nusabali

Asyiknya Lomba Mewarnai di PKB

  • www.nusabali.com-asyiknya-lomba-mewarnai-di-pkb

DENPASAR, NusaBali
Puluhan anak-anak tampak asyik mengikuti wimbakara (lomba) mewarnai serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIV Tahun 2022 di Kalangan Angsoka, Taman Budaya (Art Center), Denpasar, Kamis (23/6).

Lomba mewarnai bisa menjadi salah satu cara untuk melatih sensitivitas anak dalam memberi sentuhan rasa ke dalam karya seni.

Dengan berpakaian adat Bali, anak-anak yang berlomba ditaksir berusia 10-13 tahun, lantaran kriteria peserta yang dipersyaratkan oleh panitia PKB adalah siswa SD kelas IV, V, dan VI. Total ada 43 siswa-siswi yang ikut lomba tersebut. Mereka membawa peralatan masing-masing.

Seluruh siswa sudah disediakan gambar yang sama oleh panitia, tinggal mereka bebas mengaplikasikan teknik mewarnai. Para siswa terlihat sibuk memainkan warna crayon. Ada yang mewarnai dengan gaya duduk santai, ada juga yang selonjoran. Anak-anak terlihat sangat menikmati jalannya lomba yang berlangsung selama tiga jam itu. Tentunya, masing-masing siswa wajib didampingi oleh pendamping yang duduk di area tribun kalangan.

Ada tiga juri yang menilai lomba mewarnai tersebut antara lain I Made Jodog MFA, Drs I Dewa Putu Gede Budiarta SSn MSi, dan Nyoman Dewi Febriyani ST, MA, PhD. Salah satu juri, I Made Jodog, mengungkapkan ada tiga kriteria yang dinilai antara lain gagasan dan kreativitas, teknik mewarnai, serta kerapihan dan kebersihan. Mengenai kreativitas dan teknik, kata Jodog, merupakan satu kesatuan. Maksudnya, kreativitas anak dalam mengombinasikan warna dan teknik pengaplikasianya ke dalam gambar agar sebuah karya menjadi indah dipandang dan juga terjadi keharmonisan warna di dalamnya.

“Para peserta boleh menambahkan bentuk-bentuk yang sesuai dan mendukung gambar tersebut. Pada intinya, pengolahan warna menjadi hal yang sangat mendasar. Bagaimana pewarnaan itu bisa menghasilkan suatu karya yang harmonis. Akan tetapi, kadang-kadang warna-warna yang komplementer itu juga bisa menghasilkan karya yang harmonis dalam penciptaan,” terangnya.

Dosen seni rupa murni ISI Denpasar ini melanjutkan, mewarnai memiliki manfaat untuk melatih sensitivitas anak dalam menuangkan warna ke dalam karya seni lukis. Namun untuk bisa menghasilkan karya yang harmonis, menurutnya penting mengasah sensitivitas dari kecil. “Kalau bisa dari kecil dilatih sensitivitasnya. Bagaimana dia menyalurkan emosi dan gagasan ke dalam lukisan. Untuk bisa menghasilkan karya yang harmonis, proses latihan itu adalah sesuatu yang melekat, harus dilatih terus,” pungkasnya.

Salah satu orangtua peserta, Ni Komang Sudiarti, yang ikut menemani putrinya mengikuti lomba menuturkan, sebagai orangtua ia hanya mendukung apa yang menjadi minat anaknya.

Sudiarti menyebut, anaknya yang kini memasuki kelas VI SD, memang sedari PAUD telah menunjukkan bakat dalam menggambar dan mewarnai. Karena itu ia mengikutkan putrinya mengikuti sejumlah lomba mewarnai.

Hasilnya sejumlah prestasi diraih oleh anaknya. "Seni itu melatih kesabaran, jadi membentuk karakter, juga melatih keberanian. Buat saya nggak penting dia juara apa nggak, yang penting dia sudah berani tampil," ujar guru SD Werdi Sastra, Benoa, Kuta Selatan tersebut. *cr78

Komentar