nusabali

Kerajinan Beruk, Warisan Budaya Berpotensi Ekonomi

Tembus Pasar Ekspor

  • www.nusabali.com-kerajinan-beruk-warisan-budaya-berpotensi-ekonomi

DENPASAR, NusaBali
Kerajinan beruk berbahan batok kelapa tak saja merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan, namun sekaligus menyimpan peluang ekonomi karena kian diminati masyarakat Bali dan telah menembus pasar ekspor.

I Gede Suryawan, salah satu perajin beruk dari Banjarangkan, Kabupaten Klungkung mengaku saat ini makin banyak masyarakat Bali maupun pelaku akomodasi wisata yang memesan beruk dan barang kerajinan lainnya berbahan batok kelapa.

"Fungsi beruk yang utama adalah tempat untuk mengambil air. Namun, seiring berjalannya waktu, beruk dengan sejumlah modifikasi juga bisa digunakan untuk teko tempat air, tempat nunas tirta, cangkir, dan sebagainya," kata Suryawan pada Kriyaloka (Lokakarya) Kerajinan Membuat Beruk (Kelokalan Narasi Air) serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-44 itu, di Taman Budaya, Denpasar, Selasa (28/6).

Suryawan sang pemilik usaha batok kelapa berbendera Yande Batok, tak saja berbagi trik cara membuat beruk, sekaligus berbagi suka dukanya dalam melakoni usaha tersebut.

"Mari kita sama-sama melestarikan beruk yang merupakan warisan dari nenek moyang kita dan jangan justru kita lupakan hanya gara-gara ingin yang praktis. Oleh karena itu, generasi muda perlu tahu juga cara membuatnya," kata pria yang telah merintis usaha sejak tahun 1996 itu.

Pria yang sudah kerap menjadi instruktur pelatihan batok kelapa tingkat Provinsi Bali bahkan ke sejumlah provinsi lain di Nusantara ini mengaku memang ingin sekali berbagi keahlian cara membuat beruk dan kerajinan lainnya berbahan batok kelapa.

"Untuk di Bali, sebelumnya saya juga sempat mengajar di Jembrana, Tabanan, dan Nusa Penida. Harapannya, dengan semakin banyak yang bisa, maka akan tidak sulit ketika ada peningkatan permintaan. Saat ini, perajin batok kelapa masih berfokus di Kabupaten Klungkung," ucapnya.

Sebelum pandemi, Suryawan tak saja memenuhi permintaan pasar dalam negeri, pesanan pun mengalir dari Polandia, Ceko, Amerika Serikat, dan Jepang. "Kalau mancanegara, mayoritas meminati yang berbentuk mangkok, pengiriman sekitar 12.000-15.000 buah per bulan," ucapnya.

Sedangkan pasar lokal, pihak hotel dan restoran tak saja memesan kerajinan batok kelapa berbentuk beruk, namun juga berbentuk piring atau mangkok dan juga tempat cuci tangan. Selain itu, masyarakat Bali pun meminati beruk untuk tujuan upacara keagamaan sebagai tempat tirta.

Suryawan menjual produk berbahan batok kelapa bervariasi sesuai dengan bentuk, ukuran, dan tingkat kerumitan, yang kisaran harganya mulai  Rp 8 ribu hingga Rp 250 ribu.

"Yang paling murah itu berbentuk cangkir kopi, dan yang termahal berbentuk topeng. Kami mampu memproduksi puluhan bentuk kerajinan berbahan batok kelapa seperti untuk tempat tisu, piring, tas, dan sebagainya," katanya.

Membuat kerajinan berbahan batok kelapa, menurut dia, juga tak membutuhkan peralatan yang mahal. Alat yang diperlukan di antaranya ada pengupas serabut, pencungkil kelapa, amplas, dan mesin untuk pemotong kelapa serta pembentukan pola. Untuk mesinnya ini harganya sekitar Rp 600 ribu.

Dengan membuat kerajinan dari batok kelapa, Suryawan juga bisa mendapatkan tambahan pendapatan dengan menjual produk olahan dari isi buah kelapa dan airnya menjadi Virgin Coconut Oil (VCO), minyak tandusan, pepes clengis, dan saur. Sedangkan sisa-sisa batok kelapa digunakan untuk arang.

Ia juga berencana membuat produk turunan berbahan kelapa menjadi hand body lotion dan shampo. "Ya semoga berjalan lancar dan tidak halangan," katanya di hadapan puluhan peserta kriyaloka. *cr78

Komentar