nusabali

Kasus Gantung Diri Kagetkan Warga Desa Penglumbaran

Terjadi Saat Warga Lakukan Persiapan Upacara Ngaben

  • www.nusabali.com-kasus-gantung-diri-kagetkan-warga-desa-penglumbaran

BANGLI, NusaBali
Warga Banjar Temen, Desa Penglumbaran, Kecamatan Susut, Bangli, digegerkan dengan peristiwa ulah pati (bunuh diri) dengan cara gantung diri pada, Minggu (24/7).

Korban gantung diri ini berinisial I Wayan S,52. Korban dikenal sebagai tokoh agama (Pamangku) di desanya. Untuk sementara aksi nekat yang dilakukan korban ini diduga karena tekanan ekonomi.  Informasi yang dihimpun, I Wayan S ditemukan dalam keadaan tergantung di bangunan semi permanen pada, Minggu siang pukul 11.00 Wita. Peristiwa tersebut pertama kali diketahui oleh istri korban Ni Wayan W. Melihat kondisi suaminya tersebut, Wayan W berteriak minta tolong. Teriakan tersebut pun didengar oleh tetangganya, salah satunya I Wayan Teka. Lantas Wayan Teka mendatangi sumber suara tersebut.

Wayan Teka melihat I Wayan S tergantung menggunakan kain di bangunan semi permanen yang digunakan untuk menaruh jemuran dekat rumahnya. Pihak keluarga dan warga lalu berupaya menurunkan tubuh I Wayan S. Namun kondisi korban ternyata sudah tak bernyawa.

Perbekel Penglumbaran, I Wayan Artawan saat dihubungi, Minggu kemarin mengatakan I Wayan S selain sebagai pemangku, kesehariannya adalah petani dan memiliki usaha pembuatan batako. Usaha pembuatan batako miliknya tergolong lancar, sebab ada saja permintaan konsumen. "Kalau kami lihat usahanya cukup lancar. Kadang bisa kewalahan memenuhi pesanan," ungkap Perbekel Artawan.

Terkait dugaan aksi nekat almarhum gantung diri karena tekanan ekonomi, Perbekel Artawan tidak berani memastikan. "Alasan yang mendasari almarhum sampai gantung diri kami tidak bisa pastikan. Kami juga tidak tahu persis, apakah karena masalah ekonomi atau masalah lainnya," terangnya.

I Wayan S diketahui meninggalkan tiga orang anak, dua di antaranya sudah bekerja. Anak-anaknya bekerja di luar Bangli. Disinggung terkait upacara pengabenan, Perbekel Artawan menyampaikan jika upacara ngaben akan dilakukan dalam waktu dekat. Dia mengatakan sebenarnya pada Minggu kemarin atau bertepatan dengan hari di mana korban lakukan aksi ulah pati, sedang dilaksanakan upacara Ngaben untuk almarhum Jro Mangku Puseh. Pada saat krama mempersiapkan upacara ngaben Jro Mangku Puseh tersebut, terjadi peristiwa gantung diri.

"Saat krama sedang melakukan persiapan itu, istri korban (I Wayan S) terdengar minta pertolongan. Saat dicek, didapati jika korban sudah gantung diri," jelasnya. Lanjutnya, sesuai dengan dresta setempat, setelah tiga hari dari upacara ngaben baru bisa dilakukan upacara ngaben lagi. Sementara itu, di Desa Penglumbaran sebelumnya juga diketahui ada kejadian bunuh diri. Saat itu korbannya adalah warga lanjut usia (lansia) yang menderita sakit menahun.

Perbekel Artawan menambahkan untuk meminimalisir kasus bunuh diri, desa maupun desa adat akan berupaya melakukan pendekatan, seperti mengadakan kegiatan penyuluhan agama secara berkelanjutan. Pada penyuluhan tersebut disampaikan berbagai materi. "Kami juga ada program penyuluhan, secara tidak langsung juga untuk menguatkan masyarakat, menghindari hal-hal negatif," ujarnya.

Sementara Kapolsek Susut, AKP I Nyoman Edi Suwarya membenarkan adanya peristiwa gantung diri yang dilakukan oleh I Wayan S yang juga seorang tokoh agama di desanya. Pihaknya telah melakukan olah TKP serta pemeriksaan medis oleh petugas Puskesmas Susut. "Tidak ada tanda kekerasan pada tubuh korban. Diperkirakan meninggal 1 jam dari waktu ditemukan," jelasnya.

Disinggung terkait motif, AKP Edi Suwarya menyebutkan dugaan sementara korban melakukan gantung diri karena tekanan ekonomi. Selain itu malu kepada masyarakat karena sebagai tokoh agama jarang bisa menghadiri kegiatan adat. Sementara itu, pihak keluarga akan melaksanakan upacara Ngaben bagi jenazah Wayan Sudayoga. Hanya saja waktu pelaksanaan belum dapat dipastikan. "Masih akan dilakukan rembug keluarga dan adat setempat," ungkap AKP Edi Suwarya. *esa

Komentar