nusabali

Banyak Kamar Hotel Tak Bisa Dioperasikan

Okupansi Hotel di Denpasar Kini Sekitar 40 Persen

  • www.nusabali.com-banyak-kamar-hotel-tak-bisa-dioperasikan

Selama dilanda pandemi Covid-19, banyak kamar hotel yang rusak sehingga tidak layak huni.

DENPASAR, NusaBali

Okupansi kamar hotel di Kota Denpasar saat ini sudah mencapai 40 persen. Bahkan hampir semua hotel anggota PHRI Denpasar sudah mulai beroperasi. Akan tetapi tidak 100 persen kamar bisa dioperasikan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Denpasar Ida Bagus Gede Sidharta Putra—yang akrab disapa Gusde—, Minggu (10/7), mengatakan tidak semua kamar hotel bisa dioperasikan karena selama pandemi banyak kamar yang rusak dan tidak layak huni.

Namun secara umum, menurut Gusde, okupansi rata-rata hotel di Denpasar masih di sekitar 40 persen. Meskipun saat ini ada banyak agenda besar yang diselenggarakan di Bali, namun market di Bali baru pulih sekitar 50 persen.

Sementara itu, untuk prediksi pengisian high season pada Juli hingga Agustus sekitar 50 hingga 60 persen. Gusde menambahkan, harga jual hotel atau sewa kamar hotel di Denpasar masih belum normal. Seperti halnya pada nilai sewa kamar di Griya Santrian, Sanur, yang masih ada pemotongan harga sekitar 35 hingga 40 persen.

Meskipun demikian, tingkat hunian kamar (okupansi) di Denpasar terus merangkak naik. Gusde mengatakan khusus untuk di Griya Santrian okupansinya sudah mencapai 65-70 persen.

“Ini bagus, meskipun harga belum normal, tetapi secara umum okupansi di Denpasar masih merangkak walaupun sudah dibuka border internasional. Banyak hotel yang tidak siap, dua tahun itu rusak total,” jelasnya.

Dia mengatakan saat normal, ada sekitar 8.000 kamar hotel di Denpasar. Namun, diperkirakan kini jumlahnya sekitar setengah dari jumlah tersebut. Pihaknya mengaku belum ada konfirmasi atau pengecekan lebih lanjut, seberapa banyak hotel yang masih bertahan, bangkrut, atau sedang diperbaiki pasca dua tahun dilanda pandemi Covid-19.

“Misalnya dari 138 kamar di Griya Santrian, 80 kamar itu tidak bisa kejual. Melepuh lah catnya, AC rusak, lampu mati, duit tidak ada beliin (fasilitas kamar baru), benerin itu, perlahan kita dapat duit, kita perbaiki,” imbuh Gusde.

Sebaran wisatawan yakni di wilayah Sanur yang didominasi oleh wisman asal Australia. Sedangkan di wilayah Denpasar, didominasi wisatawan domestik.

“Jika kita bandingkan dengan domestik, yang bisa mencapai 80-90 persen, besoknya 0 persen lagi karena situasional, libur Lebaran, libur sekolah, mungkin ada event kementerian. Begitu selesai, bingung kita cari tamunya. Bersyukur, dengan mix antara wisman dan wisdom yang ada, yakin akan ada peningkatan okupansi,” ujar Gusde.

Sementara itu, terkait pelaksanaan Sanur Village Festival (Sanfest) 2022 dia juga berharap bisa mengerek jumlah wisatawan ke Denpasar khususnya Sanur. Sanfest akan digelar pada 17 – 21 Agustus mendatang bertempat di Pantai Matahari Terbit.

Kehadiran Sanfest diharapkan mampu mengerek okupansi bagi hotel di wilayah Denpasar, khususnya Sanur, sekitar 10-15 persen. “(Okupansi naik) 10 persen sampai 15 persen kembali seperti dulu saja sudah okelah, karena angka itu kan sudah besar jika diakumulasikan. Sanfest ini juga sudah dikenal oleh wisatawan domestik (wisdom) dan wisatawan mancanegara (wisman),” kata Gusde.

Ketua Yayasan Pembangunan Sanur ini mengatakan digagas sejak tahun 2006, umumnya Sanfest dapat menaikkan okupansi hotel di wilayah Sanur rata-rata sekitar 12-15 persen.

Maka dari itu, terselenggaranya Sanfest tahun ini diharapkan dapat menghidupkan kembali Desa Sanur setelah pariwisatanya sempat ‘tergulung ombak’ pandemi. Terlebih nantinya akan ada sekitar 300 tenant UMKM yang berpartisipasi. "Okupansi peningkatan ada, karena dari hotel-hotel di Sanur, termasuk saya sendiri, banyak sekali permintaan pertanyaan kapan Sanfest, tidak hanya dari luar negeri, begitu juga domestik,” ucapnya.

Sebelum pandemi, Gusde mengungkapkan, pelaksanaan Sanfest mampu meraup omzet hingga Rp 44 miliar selama 5 hari dengan total pengunjung sampai 70 ribu orang. Namun kali ini, pihaknya tak mau berharap banyak, lantaran situasi yang masih fluktuatif.

“Ini masih trial and error, masih melihat situasi dan kondisi, karena kondisi sekarang masih fluktuatif. Harapan kita astungkara ada setengahnya (omzet Sanfest dari sebelumnya). Bersyukur jika bisa menyamai,” tandasnya. *mis

Komentar