nusabali

Anggita Chandra, Penyanyi Disabilitas yang Gigih Berkarya

  • www.nusabali.com-anggita-chandra-penyanyi-disabilitas-yang-gigih-berkarya

DENPASAR, NusaBali.com – Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk berkarya dan berprestasi, seperti Ni Komang Anggita Chandra Wilasita, 17. Mengalami kondisi tuna daksa sejak lahir tidak menjadi hambatan bagi Anggita untuk tampil sebagai penyanyi berbakat.

Bakat Anggita itu ditampilkan bersama 21 orang Tim Penggerak (TP) PKK Kelurahan Renon yang mengiringinya menyanyikan lagu-lagu Nusantara dengan angklung bambu di atas panggung Mai Melali #5 serangkaian perayaan HUT Ke-77 Kemerdekaan RI dan HUT Ke-5 InfoDensel di Pantai Mertasari, Jumat (19/8/2022).

Pentasnya itu pun berhasil mencuri perhatian penonton yang kagum dengan bakat bernyanyi Anggita dan kegigihannya untuk tetap berkarya di tengah keterbatasan fisik yang menyebabkan siswa kelas 3 SMA dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bali di Jimbaran itu harus digendong sang ayah dan menggunakan kursi roda saat beraktivitas.

“Senang banget dikasih kesempatan untuk berkolaborasi dengan ibu-ibu PKK Renon,” kata Anggita ketika ditemui usai berhasil memukau penonton.

Kata Anggita, ia sudah gemar menyanyi sejak usia dini, namun bakatnya itu baru ia seriusi pada tahun 2016. Berkat keputusannya itu, Anggita berhasil berprestasi hingga ke tingkat nasional salah satunya menjadi Juara 2 Lomba Cipta Lagu Nasional tahun 2021.

Lurah Renon, I Gede Suweca, 44, yang juga mantan guru sekolah luar biasa (SLB) mengaku sudah beberapa kali berkolaborasi dengan Anggita saat ia masih menjadi guru. Kelompok angklung PKK itu pun Suweca latih sendiri berdasarkan aturan angklung dari Saung Udjo di Bandung, Jawa Barat.

“Saya backgroundnya guru SLB, jadi saya sudah pernah berkolaborasi dengan Anggita dan anak-anak SLBN 1 Badung,” ujar Suweca saat ditemui pada kesempatan yang sama.

Menurut Anggita, kedekatannya dengan Suweca membuatnya tidak susah untuk bekerja sama dengan TP PKK Kelurahan Renon yang dilatih langsung sang lurah. Oleh karena itu, lanjut Anggita, ia siap berkolaborasi lagi, sebab, merupakan sesuatu kesempatan berharga untuknya bisa tampil di hadapan orang banyak.

Menurut ayah Anggita, Wayan Pasek Kariasa, 52, putrinya memiliki kondisi ‘tulang kaca’ atau tulang yang mudah pecah sejak lahir dan membuat badannya tidak bertumbuh. Akibat terlambat penanganan oleh dokter ahlinya ketika lahir dengan bantuan bidan, kondisi Anggita menjadi kurang tertolong sejak saat itu.

Untungnya, saat ini Anggita sudah mendapatkan pertolongan intensif berupa pengobatan Zometa, semacam jenis obat yang mengandung Asam Zoledronat. Molekul tersebut merupakan obat bifosfonat yang membantu memperlambat pengeroposan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang.

“Sekarang ini, Anggita sudah mendapatkan perawatan yang cukup intensif dengan obat Zometa, sehingga pertumbuhannya sudah baik saat ini,” kata Kariasa yang menemani putrinya usai tampil.

Kariasa pun berkaca-kaca dan suaranya bergetar ketika menjelaskan perjuangannya dengan sang istri untuk tetap kuat menerima Anggita apa adanya dan senantiasa berpikir positif bahwa akan ada keistimewaan yang dibawa oleh Anggita kecil.

“Saya kuat menghadapi bersama istri, karena waktu itu kami berdua merantau di Denpasar, kemudian saling menyemangati, akhirnya ada seorang dokter yang memberikan kesempatan untuk melakukan terapi,” ucap Kariasa dengan suara yang bergetar.

Wajah Kariasa kembali cerah ketika ia menceritakan awal mula ia melihat bakat bernyanyi Anggita. Kata Kariasa, ia sudah menyadari bakat tersebut sejak kecil, dan berkat bantuan para guru di YPAC Bali, bakat tersebut terarah dengan baik.

Sementara itu, Anggita berpesan dan menyemangati teman-temannya sesama orang istimewa bahwa kekurangan bukan halangan bagi orang-orang istimewa seperti dirinya untuk berkarya.

“Jangan pernah menyerah, terus berkarya. Kekurangan bukan menjadi penghalang untuk kalian terus berkarya,” kata Anggita dengan wajah yang cerah.

Sedangkan, sang ayah berpesan kepada para orangtua yang memiliki putra maupun putri yang istimewa agar memberikan anak ruang untuk berkembang. Kata ‘normal’ baginya adalah ketika bisa tetap melakukan sesuatu dan bermanfaat bagi orang lain. *rat

Komentar