg. Sedangkan Kecamatan Tampaksirig, Kecamatan Gianyar, Kecamatan Ubud, Kecamatan Sukawati, dan Kecamatan Payangan juga menampilkan kreasi yang tak kalah menarik.

Pawai budaya HUT Kota Gianyar dibuka oleh Deputi V Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, I Nyoman Shuida, didampingi Bupati Gianyar AA Gde Agung Bharata. Pembukaan ditandai dengan memukul kulkul (kentongan). Setelah dibuka resmi, pawai budaya diawali dengan penampilan Adi Mardangga dari SMKN 3 Sukawati. Disusul kemudian atraksi peserta partisipasi budaya dari Kota Malang (Jawa Timur) yang menampilkan ‘Banteng Monyeng’

Setelah penampilan ‘Banteng Monyeng’ dari Kota Malang, barulah satu per satu ko-ntingen dari 7 kecamatan se-Gianyar dapat kesempatan tampil. Diawali penampilan kontingen seni Kecamatan Tampaksirig, disusul Kecamatan Gianyar, Kecamatan Ubud, Kecamatan Sukawati, Kecamatan Payangan, Kecamatan Blahbatuh, dan Kecamatan Tegallalang.

Kontingen Kecamatan Blahbatuh menampilkan kreasi ‘Dharma Raksa Mandala’, yang berarti mengabdi sepenuh hati untuk pertiwi. Salah satu andalan Kecamatan Blahbatuh adalah pengarakan Barong Ket jumbo setinggi 6,5 meter dengan panjang 9 meter dan lebar 6 meter.

Sebelum ‘ngelawang’ dalam pawai dari depan panggung kehormatan sebelah utara Balai Budaya Gianyar sampai kawasan GOR Kebo Iwa Gianyar, Barong Ket ini menunggu pawai di Jalan Manik Gianyar, dekat Kantor Dinas Satpol PP. Ratusan warga mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa sempat rebutan berpose dengan latar belakang Barong Ket jumbo tersebut.

Barong Ket jumbo berbadan Truk ini pengarapannya melibatkan 16 seniman asal Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh yang dikoordinir pematung Dewa Made Putra Wibawa alias Dewa Malen. Menurut Dewa Malen, Barong Ket jumbo ini berbahan utama styrofoam (busa padat) yang direkatkan pada badan Truk.

Selain busa padat, bahan Barong Ket untuk pawai ini juga memakai bulu praksok dan warna prada agar tanpak seperti barong asli. Untuk payas (hiasan) badong atau penutup dada dan lainnya, memakai busa padat berukir, termasuk punggalan (kepala).

Dewa Malem menyebutkan, Barong Ket jumbo ini digarap untuk pawai HUT Kota Gianyar atas usulan sejumlah tokoh di Desa Buruan. “Setelah ada usulan agar membuat barong ini, saya langsung berpikir bagaimana caranya memindahkan desain barong aslinya ke barong berbadan Truk,” ujar Dewa Malem kepada NusaBali sebelum atraksi dimulai.

Menurut Dewa Malem, 16 seniman muda asal Desa Buruan yang dilibatkannya dalam penggarapaan Bareng Ket jumbo ini bekerja selama 13 hari, 4-17 April 2017. Penggarapan dilakukan sejak pagi hingga dinihari pukul 02.00 Wita. “Biaya total mencapai Rp 76 juta,” jelas Dewa Malem sembari menyebut para seniman mula yang dilibatkan kebagian uang saku Rp 300.000 per orang.

Sementara, atraksi ritual Ngerebeg yang disuguhkan kontingen Kecamatan Tegallalang dalam pawai budaya HUT Kota Gianyar kemarin sore, juga menyita perhatian penonton. Ngerebeg merupakan tradisi ritual yang dilaksanakan krama Desa Pakraman Tegallalang serangkaian karya pujawali di Pura Duur Bingin.

Pengayah dalam ritual Ngerebeg ini mulai kalangan anak-anak lelaki hingga dewasa, yang menghias seluruh tubuh mereka agar terlihat serem seperti wong samar (makhluk halus). Ritual Ngerebeg dilaksanakan untuk menetralisir segala pengaruh negatif yang ada di lingkungan Desa Pakraman Tegallalang. Ritual ini sesungguhnya untuk memberikan tempat bagi wong samar yang diyakini akan ikut menjaga Desa Tegallalang.

Sementara itu, Bupati AA Gde Agung Bharata mengatakan pawai budaya dilaksanakan serangkaian HUT Ke-246 Kota Gianyar dan sekaligus Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Bupati Agung Bharata berharap ke depan Gianyar bisa menjadi barometer seni dan budaya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia.

Bupati Agung Bharata menyebutkan, untuk memperingati World Heritage pada 18 April, pihaknya akan melakukan penanaman pohon. "Alam juga warisan yang patut dilestarikan. Nah, dengan penanaman pohon, kita sudah berperan serta menjaga alam," ujar Bupati yang juga panglingsir Puri Agung Gianyar ini. * lsa,e

Komentar