nusabali

Menimba Makna dari Kemerdekaan

  • www.nusabali.com-menimba-makna-dari-kemerdekaan

APA esensi kemerdekaan itu yang lebih maknawi bagi peradaban milenial? Apakah hanya sebatas bebas melakukan apa saja?

Atau, makna demikian dapat diperluas secara kritis, kreatif, produktif, dan dibudayakan sejak usia dini? Memang, kemerdekaan hanya bisa diraih melalui perjuangan sengit, pengorbanan besar, atau kegigihan ideologis untuk memeroleh harkat martabat yang lebih mulia. Namun saat ini, tantangan demikian sudah tergantikan oleh ancaman kesehatan, tekanan dalam bekerja, rasa malas yang menghantui, dan kebiasaan hidup kacau. Dalam laporan hasil studi yang terbaru bertajuk Global Labour Resilience Index 2022 (GLRI 2022), Whiteshield Partners menyebutkan bahwa secara umum Indonesia berada pada peringkat 56, dari 134 negara yang diteliti, dengan skor 58 dengan skala 0-100. SDM yang rendah ini terkait dengan kurangnya sarana dan fasilitas yang tersedia untuk pendidikan yang berkualitas, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan yang bermutu bagi masa depan seorang anak. Agar kemerdekaan itu maknawi, maka urgen meningkatkan kualitas sumber daya insani. Misalnya, melalui program merdeka belajar, yang dapat menumbuh-kembangkan anak agar berani mengemban tanggung jawab, dapat dipercaya, mampu memahami dan menginterpretasikan keinginan yang baik dan benar, berpikir kritis, kreatif, berpandangan luas, memiliki ambisi, dan tanggap terhadap berbagai situasi.

Kemerdekaan juga menyiratkan makna kegigihan dan pantang menyerah.  Lalu, apa padanan milenialnya? Generasi milenial harus bersikap terbuka akan inovasi. Sebagai anak muda di usia produktif, mereka harus bisa menentukan visi yang terinci, terukur, realistis, beralasan, dan bertahap. Keenam elemen tersebut akan membuat visi dan misi menjadi lebih realistis dan bukan sekadar omong kosong atau ‘no action, talks only’. Di samping itu, visi dan misi akan mengarahkan kemampuan menatakelola finansial melalui rutin menabung dan kerap memiliki pola belanja yang tidak berlebihan.  

Kemerdekaan juga menyiratkan makna keberanian mengambil risiko, mengisi kemerdekaan dalam tempo sesingkatnya. Implikasinya, jadilah generasi milenial yang berani mengambil risiko. Hal demikian dapat dimulai dengan menargetkan impian, pindah ke kota lain, bergabung dengan institusi startup impian, membentuk komunitas baru, bahkan menjelajahi hal-hal baru yang bisa melampaui batasan-batasan yang ada.

Sebagai generasi milenial yang hebat, mereka tidak boleh kenal takut dalam mengambil risiko, apalagi saat membuat kesalahan. Kesalahan adalah sebuah pelajaran berharga yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan karena kegagalan justru bisa menciptakan kekuatan, kesigapan, dan mendorong sebuah introspeksi untuk menjadi lebih baik lagi di masa depan.

Jadi, percaya dirilah dalam mencoba sesuatu yang baru meski ada risikonya. Kepercayaan diri dan rasa pantang gentar dalam mengambil risiko merupakan faktor terbesar yang bisa mempercepat karier dan kemampuan untuk memimpin.

Kemerdekaan saat ini harus disepadankan dengan keberanian membuka pikiran untuk wawasan baru. Generasi milenial harus banyak belajar tentang perubahan dan perkembangan yang ada. Bukalah pikiran untuk menerima wawasan baru, tunjukkan sensitivitas dan kepedulian pada inovasi yang ada. Buka pikiran untuk selalu peduli dengan apa yang terjadi di sekeliling, mulai dari masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Jangan pula menelan informasi yang ada secara mentah, tanamkan kemampuan untuk berpikir kritis agar bisa memilah mana yang hoax dan fakta.

Terakhir yang lebih penting adalah saling toleransi dengan sesama. Kita beruntung untuk tinggal di negara yang penuh keberagaman, mulai dari suku, etnis, budaya, bahasa, hingga kuliner. Sejak era penjajahan, masyarakat Indonesia merangkul satu sama lain terlepas dari perbedaan yang ada. Inilah makna kemerdekaan yang khas Indonesia, saling toleransi dengan sesama. Meski fisik berbeda, kita sama-sama mencintai Tanah Air dan meneriakkan semangat “Merdeka!” Junjung rasa hormat dan saling menghargai kepada orang-orang yang kita temui. Terlepas dari kelas sosio-ekonomi, warna kulit, bahasa, pendidikan, dan tempat tinggal, kita semua adalah warga negara Indonesia dengan hak serta kewajiban yang sama. Indonesia bisa dan Indonesia hebat. *

Prof Dewa Komang Tantra MSc, PhD

Komentar