nusabali

Peternak Harapkan Harga Babi Stabil

  • www.nusabali.com-peternak-harapkan-harga-babi-stabil

Turunnya harga babi akibat virus penyakit mulut dan kuku.

BANGLI, NusaBali

Harga pakan babi mengalami kenaikan, sementara harga di pasaran belum stabil. Tingginya harga pakan membuat para peternak kecil menjual babinya karena tidak kuat beli pakan. Para peternak juga masih dibayang-bayangi kematian babi akibat virus. Peternak juga mengharapkan harga babi normal Rp 45.000 per kilogram sesuai kesepakatan dengan Gabungan Usaha Peternak Babi (Gupbi) Bali.

Salah seorang peternak babi, Putu Parsa mengatakan, harga babi hidup untuk lokal Bali saat ini Rp 37.000 hingga Rp 39.000 per kilogram. Harga jual tersebut masih tergolong murah karena harga pakan terus mengalami kenaikan. “Harga pakan justru semakin naik. Contohnya strater dari Rp 465.000 per 50 kilogram naik menjadi Rp 510.000,” ungkap Putu Parsa, Rabu (1/6).

Begitu juga pakan jenis grower dari Rp 410.000 per 50 kilogram meningkat menjadi Rp 420.000, finisher Rp 370.000 per 50 kilogram menjadi Rp 390.000. “Kenaikan cukup besar, peternak kecil merasa berat,” jelas Putu Parsa. Peternak asal Banjar Penarukan, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku ini menyampaikan, turunnya harga babi akibat virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Misalnya dalam pengiriman ke Jawa, dari Rp 45.000 per kilogram, saat ini Rp 41.000 hingga Rp 43.000 per kilogram. “Sempat ada pembatasan pengiriman ke luar Bali sehingga pasar hanya lokal Bali. Sekarang sudah mulai ada pengiriman ke luar Bali,” kata Putu Parsa.

Putu Parsa berharap harga babi bisa segera normal Rp 45.000 per kilogram sesuai kesepakatan dengan Gupbi Bali. Dengan kondisi saat ini kebanyakan peternak kecil memilih segera menjual babinya karena tidak sanggup memberi pakan. Selain juga sebagai antisipasi ancaman penyakit. Di Bali, khususnya Bangli belum ada laporan PMK, tapi tidak menutup kemungkinan babi terserang penyakit lain semisalnya hog colera. “Peternak kecil memilih segera menjual babi saat sudah siap dipanen. Babi hidup berkoloni, satu saja kena penyakit, yang lainnya bisa tertular dan menyebabkan kematian masal. Tentunya menyebabkan kerugian semakin besar,” ujar Putu Parsa. *esa

Komentar