nusabali

Kisah Lansia Panti Sosial Jauh dari Keluarga

Rindu Berat pada Keluarga Saat Magalung

  • www.nusabali.com-kisah-lansia-panti-sosial-jauh-dari-keluarga

DENPASAR,NusaBali
Para warga lanjut usia (lansia) relatif lebih senang jika mereka tinggal bersama-sama lansia di panti asuhan.

Tinimbang tidak ada keluarga yang mengurus. Seperti dirasakan komunitas lansia di Panti Sosial  Treana Werdha Wana Seraya di Jalan Bakung, Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Tapi mereka juga punya rasa rindu pada keluarga. Rindu terberatnya saat magalung atau merayakan Hari Suci Galungan.

Para lansia tentu amat tahu hingga kerinduannya yang dalam untuk merayakan Galungan Bersama keluarga. Hari  Galungan pada Buda Kliwon, Dungulan, hari kemenangan dharma atas adharma yang dirayakan krama Bali dalam suasana meriah dan penuh suka cita. Mulai dari pemasangan penjor di  Lebuh atau Angkul-angkul di depan pintu masuk pekarangan rumah maupun di pinggir jalan. Kekhasan mebat, membuat dan meracik lawar, sate, tum, urutan dan jenis kuliner yang memang biasanya spesial dibuat pada hari Penampahan Galungan, sehari sebelum Galungan.

Puncaknya pada Hari Galungan, maturan dan sembahyang, baik secara ngaraga atau sendiri-sendiri maupun bersama keluarga. Mulai di sanggah, pamerajan, pura dadia, pura panti, ke  pura kahyangan desa adat hingga sampai ke pura kahyangan jagat.

Bagaimana dengan di panti sosial yang dihuni para lansia? Tentu berbeda. Namun semangat magalung, spirit berhari raya tetap ada. Penghuni panti asuhan tetap memendam dan memiliki semangat magalung.

Nunas ica kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa, Batara-Batari  leluhur dilaksanakan dengan upacara  semampunya oleh penghuni panti. "Nggih tiyang pasti nunas ice, ngaturan bakti mangda rahayu (ya, saya pasti bersembahyang agar dianugerahi keselamatan)," ucap Ni Wayan Rintig,70, salah seorang penghuni Panti Sosial  Treana Werdha  Wana Seraya di Jalan Bakung, Desa Kesiman Kertalangu, beberapa waktu lalu.

Setahun sudah tinggal di  panti, Rintig menuturkan, sembahyang Galungan dia lakoni di palinggih merajan berupa sebuah Padmasana di area depan panti. "Tiyang buat sodan (banten) juga, " ungkap lansia asal Melaya, Jembrana ini.

Jejahitan upakara berupa canang dia bikin sendiri. Sedang bahan lain diperoleh dari membeli."Kan wenten dagang di depan. Mereka mengerti," ungkap Rintig. Cukup dengan memanggilnya dari dalam panti,   pedagang akan melayani. Karena itulah dua kali mengalami suasana Galungan di panti, Rintig merasakan  merayakan Galungan bersama penghuni panti lainnya. Perayaan yang jauh dari suasana meriah. Namun dalam kesederhanaan dan jauh dari keluarga dan nyama braya.

I Wayan Tinggal,70, penghuni panti lainnya menuturkan hal senada. "Kalau Galungan tetap sembahyang," ujarnya. Namun dengan seadanya. "Buat juga banten, " ujar lansia asal Kota Gianyar yang telah 16 tahun tinggal di Panti Sosial  Tresna Werdha Wana Seraya.

Namun dia enggan bercerita lebih jauh soal Galungan. Demikian juga ketika ditanya, apakah bisa magamel atau memainkan rindik untuk memeriahkan Galungan, Tinggal menjawab singkat. "Tidak bisa,".ujarnya.

Tinggal lebih banyak  bercerita soal kisahnya mengapa dia dan istrinya (sudah meninggal) terpaksa jadi penghuni panti. "Tiyang ten wenten tongos ngoyong (saya tak punya tempat tinggal)," ungkap Tinggal yang sempat jadi transmigrasi di Sulewesi Tenggara. "Kalau sudah ada tempat mengapa tiyang sampai di sini," kata Tinggal.

Kepala UPT Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Dewa Ayu Eka Karini mengatakan untuk persiapan Galungan, seperti pemasangan penjor, menghias palinggih dan  disiapkan oleh pegawai panti. "Kami dari pegawai yang mempersiapannya, " katanya.

Persembahyangan Galungan, lanjutnya dilakukan para lansia penghuni panti secara sendiri -sendiri. "Tergantung kesiapan masing-masing,".lanjutnya.Kata dia dari pagi sampai malam ada petugas yang jaga secara bergantian.

Jumlah lansia sebanyak 33 orang. Umumnya para penghuni panti adalah lansia yang memang terlantar. "Misalnya punya anak perempuan semua kawin keluar, sehingga dia jadi sendirian," ungkapnya.

Pada saat pandemi Panti Sosial Tresna  Werda Wana Seraya sempat tutup bagi orang luar. Hanya pegawai dan staf yang  bertugas dibolehkan masuk. Itu dilakukan untuk menanggulangi penyebaran pandemi. Saat ini Panti Sosial Tresna Werdha sudah buka kembali. *k17

Komentar