nusabali

Limbah Tikus Dijadikan Pembasmi Hama Tikus

  • www.nusabali.com-limbah-tikus-dijadikan-pembasmi-hama-tikus

TABANAN, NusaBali
Yayasan Bhakti Ring Pertiwi menciptakan pembasmi hama tikus. Menariknya obat yang diciptakan sejak dua tahun lalu tersebut adalah berbahan dasar limbah tikus yang sudah mengalami fermentasi menjadi bio enzim tikus.

Limbah tikus yang digunakan adalah sisa pakan yang tak dihabiskan burung hantu. “Yayasan Bhakti Pertiwi punya limbah tikus karena memiliki karantina Tyto Alba (burung hantu) sebanyak 8 ekor. Dengan adanya bio enzim ini, serangan tikus di sawah dapat ditanggulangi,” kata Ketua Yayasan Bhakti Ring Pertiwi, I Putu Partayasa.

Bio enzim yang dihasilkan dipercaya mampu menanggulangi hama tikus. Pasalnya, kata Partayasa, sudah dibuktikan ketika bio enzim ini disemprotkan ke tanaman padi serangan hama tikus tidak menganggu lagi.

"Awalnya saya tidak percaya, saya kira lagi beruntung karena hanya padi saya masih aman dari serangan hama, sementara padi tetangga digasak," ujar Partayasa, Senin (22/8).

Namun setelah dilakukan uji coba sebanyak tiga kali, barulah Partayasa percaya akan khasiat enzim yang dibuat bersama rekan-rekannya tersebut. "Uji coba saya lakukan sampai tiga kali. Uji coba penting sebagai bukti karena hasil dibawa ke masyarakat agar tidak diragukan,” terang Partayasa.

Dijelaskan bahwa ilmu membuat enzim ini didapatkan ketika bergabung dengan komunitas Umawali (pencipta Tyto Alba).  Karena sudah terbukti akan kegunaan, Partayasa pun selalu mengumpulkan limbah tikus atau sisa yang tak bisa dimakan oleh Tyto Alba tersebut. Selain limbah tikus sejumlah limbah ayam juga digabungkan untuk dijadikan enzim.

"Secara akademis, apapun yang mengandung genetik tikus, tikus tidak akan mau memakan bangkainya sendiri. Sama seperti dengan enzim yang kita buat. Karena disemprotkan ke tanaman, baunya itu pasti melekat, sehingga tikus menjauh," jelasnya.

Menurutnya tak susah untuk menciptakan bio enzim tikus ini. Cukup mengumpulkan limbah tikus sisa tersebut. Kemudian dimasukkan ke kompreser yang akan menghasilkan lindi. Lindi inilah yang difermentasikan selama dua minggu. "Dalam fermentasi ini ada campuran, lindi dicampur gula merah, dicampur air beras atau air kelapa," terangnya.

Dan setelah difermentasi selama dua minggu, barulah bisa diaplikasikan ke tanaman padi. "Disemprotkan di usia berapa saja bisa, tidak masalah mau padi baru ditanam ataupun sudah sebulan," katanya.

Kini dengan hasil ciptaanya itu banyak subak sudah mencoba dengan hasil yang memuaskan. Salah satunya Subak Clemik di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, kemudian Subak Sidang Rapuh di Kecamatan Marga. Bahkan ada pula subak dari Kabupaten Badung yang meminta.  "Karena ini terbatas, kita koordinasi dengan Dinas Pertanian Tabanan, siapa yang mengalami serangan paling urgen itu kita bantu," katanya.

Partayasa menambahkan enzim yang dibuat ini sebulan kira-kira bisa menghasilkan 30 liter. Pembuatanya memang terbatas karena limbah yang dihasilkan dari 10 ekor Tyto Alba yang dikarantina. "Saya berharap ketika ada masyarakat yang ingin mencoba membuat, siap bantu. Karena ini memang sudah terbukti mencegah ganasnya serangan tikus," tandas Partayasa. *des

Komentar