nusabali

Jaga Kualitas dan Peran Sang Suami

Sanggar Tari Pradnya Swari Besutan Ni Kadek Astini

  • www.nusabali.com-jaga-kualitas-dan-peran-sang-suami
  • www.nusabali.com-jaga-kualitas-dan-peran-sang-suami

NEGARA, NusaBali
Sanggar Tari Pradnya Swari beralamat di Lingkungan Menega, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Jembrana.

Sanggar ini boleh dibilang, salah satu sanggar seni yang mengedapankan kualitas. Karenanya, aktivitas sanggar ini mudah viral di media sosial (medsos) hingga lebih  dikenal di tingkat nasional, bahkan mata dunia.

Publik pun kagum dengan aktivitas pelatihan sanggar yang juga memberi pelatihan gratis kepada anak-anak dari keluarga kurang maupun penyandang disabilitas ini. Ketenaran sanggar termasuk sosok pelatih tari yang juga sekaligus pemilik sanggar, Ni Kadek Astini,35, ini pun tidak terlepas dari peran suaminya, Made Martahadi,34. Mertahadi aktif memposting kegiatan sanggar lewat berbagai platform medsos.

Sanggar Tari Pradnya Swari berdiri sejak tahun 2012 lalu ini, didirikan Astini bersama suaminya. Astini yang merupakan alumni jurusan seni tari di SMKN 3 Sukawati, Gianyar (Kokar Bali) tahun 2004 ini, terjun langsung sebagai pelatih. Sedangkan Martahadi yang merupakan mantan pekerja kapal pesiar, membuka warung kecil-kecilan yang sekaligus menjadi pengelola akun medsos 'Sanggar Pradnya Swari'.

Konten-konten di akun medsos sanggar, baik di Facebook (FB), Instagram (IG), TikTok, YouTube, dan berbagai platform lainya, itu dibuat sendiri oleh Martahadi. Termasuk untuk pengeditan ataupun narasi konten itu, adalah ide kreatif Martahadi. "Tidak ada tim kreatif. Itu semua suami yang buat sendiri. Biasa pas latihan, Bli Dek (sapaan akrab Astini kepada suaminya) nyelonong ngambil video. Habis itu duduk dah sambil ngedit buat diupload. Setelah diupload dan dilihat saya sudah selesai jadwal latihan, baru dah saya disuruh lihat," ujar Astini didampingi suaminya, Martahadi, saat ditemui di sanggar, Jumat (5/8).

Pembuatan konten yang diupload di sosmed, hanya direkam mengunakan kamera handphone (HP). Ketika ingin menanyakan siaran langsung ataupun membuat materi video latihan, barulah menggunakan bantuan pegangan dengan tripod. "Paling sering upload di IG dan TikTok. Kalau di IG hampir setiap hari. Karena di sana yang biasa paling banyak like dan komen. Yang komen sekarang pun banyak orang dari luar negeri" ujar Astini.

Astini mengaku, sebenarnya tidak menyangka keisengan suaminya yang aktif mengunggah seputaran kegiatan sanggar lewat sosmed, membawa dampak luar biasa. Bahkan karena peran suaminya, Astini sampai mendapat undangan sebagai tamu untuk memperkenalkan seni tari Bali di salah satu acara televisi nasional. Tepatnya menjadi tamu dalam program variety show Ms Queen di Studio NET, Jakarta, April 2022.

"Sampai dapat undangan itu, juga karena dilihat aktif. Kemudian lihat sanggar kami ada program melatih anak-anak disabilitas dan kurang mampu. Termasuk kami juga ada melatih anak-anak panti asuhan," ucap Astini yang ibu tiga orang anak ini.

Saat ini, tercatat ada 200 anak peserta latihan di sanggarnya. Dari 200 anak itu, 7 anak disabilitas dan 33 anak dari keluarga kurang mampu yang dilatih secara gratis. Sisanya barulah peserta yang membayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Tarif SPP-nya senilai Rp 50.000 per bulan dengan pertemuan 12 kali sebulan.

Menurut Astini dan suaminya, hasil SPP itu, sebenarnya hanya cukup menunjang biaya operasional sanggar. Baik untuk mengaji pelatih ataupun asisten pelatih yang berjumlah 7 orang, perawatan fasilitas sanggar, hingga berkegiatan sosial lainnya. Namun Astini dan suaminya tetap bersyukur dengan apa yang sudah bisa dilakukan selama ini.

Sesuai dengan komitmen awal, Astini dan suaminya mengatakan tidak ingin sanggar dijadikan bisnis. Sejak mulai terkenal, diakui ada sejumlah orang yang memberi tawaran kepada Astini untuk membuka sanggar ke kota besar. Seperti ada tawaran dari Denpasar, Badung, hingga dari Jakarta yang bersedia menyediakan rumah tempat tinggal hingga penghasilan dengan nilai fantastis.

Namun Astini dan suaminya menolak secara halus seluruh tawaran tersebut. Pasalnya, Astini pun mengaku sangat berat ketika harus meninggalkan anak didiknya. "Bukannya kami munafik. Tapi,  berat rasanya kalau harus meninggalkan anak-anak di sini," ujar Astini yang juga menjadi pelatih ekstrakulikuler seni tari Bali di sejumlah TK dan SD ini. *ode

Komentar