nusabali

Tempat Relokasi Pedagang Pasar Seni Kuta, Pedagang Keluhkan Cuaca Panas

  • www.nusabali.com-tempat-relokasi-pedagang-pasar-seni-kuta-pedagang-keluhkan-cuaca-panas

Cuaca panas terjadi pada pukul 12.00 Wita hingga 14.00 Wita. Sore harinya kerap dilanda angin kencang.

MANGUPURA, NusaBali

Pedagang Pasar Seni Kuta yang berada di tempat relokasi depan eks Hotel Bali Anggrek, Pantai Kuta, Kelurahan/Kecamatan Kuta, mengeluh kepanasan, sebab kondisi cuaca yang tidak menentu. Para pedagang berharap pembangunan Pasar Seni Kuta yang baru selesai tepat waktu pada Desember 2022 mendatang.

Saat ditemui, salah seorang pedagang Ni Nyoman Sukri, 55, mengaku baru berjualan di tempat relokasi pada awal Agustus 2022. Dirinya harus berbagi tenda dengan pedagang lainnya untuk berjualan. “Saya baru jualan, karena selama ini masih pikir-pikir dulu mau jualan, karena berbagai pertimbangan. Salah satunya faktor cuaca,” ujarnya, Minggu (14/8).

Diakuinya, selama dua pekan berjualan di tempat relokasi, satu-satunya momok bagi dirinya dan pedagang lain adalah cuaca yang tak menentu. Terkadang angin cukup kencang dan juga cuaca panas. Untuk cuaca panas, itu terjadi setiap pukul 12.00 Wita hingga pukul 14.00 Wita. Kemudian sore harinya kerap dilanda angin kencang yang mengakibatkan sejumlah dagangan beterbangan. “Keadaan di tempat relokasi saat ini terik matahari yang panas, terus angin juga cukup kencang. Memang tidak ada pohon seperti di tempat dulu,” katanya.

Selain kondisi cuaca yang tidak menentu, para pedagang juga disibukkan dengan kegiatan bongkar pasang barang dagangan. Hal ini dikarenakan di lokasi hanya ada tenda, sehingga barang dagangan harus diangkut setiap berjualan. “Saya sudah mulai jualan dari pukul 08.00 Wita. Ya, karena harus angkut barang-barang dulu, kemudian di susun di tenda. Sorenya juga angkut lagi ke rumah. Ini untuk kenyamanan barang jualan saja, karena di lokasi tidak ada penjagaan,” kata Sukri.

Atas kondisi itu, lanjutnya, sejumlah pedagang sudah berkoordinasi dengan Desa Adat Kuta untuk menerapkan penjagaanm, sehingga barang dagangan tidak lagi diangkut setiap hendak berjualan. Memang ada pedagang yang menyiasati dengan membuat semacam books, tapi harganya cukup mahal yakni Rp 650.000.

“Dari Desa Adat memang mau diterapkan penjagaan 24 jam. Nah untuk biaya tambahan itu yang belum diketahui. Saat ini saja pedagang sudah membayar Rp 5.000 setiap jualan,” kata Sukri.

Masih menurut dia, selama berjualan di tempat relokasi ada saja wisatawan yang berbelanja. Meski tidak sebesar saat berjualan di tempat yang dulu. Saat ini rata-rata penghasilan per harinya sebesar Rp 100.000 hingga Rp 300.000. “Semoga cepat selesai pembangunan gedung baru dan rampung tepat waktu, sehingga bisa berjualan di tempat yang lebih nyaman,” harapnya.

Sementara, Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista hingga Minggu malam belum bisa dikonfirmasi terkait sejumlah pedagang yang mengeluhkan cuaca panas di tempat relokasi. *dar

Komentar