nusabali

Pasang Jaring Paranet dan Siagakan Petugas Keamanan

Desa Ada Kuta Akomodir Permintaan Pedagang di Tempat Relokasi

  • www.nusabali.com-pasang-jaring-paranet-dan-siagakan-petugas-keamanan

MANGUPURA, NusaBali
Desa Adat Kuta langsung bergerak cepat menyusul keluhan sejumlah pedagang Pasar Seni Kuta yang merasakan kepanasan saat berjualan di tempat relokasi.


Upaya yang dilakukan dengan memasang jaring paranet yang berfungsi untuk mengurangi paparan sinar matahari. Selain itu, Desa Adat Kuts juga akan menempatkan dua petugas keamanan yang berjaga 24 jam di lokasi.

Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista mengatakan saat ini terus berkomunikasi dengan para pedagang yang berjualan di tempat relokasi di depan eks Hotel Bali Anggrek. Dari komunikasi dengan para pedagang, mereka mengaku kepanasan dan disibukkan dengan aktivitas bongkar pasang barang dagangan setiap hari, sehingga meminta disiapakan fasilitas keamanan dan juga pemasangan jaringa paranet yang berfungsi untuk mengurangi secara langsung terik matahari.

“Memang ada permintaan untuk keamanan dan pemasangan jaring paranet. Sekarang semuanya sedang dikomunikasikan,” kata Wasista saat dikonfirmasi, Senin (15/8).

Masih menurut Wasista, untuk permintaan petugas keamanan untuk berjaga di tempat relokasi sudah langsung dengan menempatkan dua petugas dari Satgas Pantai Kuta. Nantinya dua petugas ini akan berjaga selama 24 jam dalam sehari, sehingga barang dagangan tetap aman meski disimpan di tempat relokasi. Untuk besaran gaji nanti tergantung hasil urunan pedagang dan disesuaikan dengan kesepakatan. “Artinya kita berusaha mengakomodir semua permintaan para pedagang,” tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, pedagang Pasar Seni Kuta yang berada di tempat relokasi depan eks Hotel Bali Anggrek, Pantai Kuta, Kelurahan/Kecamatan Kuta, mengeluh kepanasan, sebab kondisi cuaca yang tidak menentu. Para pedagang berharap pembangunan Pasar Seni Kuta yang baru selesai tepat waktu pada Desember 2022 mendatang.

Saat ditemui, salah seorang pedagang Ni Nyoman Sukri, 55, mengaku baru berjualan di tempat relokasi pada awal Agustus 2022. Dirinya harus berbagi tenda dengan pedagang lainnya untuk berjualan. “Saya baru jualan, karena selama ini masih pikir-pikir dulu mau jualan, karena berbagai pertimbangan. Salah satunya faktor cuaca,” ujarnya, Minggu (14/8).

Diakuinya, selama dua pekan berjualan di tempat relokasi, satu-satunya momok bagi dirinya dan pedagang lain adalah cuaca yang tak menentu. Terkadang angin cukup kencang dan juga cuaca panas. Untuk cuaca panas, itu terjadi setiap pukul 12.00 Wita hingga pukul 14.00 Wita. Kemudian sore harinya kerap dilanda angin kencang yang mengakibatkan sejumlah dagangan beterbangan. “Keadaan di tempat relokasi saat ini terik matahari yang panas, terus angin juga cukup kencang. Memang tidak ada pohon seperti di tempat dulu,” katanya.

Selain kondisi cuaca yang tidak menentu, para pedagang juga disibukkan dengan kegiatan bongkar pasang barang dagangan. Hal ini dikarenakan di lokasi hanya ada tenda, sehingga barang dagangan harus diangkut setiap berjualan. “Saya sudah mulai jualan dari pukul 08.00 Wita. Ya, karena harus angkut barang-barang dulu, kemudian di susun di tenda. Sorenya juga angkut lagi ke rumah. Ini untuk kenyamanan barang jualan saja, karena di lokasi tidak ada penjagaan,” kata Sukri.

Atas kondisi itu, lanjutnya, sejumlah pedagang sudah berkoordinasi dengan Desa Adat Kuta untuk menerapkan penjagaanm, sehingga barang dagangan tidak lagi diangkut setiap hendak berjualan. Memang ada pedagang yang menyiasati dengan membuat semacam books, tapi harganya cukup mahal yakni Rp 650.000. “Dari Desa Adat memang mau diterapkan penjagaan 24 jam. Nah untuk biaya tambahan itu yang belum diketahui. Saat ini saja pedagang sudah membayar Rp 5.000 setiap jualan,” kata Sukri. *dar

Komentar