nusabali

Komjen Golose Gelorakan Smash on Drugs

Indonesia Waspada Peredaran Gelap Narkoba

  • www.nusabali.com-komjen-golose-gelorakan-smash-on-drugs

MANGUPURA, NusaBali
Penanggulangan dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika di Indonesia memiliki tantangan besar.

Produksi narkoba di dunia kini meningkat tajam. Meskipun Indonesia bukan pengguna narkoba tertinggi, namun tetap menjadi perhatian, sebab prevalensi pengguna narkoba di Indonesia tahun 2021 meningkat 0,15 persen dari 1,8 persen menjadi 1,95 persen. Kenaikan itu terjadi saat situasi pandemi Covid-19 yang mengguncang perekonomian Indonesia dan dunia. Pemberantasan terhadap peredaran gelap narkoba akan sulit ditekan jika para penggunanya tidak bisa dikendalikan.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Komjen Pol Petrus Reinhard Golose saat membuka International Table Tennis Championship di Auditorium Widya Sabha, Kampus Pusat Universitas Udayana, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Minggu (19/6) pagi. Mantan Kapolda Bali ini mengaku dirinya sudah pulang dari berbagai negara untuk mengamati peredaran gelap narkotika.

"Saya baru pulang dari Amerika selatan. Saya ke sana karena produksi kokain di Kolombia meningkat. Saya juga berkunjung ke Argentina. Di sana banyak polisi dibunuh oleh para kartel narkoba. Saya mengamati telah terjadi pergeseran alur peredaran gelap narkotika, terutama narkotika jenis kokain. Di Panama aparat menyita 134 ton kokain. Begitu juga terjadi di Ekuador," ungkap jenderal bintang tiga asal Manado ini.

Dikatakan, permasalahan narkotika adalah permasalahan global. Komjen Golose mengungkapkan shabu-shabu yang ada di Indonesia berasal dari tiga jalur utama. Pertama, The Golden Triangle atau jaringan segitiga emas yang meliputi Thailand, Myanmar dan Laos. Kedua, The Golden Crescent yang meliputi Afghanistan, Pakistan, dan Iran. Ketiga, The Golden Peacock yang berasal dari Amerika Latin.

Melihat apa yang terjadi di dunia global, utamanya negara-negara jalur peredaran gelap narkotika tersebut, BNN RI melakukan berbagai pendekatan dalam penanganan masalah narkotika. Salah satunya adalah pendekatan soft power. Bagaimana melakukan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, dan melakukan rehabilitasi. Bagian dari pendekatan soft power itu adalah gelaran tenis meja yang digelar pada 19-22 Juni 2022 ini.

Memilih menggelar turnamen tenis meja karena olahraga ini sudah merakyat. Di Bali kata Golose, olahraga tenis meja sering digelar di banjar-banjar. Itu adalah satu hal positif yang dipertahankan. Dalam turnamen ini tidak perlu harus juara, yang paling penting adalah komitmen melawan narkoba.

"Turnamen ini digelar untuk membangun spirit bersama perang terhadap narkotika. Anggap saja bola pingpong itu adalah narkoba yang harus dismash. Kita mulai dari Kampus Universitas Udayana (Unud) dan Pulau Bali untuk digelorakan ke seluruh Indonesia," ungkap Komjen Golose yang dulu semasa menjabat Kapolda Bali menutup salah satu tempat hiburan malam terbesar di pusat Kota Denpasar karena terbukti mengedarkan narkoba.

Komjen Golose juga mengungkapkan, para kartel ataupun bandar narkotika cenderung bekerjasama dengan organizer crime dan transnational drugs organizer crime. Indonesia bukan negara produksi narkoba selain ganja yang merupakan tanaman. Sementara narkoba sintetik berasal dari golden triangle dan golden crescent. Untuk menekan masuknya barang haram tersebut BNN RI melakukan kerjasama antar negara.

"Saya tegaskan, Bali tidak boleh jadi destinasi bagi turis untuk pesta narkoba ataupun drug trafficker," tegas Komjen Golose yang saat pembukaan turnamen kemarin didampingi Rektor Unud Prof Dr Ir I Nyoman Gede Antara MEng dan para pejabat utama BNN RI. Agar perang terang terhadap peredaran gelap narkotika ini masif sampai ke masyarakat lapisan bawah, BNN RI akan menggelar malam renungan di Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar pada, Minggu (26/6) mendatang. Kegiatan ini akan dihadiri oleh 4.000 orang termasuk duta besar dari berbagai negara dan masyarakat dari berbagai latar belakang.  

"Saya terbuka untuk menerima masyarakat Bali yang ingin bergabung pada saat malam renungan di Pantai Mertasari. Malam renungan itu digelar untuk menunjukan keprihatinan kita terhadap penyalahgunaan narkotika di dunia khususnya di Indonesia," tutur Komjen Golose. Sementaar turnamen tenis meja yang digelar BNN mulai kemarin diikuti oleh 236 atlet juga dihadiri 80 official/pelatih. Atlet putra 147 orang dan atlet putri 89 Orang. Ratusan atlet itu datang dari enam negara, yakni Korea Selatan, Singapura, Malaysia, India, Thailand, dan Indonesia sebagai tuan rumah. Mereka memperebutkan hadiah uang Rp 500 juta. *pol

Komentar